ADVERTISEMENT
Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Nekat Merantau ke Jakarta Bermodal Ijazah S1 Malah Berakhir Apes, Tinggal di Kos Sempit dan Berakhir Jadi Tukang Parkir Blok M

Ahmad Effendi oleh Ahmad Effendi
19 Mei 2025
0
A A
Kebayoran Baru Jakarta Selatan, merantau ke Jakarta.MOJOK.CO

Ilustrasi - Kebayoran Baru Jadi Saksi Para Sarjana “di-Prank” Kemewahan Jaksel: Nekat Merantau Bermodal Ijazah S1, Berakhir Jadi Tukang Parkir Liar (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Merantau ke Jakarta tak pernah mudah. Lulusan S1 PTS Jogja bahkan harus luntang-lantung dan berakhir menjadi tukang parkir liar di kawasan perkantoran elite Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

***

Mendengar kata Jakarta Selatan, cuma ada tiga hal yang ada di benak Ade (24): kalcer, glamor, dan cari kerja gampang. Dalam bayangannya, dengan merantau ke Jakarta ia bisa “meng-upgrade” kehidupannya. Setidaknya bisa lebih baik secara penghasilan, karena setelah setahun kerja di Jogja ia merasa tak mendapat apa-apa.

“Kerja di Jogja itu, isinya cuma gajian, senang-senang bentar, tahu-tahu gaji abis. Kemudian, welcome back to reality. Gitu aja terus,” ujarnya kepada Mojok, Sabtu (17/5/2025).

Menurutnya, pangkal masalah itu adalah gaji yang tak seberapa. Saat masih di Jogja, Ade bekerja di sebuah kantor swasta dengan gaji mentok UMR. Kata dia, dengan gaji segitu, untuk bisa bertahan sampai akhir bulan saja sudah untung. “Makanya, mana kepikiran buat have fun,” imbuhnya.

Oleh karena itu, akhir 2024 lalu Ade memutuskan resign dari kantornya. Berbekal ijazah S1 kampus swasta di Jogja, ia pun menyusul kawannya yang sudah beberapa bulan kerja di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Seperti yang Ade bilang, motivasinya merantau ke Jakarta cuma ingin mendapatkan nasib yang lebih baik. Dan, bagi dia, datang ke Jakarta Selatan adalah solusinya.

Pada awalnya, merantau ke Jakarta dianggap pilihan ideal

Merantau ke Jakarta, dalam benak Ade, bisa memberi perubahan yang instan. Setidaknya, ia tak perlu khawatir bakal menganggur karena lowongan kerja melimpah. Apalagi dia datang ke Kebayoran Baru, pusat perkantoran elite yang berada di Jakarta Selatan.

Kebayoran Baru, kawasan yang menjadi jujugan Ade, memang dikenal sebagai merupakan kawasan yang “tak sembarangan”. Kecamatan di Jaksel ini menjadi kawasan yang sebagian besar merupakan daerah pemukiman, pertokoan, hingga pusat bisnis.

Kebayoran Baru menjadi rumah bagi Blok M yang terkenal itu, Sudirman Central Business District (SCBD), Bursa Efek Indonesia (BEI), hingga terminal bus dalam kota terbesar di Jakarta, yakni terminal Blok M. 

Kalau kata Ade, “kilauan lampu gedung-gedung pencakar langit Jakarta Selatan nggak pernah padam di sana.” Itu menjadi first impression-nya ketika pertama menginjakkan kaki di Jaksel.

Sejak pandangan pertama itu, Ade langsung yakin bahwa Jakarta memang menawarkan banyak jalan untuk sukses. Hal yang sulit dia dapatkan selama kerja di Jogja.

Namun, ada banyak ironi di Kebayoran Baru Jaksel

Sayangnya, bulan madu Ade dengan kemegahan gedung-gedung perkantoran Kebayoran Baru tak bertahan lama. Tepat di balik megahnya fasad itu, ia menyadari bahwa ada ironi yang tersembunyi.

Di balik gang-gang sempit yang berhimpitan dengan tembok-tembok apartemen mewah, ada ritme kehidupan yang berjalan amat kontras. Di sana, terdapat kos-kos sempit dengan fasilitas apa adanya. Jalanan juga becek, yang ketika hujan sangat mungkin tergenang banjir.

“Temanku beberapa bulan ini tinggal di situ,” kata Ade, yang baru menyadari bahwa ada “sisi lain” dari Jakarta Selatan yang jarang dibicarakan.

Hanya butuh beberapa hari menumpang di kos sempit temannya itu untuk menyadari bahwa Jakarta Selatan nggak melulu soal kemewahannya. Di balik itu semua, ternyata ada banyak perantau–termasuk temannya–yang hidup pas-pasan. 

Meskipun mereka kerja kantoran, ada alasan mengapa kos (nyaris) kumuh itu mereka pilih sebagai tempat tinggal. Yakni karena harganya memang murah. Kalau memaksakan ngekos di tempat yang elite, gaji mereka tak cukup.

“Setelah diceritain sama temanku, aku baru tahu kalau kerja kantoran di sini banyak yang gajinya di bawah UMR Jakarta,” ungkapnya. “Ini sisi gelap merantau ke Jakarta yang baru aku tahu.”

Baca halaman selanjutnya…

Ternyata Kebayoran Baru tak menawarkan lapangan. Luntang-lantung dua bulan sampai rela jadi tukang parkir liar.

Halaman 1 dari 2
12Next

Terakhir diperbarui pada 20 Mei 2025 oleh

Tags: jakartajakarta selatanJakselkebayoran barukebayoran baru jakarta selatanmerantau ke jakartapilihan redaksi
Iklan
Ahmad Effendi

Ahmad Effendi

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

mahasiswa kkn.MOJOK.CO
Kampus

Dapat Kelompok KKN “AFK” dan “Nggak Napak Tanah” Itu Seburuk-buruknya Nasib: Merepotkan Teman dan Warga Cuma Demi Nilai A

17 Juni 2025
ide bisnis mahasiswa.MOJOK.CO
Ragam

Ditolak Kampus PTN, Kini Malah Menciptakan Ide Bisnis Menjanjikan: Modal Iseng, Bisa Kantongi Rp50 Juta Pertama di Usia 20

17 Juni 2025
Tinggalkan Probolinggo untuk kerja di Korea Selatan demi bantu Ibu. Dapat cuan gede malah dituduh tetangga jual diri MOJOK.CO
Ragam

Nekat Kerja di Korea Selatan demi Bantu Ibu, Dapat Cuan Gede Malah Dituduh Tetangga Jual Diri hingga Tak Mau Pulang Lagi

17 Juni 2025
Sri 'Itut' Hastuti melatih dengan hati. MOJOK.CO
Sosok

Sri Hastuti, Pelatih Sepak Bola Putri yang Melatih dengan Hati

17 Juni 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Lulusan SMK PGRI Lubuklinggau jadi karyawan Alfamart dan Indomaret, kerja apapun layak diapresiasi MOJOK.CO

Lulusan SMK “Hanya” Jadi Karyawan Alfamart dan Indomaret: Sekolah Harus Tetap Bangga, Karena Sukses Tak Dilihat dari Status

12 Juni 2025
Pertama kali naik kereta api (KA) ekonomi setalah bertahun-tahun naik bus ekonomi. Rasanya seperti mimpi meski tak pernah pakai KAI Access MOJOK.CO

Orang Desa Pertama Kali Naik Kereta Api Ekonomi: Banyak Gaya karena Bosan Naik Bus Ekonomi, Berujung Nelangsa Beli Nasgor di KAI

11 Juni 2025
mengurus ktp hilang.MOJOK.

Rasanya Jadi Perantau Mengurus KTP Hilang di Dukcapil Sleman: “Sat-Set”, Lima Menit Selesai, Tidak Ribet Seperti di Tangerang

16 Juni 2025
Berkah Waisak 2025 bagi Candi Borobudur Magelang MOJOK.CO

Berkah yang Terasa dari Waisak 2025 di Candi Borobudur

11 Juni 2025
Orang kaya pertama kali naik bus ekonomi, tersiksa jiwa raga sampai trauma MOJOK.CO

Orang Kaya Naik Bus Ekonomi: Coba-coba Berujung Tersiksa, Dimaki Pengamen sampai Tahan Kencing Berjam-jam

12 Juni 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.