Jogja dan Surabaya menjadi daerah yang sama-sama bermasalah dengan tukang parkir. Kalau tidak dengan parkir liar yang meresahkan ya dengan tarif parkir yang tidak masuk akal. Namun, bagi perantau Surabaya yang ada di Jogja, tukang parkir di Jogja agaknya lebih mending ketimbang tukang parkir di Kota Pahlawan.
***
Setelah hampir lima tahun menjadi perantau di Surabaya, Arfi (24) pindah ke Jogja pada 2022 untuk lanjut S2 sambil kerja. Culture shock tentu banyak, termasuk pada persoalan tukang parkir.
Arfi sendiri sebenarnya sudah sangat sering mendengar isu tukang parkir Jogja yang amat menyebalkan. Tapi setelah 2,5 tahun tinggal di Jogja, menurutnya tingkat menyebalkan tukang parkir di Jogja masih lebih mending ketimbang tukang parkir di Surabaya yang pernah ia temui.
Tukang parkir Jogja masih niat kerja
Selama di Jogja, Arfi terbilang sering ke tempat-tempat yang ada tukang parkirnya. Tapi ya memang sih, seperti isu-isu yang beredar, Jogja seolah dipenuhi oleh tukang parkir. Begitu pikir Arfi.
Hanya saja, berbeda dengan kebanyakan orang yang mengeluh saat harus selalu keluar duit karena banyaknya tukang parkir di Jogja, Arfi malah legowo-legowo saja.
“Soalnya tukang parkir di Jogja yang aku temui ya, entah liar atau yang resmi, rata-rata niat kerja,” ujar Arfi kepada Mojok, Kamis, (18/4/2024) sore WIB.
Sebagai contoh saat sedang ngopi di sebuah coffee shop. Setiap hendak keluar, tukang parkir yang ada di lokasi pasti akan bergegas menghampiri Arfi. Tukang parkir itu tanpa diminta lantas membantu Arfi mengeluarkan motornya yang sudah terhimpit motor-motor lain.
Bahkan meskipun posisi motor tak terhimpit pun si tukang parkir di coffee shop Jogja yang pernah Arfi temui tetap membantu agar Arfi tak kerepotan. Hal serupa juga terjadi pada tukang parkir liar Jogja di ATM. Tiap kali keluar dari ATM, tukang parkir yang berjaga langsung gercep membantu Arfi, minimal untuk mengarahkan motornya ke arah jalan yang hendak Arfi tuju.
“Pada dasarnya memang itu jobdesk mereka. Tapi sebagai perantau Surabaya, bagiku servis-servis semacam itu bikin aku agak culture shock,” ucap Arfi.
“Bahwa kadang kala aku sering jengkel iya. Manusiawi. Karena setiap tempat di Jogja kok ya ada tukang parkirnya. Tapi tetep rela aja bayar mereka karena mereka kelihatan kerja kayak yang aku sebutkan tadi,” sambung pemuda asal Aceh tersebut. Mengingat, servis-servis semacam itu tak pernah Arfi temui selama menjadi perantau di Surabaya.
Tukang parkir Surabaya nggak ngapa-ngapain minta dibayar
Pandangan serupa tentang perbedaan tukang parkir Jogja vs tukang parkir Surabaya juga Winar (26) utarakan. Winar sendiri sebenarnya masih menjadi perantau di Surabaya. Hanya saja ia memang masih sering ke Jogja untuk menemui sang kekasih.
Setiap main ke Jogja, jelas Winar akan diajak pacarnya muter-muter. Entah sekadar ngopi-ngopi, kulineran, atau juga melipir ke titik-titik wisata di Jogja. Yang mana kesemuanya, kata Winar, pasti berurusan dengan tukang parkir.
“Tapi salut aja sama tukang parkir Jogja. Misal yang paling membekas di aku adalah kalau di Kafe Basabasi cabang manapun. Tukang parkirnya niat banget. Kalau panas ya motor pengunjung ditutupi biar joknya nggak panas,” beber Winar.
“Kalau hujan, bahkan helm pengunjung ditutup kresek biar nggak basah. Padahal bayar cuma Rp2 ribu,” sambung Winar. Selebihnya mungkin sama dengan yang Arfi beberkan sebelumnya.
Baca halaman selanjutnya…
Tukang parkir Surabaya cuma bisa minta uang