ADVERTISEMENT
Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Orang Bekasi Sulit Menjelaskan ke Tetangga Stresnya Kerja di Jakarta Meski Digaji 5 Juta, Sebab Nyawa Mereka Tertinggal di KRL

Ahmad Effendi oleh Ahmad Effendi
30 Juni 2024
0
A A
Susahnya Orang Bekasi Menjelaskan ke Tetangga Stresnya Kerja di Jakarta Meski Gaji 5 Juta, Nyawa Tertinggal di KRL.MOJOK.CO

Ilustrasi Susahnya Orang Bekasi Menjelaskan ke Tetangga Stresnya Kerja di Jakarta Meski Gaji 5 Juta, Nyawa Tertinggal di KRL (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

Belakangan, meme berbentuk video kucing dengan tulisan “pov orang Bekasi kerja di Jakarta” kerap melintas di linimasa saya. Awalnya, saya dibikin ngakak dengan parodi tersebut.

Bagaimana tidak, selama ini mengolok-olok warga Bekasi sudah menjadi rutinitas warganet. Sehingga, menertawakan kemalangan mereka pun seolah adalah hal yang lazim.

Termasuk, menertawakan beratnya rutinitas harian mereka: berangkat kerja jam 5 pagi, menghabiskan dua jam perjalanan ke tempat kerja, melakukan pekerjaan melelahkan, dan tepar di malam hari. 

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Joki CV Terpercaya dan Profesional (@educv.id)


Namun, kelucuan itu harus saya anulir setelah mengobrol dengan Feni (28). Ia adalah warga Bekasi yang sudah tujuh tahun kerja di Jakarta. 

“Sudah kerja di Jakarta sejak lajang sampai punya anak. Dari belum punya rumah sendiri, sampai… masih belum punya rumah,” kelakar perempuan asal Tambun ini, kepada Mojok, Minggu (30/6/2024).

Saat saya memintanya mengomentari meme kucing tersebut, Feni memang tertawa. “Sangat relate!” katanya. Namun, saat mulai bercerita bagaimana meme tersebut bisa relate dengan kehidupannya, single parent ini perlahan memudarkan tawanya.

“Jangan kayak tetangga-tetangga aku ya, Mas. Tahunya kerja di Jakarta dapat gaji gede, tapi nggak pernah nengok gimana beratnya hari-hari aku. Persis yang kayak di meme itu.”

Bersiap kerja saat ayam belum berkokok

Jam 4 pagi, Feni sudah harus bangun. Tak ada waktu buat scroll TikTok, karena kegiatan selanjutnya adalah salat Subuh dan lekas mandi buat menghilangkan kantuk. Setelahnya, ia juga harus memastikan kebutuhan anaknya yang baru tiga tahun sudah ready saat seharian dia tinggal bekerja. 

“Setiap hari si kecil aku titipin ke Bunda. Tapi sebelum itu semua kebutuhan kayak susu sudah harus aku siapin sendiri,” kata akamsi Bekasi yang kerja di Jakarta ini.

Bahkan, sekadar menyiapkan bekal buat sarapannya sendiri pun ia tidak akan sempat. Memang kalau lagi beruntung, ia masih punya cukup waktu buat menggoreng telur atau membuat mie instan. Tapi itu jadi momen yang langka.

“Ya bagaimana lagi, pokoknya jam 5 aku sudah harus siap berangkat stasiun [Tambun],” imbuhnya.

Dari rumah ke stasiun pertama, Feni berangkat menggunakan ojek online. Waktu 10 menit dan ongkos Rp8-10 ribu biasanya ia habiskan buat sampai ke Stasiun Tambun. 

“Yang jadi masalah sebenarnya kalau musim hujan. Mau nggak mau harus nerobos, dan kadang ke kantor harus nyiapin baju ganti.”

Setelah sampai di Stasiun Tambun, tak ada waktu bagi pekerja Bekasi ini buat bersantai main HP. Ia kudu selalu ready, memastikan bisa naik kereta pertama yang datang dari arah Cikarang. Sebab, kalau telat naik kereta 10 menit atau bahkan setengah jam, bisa-bisa ia terlambat masuk kantor.

Selama kerja di Jakarta, kantornya yang berlokasi di Kawasan Sudirman menerapkan jam kerja mulai pukul 8 pagi. Datang lebih awal, bikin Feni bisa melakukan banyak hal, termasuk prepare dan sarapan. Sementara kalau telat, denda siap-siap harus ia keluarkan.

“Bulan ini sekali telat, sih, karena emang waktu habis di jalan,” ujarnya.

Nyawa pekerja Bekasi tertinggal di KRL

Seringnya, Feni start dari Stasiun Tambun sekitar pukul 5.30 pagi. KRL itu bakal membawanya menuju ke Stasiun Bekasi. Pada 10 menit perjalanan ini, Feni mengaku “masih bisa bernafas” karena penumpang cenderung lenggang. Buat meneruskan tidur, makan sesuap-dua suap nasi, atau lihat video-video lucu di Reels IG,  masih bisa ia lakukan.

Namun saat sampai Stasiun Bekasi, jangan harap ia bisa bersantai. Ribuan penumpang bakal langsung menyerbu gerbong. Selanjutnya bisa ditebak, 45 menit perjalanan melewati 7 stasiun, ia lalui dengan berdiri. 

“Mau nyari kursi kosong udah nggak mungkin. Kalau pun ada yang kosong, itu ya buat orang tua,” ujar perempuan yang kerja di Jakarta ini.

Sekitar pukul 7 kurang, Feni bakal sampai di Stasiun Manggarai buat transit. Di sinilah nasibnya dipertaruhkan. Sebab, bakal ada jutaan pekerja lain seperti dirinya yang akan berebut masuk KRL menuju Sudirman.

“Interval kedatangan itu 10 menitan, jadi kebayang kan kalau nggak kebagian kereta, harus nunggu lagi. Dan masih bakal ramai lagi kayak sebelumnya.”

Kalau beruntung, Feni bakal sampai Stasiun Sudirman pukul 7.30 dan dilanjut berjalan kaki 10 menit ke kantornya. Tapi kalau lagi apes, waktu kedatangannya ke kantor bisa sangat mepet. Bahkan, ada kalanya dia harus merelakan ongkos Rp20 ribu untuk memesan ojek online, karena kalau menunggu kereta berikutnya bakal telat.

“Sampai kantor make up udah luntur. Baju udah kucel. Badan dah basah penuh keringet. Perut kosong pun kadang udah nggak enak buat sarapan, soalnya nyawa masih ketinggalan di dalem KRL,” ujar buruh asal Bekasi ini.

Sulit menjelaskan ke tetangga kolot kalau kerja di Jakarta tak seenak yang dipikirkan

Feni terus mengulangi rutinitas melelahkan itu. Bangun subuh, habiskan dua perjalanan ke tempat kerja, melewati delapan jam di kantor, dan dua jam perjalanan lagi buat pulang.

“Jam 7, 8, ya itu jam sampai rumah. Langsung mandi, ketemu anak yang sudah tidur, dan istirahat buat mengulang rutinitas besok,” ucapnya getir.

Perempuan ini sedih bukan hanya karena melakukan rutinitas melelahkan. Namun, kerja di Jakarta bikin waktunya bersama sang anak jadi berkurang. Ia benar-benar bisa menghabiskan waktu seharian bersama anaknya hanya saat akhir pekan saja.

Kendati demikian, masih ada saja tetangganya yang nyinyir kepadanya. Menurut Feni, mulut mereka asal nyablak karena tak pernah memahami betapa sulitnya menjadi dia, orang Bekasi yang kerja di Jakarta.

“Biasanya pada nyinyir, ‘kok jarang kelihatan sih, Fen’, ‘kasian Bundamu ngurus anakmu sendiri tiap hari’, tanpa mereka pahami tiap harinya aku udah stres banting tulang sama kerjaan,” kata Feni.

“Belum lagi kalau ada yang bilang, ‘kudu rajin bersyukur, dapat kerja enak kantoran di Jakarta, gaji gede’. Itu rasanya pengen nangis sambil bilang, ‘udah gantiin aja posisiku.”

Dengan kerja di Jakarta, Feni mendapat upah Rp5,2 juta per bulan. Namun, angka itu harus ia potong Rp1,5 juta untuk disisihkan buat akomodasi hariannya. Baik transport maupun uang makan.

Alhasil, modal Rp4 juta harus ia gunakan selama sebulan buat menghidupi anaknya dan dua orang tuanya yang sudah berumur. Bagi Feni pula, “kerja di Jakarta bukanlah pilihan, tapi adalah keharusan”, karena Bekasi tak memberikan apa-apa kepadanya.

Penulis: Ahmad Effendi

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA Kos Kutek Depok, Saksi Rusaknya Mahasiswa UI di Perantauan, Bikin Susah Warga dan Orang Tua

Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News

Terakhir diperbarui pada 1 Juli 2024 oleh

Tags: bekasijakartakerja di jakartaorang bekasi kerja di jakartaUMR Jakartawarga bekasi
Iklan
Ahmad Effendi

Ahmad Effendi

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Modal uang Rp3 ribu bisa naik kereta api dari Surabaya hingga Jakarta MOJOK.CO
Ragam

Pengalaman Nekat dan Penuh Siasat Naik Kereta Api, Modal Rp3 Ribu buat ke Berbagai Kota Tanpa Diusir

21 Mei 2025
Tukang sayur di Solo lebih makmur ketimbang kerja di Jakarta. MOJOK.CO
Sosok

Nekat Merantau dari Jakarta ke Solo untuk Bangun Usaha Sendiri, Kini Hidup Jauh Lebih Tenang dengan Gaji Berkecukupan

21 Mei 2025
Menteng Jakarta Pusat, Saksi Bisu Perantau “Diinjak-injak” Orang Kaya.MOJOK.CO
Ragam

Menteng Jakarta Pusat, Saksi Bisu Perantau Miskin “Diinjak-injak” Orang Kaya: Meninggalkan Kota Kecil demi Mengubah Nasib, Malah Diupah Tak Wajar

20 Mei 2025
Pengusaha di Jogja Kurang Berani Unjuk Gigi dan Terkesan Slow Living, padahal Bisa Ngalahin Jakarta. MOJOK.CO
Ragam

Pengusaha di Jogja Nggak Berani Pamer dan Terkesan Slow Living, padahal Bisa Ngalahin Orang Jakarta

20 Mei 2025
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
presentasi pakai avatar presentation.MOJOK.CO

Menyingkap Kecanggihan Avatar Presentation: Era Baru Presentasi Virtual

Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

3 gen z salurkan ribuan orang ke lapangan kerja impian melalui startup pendidikan dibimbing.id MOJOK.CO

3 Gen Z Salurkan Ribuan Orang ke Pekerjaan Impian Lewat Startup Pendidikan, Masuk Forbes 30 Under 30

21 Mei 2025
Melbourne, Australia lebih baik timbang Bordertown. MOJOK.CO

Pengalaman Pertama Orang Indonesia Pindah ke Bordertown, Malah bikin Syok karena Melbourne Lebih Menjanjikan

20 Mei 2025
Jurusan Sistem Informasi di kampus swasta Jogja. MOJOK.CO

Sulitnya Jadi Mahasiswa Jurusan Sistem Informasi, Disuruh Servis Laptop hingga Dituduh Hacker

17 Mei 2025
23 tahun tinggal di Jagakarsa, daerah terluas dan paling nyaman di Jakarta Selatan (Jaksel) MOJOK.CO

Puluhan Tahun Tinggal di Jagakarsa, Berdamai dengan Hal-hal Menyebalkan di Balik Label “Daerah Ternyaman” Se-Jakarta Selatan

17 Mei 2025
Ujian Sejarah dan Sastra dari Dosen Pramoedya Ananta Toer MOJOK.CO

Ujian Lisan Sejarah Nasional dan Sastra dari Dosen Pramoedya Ananta Toer untuk Mahasiswa Tingkat 1 dan 2. Yang Master dan Doktor Nggak Usah Jawab

21 Mei 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.