Interior yang membuat nyaman penumpang
Warna biru sudah menjadi ciri khas bus ATB Sugeng Rahayu. Begitu masuk sudah disambut dominasi warna biru pada lantai, jok, plafon, dan sudah pasti gorden di kaca depan yang warna dan bentuknya nggak pernah berubah sejak zaman Sumber Kencono.
Yang sedikit unik dari sasis OF 1623 setelah dipasang bodi, posisi pengemudi terlihat seperti sedikit tenggelam dalam kubangan. Agak berbeda dengan Hino AK. Sasis bus baru ini sepertinya memang lebih tinggi.
Bagian penting dari menumpang bus adalah jok atau kursi. Pengalaman saya menjadi penumpang bus, bus Jawa Timuran menjadi yang paling manusiawi soal tempat duduk. Bahkan untuk kelas ekonomi, termasuk Sugeng Rahayu juga rival-rivalnya yang setrayek.
Begitu duduk, jok bisa menopang punggung dengan nyaman. Tipe-tipe jok bus yang cocok untuk para pekerja penglaju dan penikmat jam setan. Saya bisa istirahat dengan lebih, bahkan sangat nyaman untuk kelas ekonomi. Selain itu legroom-nya luas, masih aman untuk orang berkaki panjang atau tinggi 170an.
Meski ini kelas ekonomi, ternyata Sugeng Rahayu juga memikirkan aspek kenyamanan lainnya. Terdapat bottle holder dan seat pocket di masing-masing kursi penumpang. Namun, fasilitas ini nggak ada di kursi penumpang paling depan. Setelah saya tengok-tengok, ada logo “Hai” yang menandakan jok ini buatan Rimba Kencana.
Kelas boleh ekonomi, tapi nyaman banget
Lagi, meski ini kelas ekonomi, kamu sebagai penumpang nggak usah khawatir kehabisan baterai gawai. Sebab, colokan USB yang ada di atas kepala bukanlah pajangan. Ada daya mengalir yang cukup untuk mengisi baterai.
Di malam hari, interior juga berubah menjadi remang-remang dengan ambient light warna biru sepanjang jendela bus. Namun, bagi penumpang bagian belakang tetap akan mendapatkan cahaya terang lampu kabin karena bagian belakang sengaja dinyalakan.
Didukung kesenyapan kabin yang enak untuk tidur, suspensi yang cukup lembut meski duduk di baris ketiga dari belakang, which is tepat di atas roda belakang, wajar kalau guncangan masih terasa. Namun, guncangan itu nggak sebrutal kalau ini adalah Hino AK ditambah suara khas “kreyot” pir daun.
Saya juga pindah ke depan di baris pertama untuk memastikan kekedapan kabin bus ini. Untuk mesin depan, bodi bikinan Laksana ini memberikan kekedapan suara mesin yang bagus. Nggak seberisik Hino AK. Kabinnya yang memang kedap, atau suara mesin Mercy-nya yang lebih soft?
Keunikan lain dari Sugeng Rahayu OF 1623, bangku baris pertama dan kedua dari belakang, posisinya lebih tinggi daripada baris-baris lain di depannya. POV kalau kamu ada di dua baris ini, serasa kamu sedang menjadi Bajingan atau Kusir andong. Tinggal bawa pecutan aja.
Bus kemontol
Jangan marah dulu. Maksudnya bukan itu. Lagi-lagi nih, ya. Meski ekonomi, Sugeng Rahayu ini rajin keluar masuk jalan tol, alias kemontol.
Berangkat dari shelter Terminal Bungurasih persis pukul 15:00, jalan keong sebentar di pintu keluar terminal langsung bablas naik tol. Pukul 16:00 turun tol Jombang dan mampir sebentar di Braan lalu langsung terminal Nganjuk.
Pukul 16:59 naik tol Nganjuk, lalu pukul 17:28 turun tol Madiun lalu masuk terminal Madiun. Madiun, Maospati, Ngawi hingga Sragen lewat jalur bawah. Sepanjang Ngawi hingga Sragen hujan turun dengan lebat. Ini jadi kebahagiaan buat orang-orang yang suka naik bus.
Pukul 20:00 tepat, masuk tol Sragen Barat lalu turun pintu tol Ngemplak persis di pukul 20:30. Pukul 20:41 masuk terminal Solo, dan perjalanan saya berakhir pukul 22:26 di Terminal Giwangan.
Kesimpulan saya
Bagi saya, Sugeng Rahayu ini seharusnya bisa jadi kelas eksekutif atau patas yang lebih menguntungkan. Ini kalau melihat spesifikasinya, ya.
Kalau Sugeng Rahayu mau “sarkas”, tolonglah jangan begini cara mainnya. Masa kelas ekonomi senyaman dan seenak ini. Surabaya-Jogja cuma bayar Rp99 ribu?
Saya sebagai penumpang kan merasa senang dan bahagia. Bayangin kalau kelas ekonominya jadi seat yang 2-2? Apa nggak makin sengit perebutan pengaruhnya?
Sugeng Rahayu sekarang memang bukan Sumber Kencono yang dulu. Sekarang, Sugeng Rahayu udah nggak “sebanter” dulu. Kalau meminjam istilahnya Pak Anthony Steven, bossnya Sumber Alam Kutoarjo, “Ora banter ning nyalipan”. Begitulah Sugeng Rahayu Sekarang.
Saya masih memantau dan menunggu kejutan-kejutan lain dari Sugeng Rahayu.
Penulis: M. Mujib
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Sugeng Rahayu, Raja Jalanan Jawa Timur dan pengalaman menarik lainnya di rubrik OTOMOJOK.