Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Otomojok

Honda CBR 150R 2014 dan Restu Ibu: Sport Fairing Paket Komplet

Saya salut dengan Honda CBR 150R. Motor yang seakan bisa menyeimbangkan banyak fungsi, antara performa dan gaya. Sudah paket komplet.

Ilman Habib oleh Ilman Habib
25 Maret 2022
A A
Honda CBR 150R 2014 dan Restu Ibu: Sport Fairing Paket Komplet MOJOK.CO

Ilustrasi Honda CBR 150R. (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Honda CBR 150R datang berkat restu dari ibu. Doa yang membuat sport fairing paket komplet ini jadi awet dan pengertian.

November 2020. Saat itu, dana pensiun almarhum bapak akhirnya turun. Ibu dan adik saya sudah semacam menyiapkan proposal anggaran untuk renovasi rumah dan membeli perabot baru. Alhamdulillah, dana pensiun bapak masih sisa. Oleh sebab itu, saya kebagian program peremajaan sepeda motor. Yes!

Saya sendiri sadar kalau sisa dana pensiun bapak nggak bakal cukup untuk memboyong motor baru kelas 150cc berkaburator. Duh, harganya sudah masuk range harga mobil second tahun 90an. Oleh sebab itu, “prpposal” yang saya ajukan pun menyesuaikan. Bapak dan ibu akhirnya setuju dengan syarat salah satu motor di rumah harus dijual dulu.

Sebetulnya, menjual motor yang ada di rumah bukan pilihan mudah. Di rumah, sudah ada Supra X 125 kepunyaan bapak. Motor ini sesak akan kenangan. Motor yang sudah menemani saya selama 10 tahun lebih. Sejak SMA hingga lulus kuliah, sampai menemani mengisi masa-masa menganggur. Pengalaman saya ngojol pun ditemani Supra X tersebut.

Selain Supra X, ada Mio J injeksi yang dulu dipakai adik perempuan saya. Sehari-hari saya pakai untuk ngojol juga, belanja, dan kondangan. Lalu ada Honda Verza hasil koperasi yang biasa dipakai adik laki-laki saya. Yah, kalau dipikir, sudah ada tiga sepeda motor, sedangkan yang doyan pakai motor cuma saya dan adik laki-laki.

Yah, dengan berat hati, Supra X penuh kenangan itu akhirnya yang dijual. Lagian, ibu sering merengut lantaran tagihan reparasi motor keluaran Honda itu mengalir terus. Hasil penjualan Supra X tersebut dimasukkan ke dalam proposal peremajaan motor saya. Target saya adalah motor 150cc berkopling dan salah satu incaran saya adalah Honda CBR 150R 2014.

Setelah mendapatkan persetujuan terkait Honda CBR 150R, saya berburu via marketplace, terutama Facebook. Sebetulnya, selain Honda CBR 150R, saya juga kepincut sama Supra GTR. Sebuah keinginan yang langsung ditampik sama ibu.

“Lah? Supra lagi? Dulu sudah pakai Supra, sekarang mau beli Supra lagi?

Saya tahu ibu sudah agak malas sama reparasi Supra. Meski yang saya inginkan ini sangat berbeda dari Supra X.

“Tapi, kan, motor bebek juga. Beli yang sport, sesuai sama tinggi badanmu,” kata ibu.

“Yah, harganya di atas anggaran awal, Bu,” saya coba memberikan pengertian.

“Nggak papa, GAS AJA!” Tegas Ibu.

Wah, tumben. Mumpung suasana hati ibu lagi bagus, saja ajukan nama Honda CBR 150R. Hitung-hitung dulu saya pernah test ride Honda CBR 150R tapi yang keluaran 2012. Dulu, saya langsung kesengsem sama motor naked premium turunan Honda CBR 150R Thailand, yang kencang meski tampangnya nggak banget, kayak Verza hasil sitaan bank.

Saya laporkan ke bapak dan ibu. “Bu, ini Honda CBR 150R lama. Masih bagus, cuma perlu ganti ban sama lampu saja. Selebihnya aman.”

Iklan

“Nah ini tampan! Cocok buat kamu.”

“Tapi uangnya naik lumayan dari awal. Nambah Rp3 juta lagi.”

“Sudah, aman itu! Bungkus saja,” ujar Ibu meyakinkan.

Hati saya langsung bungah. Besoknya, saya langsung mengontak pemilik Honda CBR 150R itu. Tak butuh waktu lama, motor idaman saya sudah nangkring di rumah, tidak lupa ban dan lampu sudah saya ganti.

Saya pakai LED untuk lampu biar kelistrikannya nggak gampang ngambek. Iya, motor ini rewel di bagian situ, terutama sepul dan kiprok yang dipaksa angkat bohlam jadul 35 Watt dikali dua. Akhirnya, penantian selama 10 tahun punya motor kopling beneran terwujud!

Saat dibawa, Honda CBR 150R terasa memberikan gengsi lebih. Sesuai harapan saya, mesin dengan takometer yang menunjukkan redline di 13 ribu RPM (mentok di 12 ribu RPM) seakan membuat rider-nya terus ngegas diputaran tinggi tanpa getaran. Hal ini yang membuat saya makin suka sama mesin dengan kode K15 ketimbang k56 klotok-klotok yang banyak isu itu.

Tampliannya memang bukan selera anak muda. Mana itu buntut belakangnya datar ada behelnya pula. Kalah telak sama kompetitor yang buntutnya sporty dan seksi. Namun, Honda CBR 150R ini terkadang sukses menipu mata awam yang mengira ini core of the core-nya CBR. Lucu juga.

Jok datar Honda CBR 150R menawarkan kenyamanan lebih ke penumpang serta pengendaranya. Kalau kepepet, masih bisa dipakai untuk ikat kardus di belakang. Intinya, ini motor yang bisa diajak susah. Yang model R15 nggak bakalan bisa untuk diajak susah.

Iseng-iseng saya tes Honda CBR 150R di Jalinsum (Jalan Lintas Sumatera) Jambi-Merlung dengan aspal mulus tapi banyak tikungan. Saya ajak ke high speed. Enak betul ini motor. Handling-nya mudah dijinakkan dan terkontrol. Honda CBR 150R bisa diajak santai kayak naik Vespa, bisa juga “ditarik” ala pembalap.

Sedikit derita bersama Honda CBR 150R

Namun, kebahagiaan di atas tak berlangsung lama. Satu minggu setelah Honda CBR 150R mendarat di rumah, Honda Verza milik adik laki-laki saya hilang dimaling. Sementara itu, Mio J milik adik sudah diboyong ke Bandung.

Apa mau dikata, Honda CBR 150R saya kebagian tugas untuk belanja ke pasar, menggantikan tugas Mio J. Yah, memang terlihat keren ketika ada CBR parkir di pasar. Namun, sisi kerennya sedikit luntur ketika membawa belanjaan yang kelihatan seperti berusaha keras menyaingi bakul sayuran.

Lantaran masih nganggur, iseng saya pakai Honda CBR 150R untuk ngojol pakai aplikasi kuning. Harapannya, bisa dapat adik-adik gemas. Nyatanya, yang saya dapat malah cancel-an emak-emak yang ogah rempong pas naik CBR. Bukannya dapat yang seru-seru, malah rugi di bensin yang lumayan boros.

Satu tahun pemakaian, ditambah bapak sudah tiada, keuangan agak goyah. Saya harus berhemat dan lebih kritis mengatur keuangan. Sempat ada perasaan untuk menjual Honda CBR 150R. Saya bahkan sempat memasang iklan penjualan motor. Namun, entah kenapa, CBR saya sulit laku, beda banget sama CBR lain. Seakan-akan, sudah jodohnya, mungkin.

Suatu kali tabungan saya sempat ludes ketika harus membayar Bea Balik Nama (BBN). Padahal posisi saya masih nganggur, dalam artian tidak ada pekerjaan tetap. Sembari saya melahap banyak wawancara kerja, adik dan ibu saya memulai usaha donat kentang online.

Saya kebagian menjadi kurir. Mengantar donat ketang pesanan tentu saja mengendarai Honda CBR 150R. Sekali lagi, CBR satu ini memberikan “kenyamanan” di tengah kesusahan. Meski joknya keras dan adik saya sering mengeluh, tapi posisi pembonceng tetap nyaman. Apalagi ketika harus membawa donat kentang pesanan dalam jumlah banyak.

Motor satu ini menjadi semacam “pertolongan dari Atas” ketika harus mengantar banyak pesanan dalam rentang waktu yang terbilang sempit. Iya, alhamdulillah, pesanan donat kentang ibu saya cukup lancar.

Sampai akhirnya saya mendapatkan kerja tetap dengan gaji layak, setiap pagi, saya masih menunggani Honda CBR 150R untuk mengantar pesanan donat.

Satu hal yang paling penting adalah Honda CBR 150R saya sangat jarang “jajan”. Dibandingkan Supra X 125 milik almarhum bapak dulu, CBR saya lebih pengertian. Malah biaya servisnya bisa lebih murah dibandingkan Honda Beat. Satu hal yang saya jaga betul dari motor ini adalah bodinya. Amit-amit kalau pecah bikin tabungan menangis!

Saya salut dengan Honda CBR 150R. Motor yang seakan bisa menyeimbangkan banyak fungsi, antara performa dan gaya. Sudah paket komplet. Mengingat segala perjuangan yang sudah keluarga saya lalui, CBR satu ini tidak akan pernah saya jual. Kenangan di dalamnya terlalu mahal untuk dilupakan.

BACA JUGA Honda Supra dan Pria-pria Goblok yang Dekat dengan Kematian dan kisah inispiratif lainnya di rubrik OTOMOJOK.

Penulis: Ilman Habib

Editor: Yamadipati Seno

Terakhir diperbarui pada 25 Maret 2022 oleh

Tags: doa ibudonat kentang onlineHonda BeatHonda CBR 150Rjualanrestu ibusupra x 125
Ilman Habib

Ilman Habib

Hobi otomotif. Kerja juga di bidang otomotif.

Artikel Terkait

Honda BeAT, Motor Tangguh yang Bakal Tewas di Jalanan Bekasi
Pojokan

Honda BeAT, Motor Tangguh yang Bakal Tewas di Jalanan Bekasi

23 Juni 2025
Honda Supra X 125 MOJOK.CO
Ragam

10 Tahun Kerja Pakai Honda Supra X 125 Karbu, Masih Jadi yang Terbaik Buat “Menaklukkan” Nasabah meski Motornya Kuno dan Lambat

20 Mei 2025
Honda Beat, Motor Matik yang Menjadi Favorit Maling MOJOK.CO
Otomojok

Honda Beat, Motor Matik yang Menjadi Favorit Maling karena Mudah “Dipetik”

13 Januari 2025
Saya Pria, dan Saya Pernah Lupa Ganti Oli Motor hingga Motor Saya Rusak dan Turun Mesin
Liputan

Saya Pria, dan Saya Pernah Lupa Ganti Oli Motor hingga Motor Saya Rusak dan Turun Mesin

19 Juni 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.