ADVERTISEMENT
Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Penjaskes

Jika Bosan dengan Barcelona atau Real Madrid, Ini Empat Alasan Beralih ke American Football

Ahmad Khadafi oleh Ahmad Khadafi
28 April 2018
0
A A
American-Football-MOJOK.CO
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – American Football punya banyak kelebihan dibandingkan sepak bola, terutama ketika kamu bosan sudah dengan klub kesayangan seperti Barcelona atau Real Madrid.

Dua tahun ini, saya akui sepak bola bukan lagi olahraga yang menarik. Saya sih masih suka, paling tidak masih sering nonton beberapa kali, tapi hanya untuk pertandingan-pertandingan besar seperti Liga Champions, Piala Eropa, atau Piala Dunia misalnya.

Dominasi Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi mungkin jadi salah satu sebab kebosanan ini. Kalau di La Liga, Barcelona lagi yang juara. Di Italia, Juventus punya peluang juara ketujuh kali berturut-turut, meski musim ini Napoli mepet terus.

Kalau di Liga Champions, Real Madrid-nya Zinedine Zidane yang berpotensi jadi juara Liga tiga kali berturut-turut . Namun lebih daripada itu saya lebih memilih “menyalahkan” American Football atas kebosanan saya akan sepak bola. Lho?

Jadi begini, sejak 2012, saya mulai tergoda untuk mengikuti olahraga, yang sekilas terlihat seperti tubruk-tubrukan enggak jelas ini. Permainan fisik tanpa kaidah keindahan dan kesenian sama sekali. Terutama bagi penggemar sepak bola versi Eropa yang merasa bahwa keindahan olahraga hanya bisa diwakili Diego Maradona atau Johan Cruyff ketika membangun dinastinya di Barcelona dan timnas Belanda.

Jadi apa itu American Football ini? Olahraga gak jelas banget, cuma lari-lari melewati orang sambil tabrak-tabrakan. Pakai banyak pelindung lagi. Olahraga mahal. Kapitalis banget ini.

Skeptisme saya berubah saat kali pertama nonton American Football. Saat itu, Eli Manning mengalahkan Tom Brady pada edisi Super Bowl XLVI tahun 2012. Peristiwa yang kemudian membuat saya bisa merumuskan empat alasan American Football jauh lebih menarik dari sepak bola.

1. Mengingatkan akan Gobak Sodor.

Yang kali pertama muncul dalam bayangan adalah olahraga ini enggak jauh beda dengan permainan “gobak sodor”. Permainan masa kecil yang sekarang sudah hampir punah.

Gobak sodor adalah permainan tim yang terdiri dari 5 pemain. Satu tim bertahan melawan satu tim menyerang. Permainan dibuat berdasarkan garis lapangan yang kira-kira sebesar lapangan bulu tangkis. Lapangan ini kemudian dibagi jadi lima garis.

Inti gobak sodor adalah permainan tentang bagaimana cara kamu melewati satu sisi lapangan ke sisi yang lain, lalu kembali lagi ke titik awal. Tim bertahan akan menghalang-halangi tim menyerang dengan menyentuhnya.

Setiap tim penyerang yang bisa kembali lagi, maka akan mendapatkan poin. Jika semua anggota tim penyerang bisa kembali ke titik awal, maka tim penyerang menang dan permainan diulang.

Masalahnya, melintasi lapangan gobak sodor tak mudah. Sebab, sekali saja tim bertahan berhasil menyentuh tim penyerang, maka tim penyerang kalah dan berganti jadi tim bertahan.

American Football punya konsep yang hampir sama. Dua tim yang bertanding terdiri dari tim penyerang dan bertahan. Perbedaan mendasarnya adalah jika gobak sodor tidak memerlukan bola, pada American Football pemain harus membawa bola melewati tim bertahan.

Tim yang bisa melewatkan bola ke garis belakang lawan (di ujung lapangan) maka akan mendapatkan 6 poin, namanya touchdown. Rasanya seperti mencetak gol dalam pertandingan sepak bola.

Yah, bisa dibilang karena ada kedekatan dengan gobak sodor, permainan masa kecil saya, melihat American Football sedikit mewakili rasa kangen. Selain itu juga karena pesepak bola Indonesia diam-diam punya bakat menjadi pemain American Football, yang lebih suka baku hantam memperagakan capoeira, silat, kung fu, atau karate di hadapan wasit.

Jadi biar produktif, udah deh, pemain kayak gitu diekspor saja ke Amerika Serikat buat main American Football. Sayang kan bakatnya. Siapa tahu jadi pemain dengan jumlah tekel terbanyak di sana. Kan keren.

2. Tim lebih lemah lebih punya kesempatan untuk menang dibandinkan sepak bola.

Di sepak bola, yang lebih banyak mencetak gol menjadi pemenang. Sama dengan American Football. Hanya saja, jika hitungan gol di sepak bola poinnya selalu sama, maka di American Football tidak.

Seperti basket yang punya perbedaan tiga poin dan dua poin, di American Football cara mendapatkan poinnya justru lebih ekstrem. Itulah yang membuat American Football lebih asyik karena setiap tim punya kesempatan membalikkan keadaan.

Di sepak bola kita mengenal kisah comeback fantastis seperti “Nou Camp 1999” atau “Istanbul 2005”. Di American Football, kamu akan menemukan lebih banyak kisah seperti itu. Seperti yang dilakukan New England Patriots ketika membalikkan keadaan di Super Bowl LI melawan Atlanta Falcons. Dari kalah 21-3 pada babak pertama, jadi menang 28-34 pada babak tambahan. Gila!

Secara sederhana, untuk tim yang bisa melewatkan bola ke ujung lapangan lawan (touchdown), poinnya 6. Nah, bila kamu kesulitan untuk lewat dari hadangan lawan, maka kamu bisa mencoba field goal, yang artinya menendang bola melintasi semacam “garpu tala” raksasa di ujung lapangan. Poinnya sih dikit, cuma 3, tapi jangan salah, ada banyak pertandingan yang mengharuskan timmu memilih mencetak field goal daripada memaksakan touchdown.

Seperti pertandingan antara Philadelphia Eagels dengan New York Giant musim kemarin misalnya. Pertandingan hanya tinggal 1 detik lagi. Padahal jarak untuk melewatkan bola ke garis belakang masih sangat jauh.

Skor saat itu sama kuat 24 lawan 24. Dari jarak 61 yard, kira-kira 56 meter (lebih jauh dari gol David Beckham yang dari tengah lapangan), Philadelphia Eagels memilih peruntungan dengan field goal. Jake Elliot, penendang mungil dari Philadelphia jadi penendang dan berhasil memasukkan bola ke “garpu tala”. Bola ditendang dan waktu habis, tambahan 3 poin. Skor berubah 24-27 untuk Philadelphia.

Padahal, asal kamu tahu aja, sepanjang pertandingan itu, tim Philadelphia diobok-obok hampir kalah oleh Eli Manning dan Odell Beckham Junior dari New York. Eh, di akhir pertandingan Philadelphia justru yang menang gara-gara ada aturan field goal. Benar-benar twist ending.

Ini jelas tidak seperti sepak bola yang memiliki gap cukup besar untuk urusan semacam ini. Adalah pemandangan yang lumrah ketika Barcelona bertemu dengan tim lemah seperti Getafe dan skor berakhir 5-0, Juventus ketemu Benevento dengan skor 3-0, atau Persjia Jakarta melawan Persikud Kudus dengan skor 9-0.

Di American Football, tim yang lebih lemah setidaknya punya kesempatan untuk membalas meskipun lawan mereka adalah raksasa seperti New England Patriots (Real Madrid-nya American Football). Bahkan jika sedang good peformance, tim lemah bisa saja balik membantai tim besar. Semua karena, ya ada banyak cara untuk mencetak angka.

Itulah kenapa jarang terjadi (seingat saya tidak pernah) pertandingan berakhir dengan skor 0-0 atau skor minim 3-0. Barangkali ini juga yang bikin sepak bola enggak bisa sepopuler basket dan American Football di Amerika, ya apalagi alasannya kalau bukan karena minim mencetak poin, Bung.

Jadi kalau kamu bosan dengan skor sepak bola 0-0 atau cuma 1-0 dari pekan ke pekan, pertandingan American Football setidaknya bisa jadi alternatif tontonan yang seru. Atau kalau kamu bosan dengan dominasi Real Madrid atau Barcelona, kamu mungkin bisa ngikutin klub Philadelphia Eagels sang underdog juara Super Bowl kemarin yang mengalahkan New England Patriots dengan Tom Brady—si Cristiano Ronaldo-nya American Football.

3. American Football justru jauh lebih taktikal ketimbang sepak bola.

Saya tahu apa yang kamu pikir ketika membaca sub-judul itu. Pfft, apa-apaan ini, sepak bola itu sangat taktikal, Bung. Jangan dibandingin sama olahraga murni fisik seperti American Football yang asal tubruk sana-sini dong.

Eit, jangan salah. Apakah kamu tahu, ada berapa rumus taktik yang harus dihapalkan seorang pemain American Football dalam satu pertandingan? Kamu akan terkejut kalau tahu angkanya.

Ada lebih dari puluhan, bahkan lebih, taktik yang mesti dihapal oleh seorang pemain American Football. Itu belum termasuk variasi pergerakan yang nanti diucapkan secara tiba-tiba oleh quaterback (pemain yang biasanya melempar bola ke depan).

Jadi, enggak hanya Barcelona semasa dilatih Pep Guardiola saja yang taktiknya cukup rumit namun modern itu. American Football punya kerumitan yang sama.

Satu pemain saja kelupaan taktik yang bakal dimainkan, bakalan amburadul sudah skema penyerangan. Taktik, dalam American Football, adalah upaya untuk menipu tim bertahan lawan. Satu aja ada yang melongo bingung, bisa kena hantam karena taktik timnya enggak jalan.

Seperti misalnya pura-pura menyerang lewat kiri, eh, ternyata lewat kanan, atau pura-pura mau bawa lari, eh, ternyata dilempar. Jadi di American Football tidak bakal ada kejadian seperti Paul Pogba yang menghilang di dalam lapangan Manchester United karena taktik Jose Mourinho gak jalan. Di olahraga ini, setiap pemain punya peran kunci yang sama-sama besar. Sekecil apapun pengaruhnya terlihat di kamera.

Gerakan-gerakan kecil di American Football adalah sebuah taktik. Entah melindungi pemain lain atau memancing tim lawan agar bergerak ke skema jebakan. Semua dipikirkan matang-matang, dilatih berulang-ulang sehingga membuat mereka hapal puluhan hingga ratusan taktik untuk setiap pertandingan. Hal inilah yang membuat varian taktik dalam sepak bola jadi terlihat seperti rumus penjumlahan sederhana dibandingkan kerumitan taktik dalam American Football.

Kalau enggak percaya, coba deh lihat apa yang dilakukan Nick Foles, si quarterback dari Philadelphia Eagels yang habis-habisan menipu pertahanan New England Patriots saat Super Bowl LII kemarin:

4. Tim bola favoritmu enggak juara-juara lagi setelah sekian lama.

Nah, kalau ini sebenarnya adalah ajakan hijrah besar-besaran karena kekecewaan besar buat kamu yang punya agenda tahunan melihat tim sepak bola favoritmu enggak juga juara-juara.

Jadi begini ya, saya ngomong ini dari hati ke hati aja, daripada kamu jadi penggemar AC Milan misalnya, yang enggak juga juara-juara Liga Italia bertahun-tahun sejak 2011. Kalau periode menunggumu itu diibaratkan manusia, dia sudah masuk SMP. Atau kamu penggemar Liverpool yang kalau puasa gelarnya diibaratkan manusia, dia sudah lulus Magister.

Maka ikutin saran saya, coba deh rehat sejenak nonton tim favorit sepak bolamu itu. Bosan nonton tim-tim besar seperti Arsenal, Real Madrid, Barcelona, atau Juventus itu berbahaya. Coba tontonin pertandingan American Football saja daripada sakit hati melihat kegagalan tim andalanmu secara berkala seperti itu malah bikin kamu jadi sakit liver, piye jall?

Ingat lho, ini semua cuma demi kesehatanmu.

Salam cinta dari penggemar Philadelphia Eagels di Ngaglik, Sleman.

Terakhir diperbarui pada 5 Agustus 2021 oleh

Tags: AC Milanamerican footballArsenalBarcelonabosanJuventusReal Madrid
Iklan
Ahmad Khadafi

Ahmad Khadafi

Redaktur Mojok. Santri. Penulis buku "Dari Bilik Pesantren" dan "Islam Kita Nggak ke Mana-mana kok Disuruh Kembali".

Artikel Terkait

Silvio Berlusconi Abadi Bersama Angka 3 di Universe AC Milan MOJOK.CO
Esai

Silvio Berlusconi Abadi Bersama Angka 3 di Universe AC Milan

13 Juni 2023
juventus mojok.co
Kilas

Dugaan Financial Fraud di Balik Mundurnya Para Petinggi Juventus

30 November 2022
Kezaliman Barcelona Terhadap Frenkie De Jong
Movi

Kezaliman Barcelona Terhadap Frenkie De Jong

11 Agustus 2022
Derby London Utara: Arsenal Atau Tottenham Hotspur, Siapa Lolos Ke UCL?
Movi

Derby London Utara: Arsenal Atau Tottenham Hotspur, Siapa Lolos Ke UCL?

12 Mei 2022
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Kereta-Api-Refleksi-MOJOK.CO

Kereta Ekonomi: Pemersatu Hati yang Rindu, Pemisah Hati yang Tak Ingin Terpisah

Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi bantu perbaiki rumah Wagiman dan Samiyem di Boyolali MOJOK.CO

Kisah Sepasang Lansia di Boyolali Puluhan Tahun Tinggal di Rumah Mungil dan Reyot, Kini akan Diperbaiki Gubernur Jateng

16 Mei 2025
Kos dekat UII, Jogja dengan harga murah. MOJOK.CO

Kenikmatan Ngekos Dekat Kampus UII, Cocok untuk Slow Living di Jogja dan Lebih Hemat Biaya

21 Mei 2025
Furniture untuk kamar anak MOJOK.CO

5 Furniture untuk Membuat Kamar Anak Terasa Nyaman dan Aman

21 Mei 2025
23 tahun tinggal di Jagakarsa, daerah terluas dan paling nyaman di Jakarta Selatan (Jaksel) MOJOK.CO

Puluhan Tahun Tinggal di Jagakarsa, Berdamai dengan Hal-hal Menyebalkan di Balik Label “Daerah Ternyaman” Se-Jakarta Selatan

17 Mei 2025
Mahasiswa baru KIP Kuliah miskin nyaris nekat DO karena malu kuliah adu outfit MOJOK.CO

Kuliah Jadi Ajang Adu Outfit Bikin Mahasiswa Miskin Mau DO di Semester 3, Tak Kuat Diejek hingga Dijauhi karena Pakaian Jelek

20 Mei 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.