Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Mendatangi Sebuah SD Menyeramkan di Jawa Tengah: Gangguan Sosok Hitam dan Tangisan Perempuan yang Terus Terdengar

Abang Kalya oleh Abang Kalya
10 Januari 2025
A A
Mendatangi sebuah SD paling angker di Rembang, Jawa Tengah MOJOK.CO

Ilustrasi - Mendatangi SD angker di Rembang, Jawa Tengah. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Sebuah SD di Rembang, Jawa Tengah, selalu menjadi tempat teror mengerikan bagi warga sekitar. Terutama saat surup hingga malam hari.

Saya mendengarnya lewat desas-desus. Maka saya mencoba mendatangi SD di sebuah desa di Rembang, Jawa Tengah, tersebut pada suatu sore, Jumat (20/12/2024).

Cukup lama saya mondar-mandir di depan SD tersebut. Beberapa warga—yang baru pulang dari ladang di sekitar—menatap saya agak aneh. Mungkin mereka asing dengan wajah saya. Atau barangkali mereka menduga-duga: apa yang saya lakukan di SD tersebut.

SD Jawa Tengah yang sajikan suasana mencekam

Sepintas, bangunan SD di Rembang, Jawa Tengah, tersebut tidak mengesankan keanehan. Catnya tampak baru. Bangunannya pun bersih. Tidak ada coret-coret atau bagian dinding yang mengelupas. Hanya tulisan nama SD-nya saja yang tampak rusak di beberapa huruf.

Kalau dibandingkan dengan SD di desa saya—juga di Rembang—rasa-rasanya malah lebih menyeramkan SD desa saya (SDN Manggar II). Saya pernah berbagi cerita perihal betapa ngerinya SD saya di kanal YouTube Podcast Malam Paling Asli.

Memang, konon, masih banyak SD dengan nuansa menyeramkan di Rembang, Jawa Tengah. Tidak hanya SD desa saya. Namun, secara suasana, SD yang saya kunjungi itu saya akui suasananya lebih mencekam.

Gambarannya kira-kira seperti suasana SD di film Waktu Maghrib (2023): sebuah desa yang jauh dari keramaian dan dikelilingi perladangan. Hanya ada kesenyapan setiap menjelang azan Magrib.

Oh iya, untuk SD yang saya tulis ini, narasumber yang saya temui meminta agar saya tak menyebut nama desanya. Dia khawatir dianggap menyebarkan citra buruk atas SD di desanya tersebut.

Becerita di langgar tua

Jarak SD dengan permukiman warga memang cukup jauh. Bedanya dengan desa saya: jarak SD ke permukiman memang harus naik turun terlebih dulu. Sementara SD yang saya kunjungi itu jalurnya lebih landai. Hanya saja blusuk-blusuk.

Saya langsung menuju sebuah langgar tua: gaya arsitekturnya seperti gaya tempo dulu. Catnya pun sudah memudar. Saya lantas ikut salat Magrib berjemaah dengan warga sekitar. Mayoritas orang berumur. Anak-anak hanya hitungan jari saja.

“Kalau anak-anak muda di sini rata-rata merantau. Ke mana-mana. Surabaya, Kalimantan,” ucap Durasim (45), salah satu warga yang saya temui saat duduk-duduk di pelataran langgar.

Saya pun langsung melayangkan pertanyaan perihal desas-desus kengerian SD di desanya. Durasim langsung terkekeh. Dia bersedia bercerita. Tapi dengan syarat, nama desanya di Rembang, Jawa Tengah, itu tak perlu ditulis terang benderang.

“Cukup tulis SD asal Rembang saja,” katanya.

Iklan

Teror sosok hitam di sebuah SD di Jawa Tengah

Baru beberapa minggu lalu, sebelum saya berkunjung, ramai cerita dari salah seorang warga yang jatuh hingga pingsan di depan SD di Rembang, Jawa Tengah itu.

Ceritanya, ada seorang warga (ibu-ibu) yang baru pulang dari luar desa. Dia melintasi SD pada jam-jam selepas Isya seorang diri dengan mengendarai motor.

“Katanya ada sosok hitam besar menghadang. Terus dia oleng, jatuh, pingsan. Ditolong pas ada warga lain yang melintas,” tutur Durasim.

Tidak semua warga di desanya mendapat gangguan tiap melintas di SD tersebut. Tapi memang sudah banyak yang mengaku mengalami hal mengerikan di sana.

“Lagi sial saja, Mas. Seperti aku ini ya sering kalau lagi kumpul-kumpul sama warga lain, ada saja cerita tentang SD itu. Tapi aku sendiri nggak pernah ngalami,” ungkapnya.

“Bahas apa e, Sim?” Di tengah-tengah obrolan kami, seorang sepuh berambut putih menegur Durasim.

“Nah, kalau Mbah Likur ini punya cerita banyak,” ucap Durasim sambil melambai ke arah sosok sepuh yang dipanggil Mbah Likur tadi. Mbah Likur lantas mendekat.

Genderuwo yang suka menghadang

Mbah Likur ternyata dikenal sebagai mbah-mbah pemberani di desa itu. Dia sudah khatam betul dengan teror-teror di SD tersebut.

“Bukan bekas kuburan. Cuma sejarahnya, dulu SD itu dibangun kan ada banyak pohon besar yang ditebang. Pohon besar kan sarangnya demit. Karena pohonnya nggak ada, ya demitnya pindah tinggal di SD,” jelas Mbah Likur dengan antusias.

“Memang genderuwo itu yang paling sering ngetok (menampakkan diri),” sambungnya.

Mbah Likur kelewat sering melintas di SD itu di jam-jam malam. Dia mengaku beberapa kali dihadang si genderuwo. Namun, karena dasarnya pemberani, gangguan genderuwo itu justru tidak mempan di Mbah Likur.

“Biasanya cuma saya bilang, mbok jangan ganggu. Terus ilang,” katanya. Itu sudah sering Mbah Likur alami sejak masih muda.

Tangis perempuan dan anak-anak

Munjib (17), seorang remaja yang ikut berjemaah di langgar lantas urun cerita.

Munjib sekolah di salah satu SMA di Rembang. Jaraknya 25 menitan dari desanya.

Sekolahnya biasanya sudah pulang jam dua siang. Namun, Munjib kerap menghabiskan waktu untuk main bersama teman-temannya terlebih dulu. Entak sekadar nongkrong di warung kopi atau main ke pantai.

“Karena sekali pulang, mau keluar lagi ya wegah. Jauh dari peradaban,” ungkapnya.

Maka, biasanya Munjib akan masuk desa pada jam-jam Magrib. Suasana di SD sudah cukup mencekam di jam-jam tersebut.

“Kalau aku seringnya dengar suara tangisan. Kadang perempuan, kadang anak kecil. Tapi aku nggak pernah tahu wujudnya. Kalau udah denger gitu, langsung ngebut (bawa motornya),” ucapnya.

“Dulu pas kamu sekolah di SD situ gimana, Jib?” tanya saya spontan.

“Wah dari dulu itu kami udah dengar banyak cerita horor dari orang-orang tua. Kalau ngalami sendiri itu, aku ingat, dulu di kelasku ada yang kesurupan gara-gara kencing di pojok belakang, dekat gudang. Orangnya masih hidup, bisa aku WA-kan,” panjang lebar Munjib menceritakan.

Asyik menyimak cerita-cerita mereka, tahu-tahu sudah azan Isya. Saya pun kembali ikut salat Isya berjemaah di langgar tua itu. Selepasnya, saya mulai kepikiran, apakah saya berani melintasi SD itu sendirian untuk pulang?

“Aku antar sampai dekat SD, seterusnya nanti sampean tancap gas saja yang kenceng,” saran Munjib. Saya mengiyakan, meski tetap saja deg-degan.

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Desa Manggar di Rembang: Jejak Mistis yang Meneror Warga atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan

Terakhir diperbarui pada 13 Januari 2025 oleh

Tags: rembangsd angkersd angker di rembangsd angker jawa tengah
Abang Kalya

Abang Kalya

Artikel Terkait

Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO
Catatan

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
LKSA Darul Hadlonah Rembang tak butuh slogan "Kebersihan sebagian dari iman" atau "Jagalah kebersihan" MOJOK.CO
Ragam

Darul Hadlonah Rembang, Tempat yang Selalu Bersih Tanpa Peringatan “Jagalah Kebersihan”

21 November 2025
LKSA (panti asuhan) Darul Hadlonah Rembang beri bekal keterampilan hidup bagi anak-anak bermasalah sosial MOJOK.CO
Ragam

Darul Hadlonah Rembang: Beri Bekal Keterampilan ke Anak-anak Bermasalah Sosial untuk Arungi Kehidupan

20 November 2025
Rembang amat butuh kereta api karena perjalanan pakai bus di pantura amat menyiksa MOJOK.CO
Ragam

Rembang Sangat Butuh Kereta Api karena Perjalanan di Jalan Pantura Amat Menyiksa

19 November 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Bahayanya Cadangan Pangan Beras Jika Tak Dikelola Saat Bencana Sumatra. MOJOK.CO

Pentingnya Cadangan Pangan Beras di Daerah agar Para Pimpinannya Nggak Cengeng Saat Darurat Bencana

8 Desember 2025
Eksan dan Perjuangan Menghidupkan Kembali Rojolele, Beras Legendaris dari Delanggu

Eksan dan Perjuangan Menghidupkan Kembali Rojolele, Beras Legendaris dari Delanggu

5 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.