Demi mendapat harga murah untuk menempuh Surabaya-Jember, bus Ladju ekonomi menjadi satu jenis bus yang dipilih. Akan tetapi, naik bus satu ini memang penuh tantangan dan bersiap dengan kemungkinan buruk yang mengancam di sepanjang jalan.
Asli Sidoarjo, kuliah di Surabaya. Kehidupan Akbar (23) awalnya berkutat di sekitar Surabaya Raya saja. Hingga akhirnya, demi mengejar cinta, Akbar untuk pertama kalinya menjajal naik bus Ladju ekonomi pada 2023 silam.
Bus Ladju Surabaya-Jember, pilihan murah di antara gempuran bus mewah
Akbar bukan mahasiswa berduit. Maka, ketika hendak berangkat ke Terminal Bungurasih, Akbar sudah menetapkan pilihan bahwa dia harus mencari bus yang semurah mungkin.
Berbekal informasi seadanya, Akbar mengantongi satu nama: bus Ladju ekonomi. Sebenarnya ada banyak pilihan bus mewah untuk rute Surabaya-Jember. Bus Ladju patas—dengan jaminaan lebih nyaman dari ekonomi—pun sebenarnya ada.
“Tapi aku bawa uang pas-pasan. Jadi ambil bus Ladju ekonomi lah. Tarifnya waktu itu Rp60 ribu,” ujar Akbar saat kami betemu di sebuah kedai kopi di Ngaglik, Sleman, Sabtu (5/7/2025) malam WIB.
Ketika bus itu berhenti di pintu keberangkatan, Akbar agak ragu dengan penampilan luar bus berkelir biru-putih tersebut. Merujuk informasi yang Akbar dapat, kendati ekonomi, sebenarnya ada bus Ladju yang ber-ac tapi dengan tarif biasa.
Akan tetapi, karena siang itu yang dia dapati adalah tanpa ac, mau tidak mau bus itulah yang dia naiki. Selain itu, kondisi fisik bus juga kusam dan lawas sekali.
Takjub dengan ragam penumpang bus Ladju
Akbar langsung kaget ketika naik di dalam bus Ladju ekonomi yang dia tumpangi tersebut. Pertama, kondisi kursinya banyak yang sudah rusak. Tapi ya bagaimana lagi, nyaman tak nyaman, yang penting bisa duduk lah.
Kedua, selama perjalanan, Akbar yang memang minim pengalaman naik bus agak “takjub” dengan ragam jenis penumpang di bus tersebut.
“Ada yang rokok kebal-kebul. Jadi asapnya mengepul. Pengamen keluar-masuk sangat intens sekali,” kata Akbar. Masalahnya, ada jenis pengamen dengan tipikal maksa: enggan beranjak sebelum dikasih recehan, meski sedari awal penumpang sudah menunjukkan penolakan.
Tapi pengalaman paling sial hari itu adalah ketika tiba-tiba ada penumpang membawa keranjang ayam. Sialnya lagi, penumpang itu duduk di kursi sebelah Akbar.
“Awalnya ya nggak ada masalah. Kutinggal tidur aja. Ya walaupun suara ayamnya agak mengganggu. Tapi nggak apa-apa, itu seninya naik bus Ladju,” pikir Akbar.
Hingga akhirnya, tiba-tiba Akbar mencium bau tak sedap yang sangat menyengat. Akbar tentu saja langsung melirik arah si penumpang yang bawa ayam tadi. Aromanya memang dari sana.
“Pas aku ngelirik ke bawah, Cok, ternyata ayamnya buang kotoran di celanaku. Encer lagi. Wah jan tenan,” keluh Akbar. Tragedi itu pada akhirnya membuat upaya Akbar mengejar cintanya di Jember berakhir pupus.
Waswas ketika memasuki “jalur gerandong”
Masih berbekal informasi yang Akbar dapat dari kenalannya yang asli Jember, ada satu jalur di Lumajang yang dinamai “jalur gerandong” oleh kenalan Akbar.
Jalur tersebut harus melewati hutan yang agak panjang. Kalau sore dan malam hari pasti gelap. Konon, jalur tersebut rawan gerandong alias rampok.
“Misalnya, kalau ada motor atau truk muatan yang lewat malam, bisa jadi sasaran rampok,” kata Akbar.
Sementara kalau untuk bus, biasanya ada pencuri yang naik dan menyamar sebagai penumpang. Si pencuri—yang disebut gerandong—akan mencari-cari celah untuk mengambil barang dari penumpang.
“Jadi setiap kali lewat situ masuk sore atau malam hari, aku waswas sendiri. Sengantuk-ngantuknya harus berusaha melek dan siaga. Takut kalau jadi korban,” tutur Akbar.
Walaupun akhirnya, setelah berkali-kali naik bus Ladju ekonomi Surabaya-Jember dan masuk daerah di Lumajang itu malam hari, Akbar mengaku belum pernah mengalami ada “gerandong” masuk di tengah-tengah penumpang. Atau jangan-jangan Akbar sendiri tidak menyadari.
Mengingat, di grup-grup busmania di Facebook, keberadaan gerandong di dalam bus Ladju ekonomi Surabaya-Jember menjadi topik yang banyak diperbincangkan.
Itulah kenapa banyak orang lebih merekomendasikan naik bus Ladju patas sekalian. Selain lebih nyaman, juga lebih aman. Toh selisih tiketnya tidak jauh-jauh amat.
Batu melayang ke dalam bus
Tingkat kecelakaan lalu lintas (laka lantas) bus Ladju ekonomi terbilang sangat rendah. Tidak semasif misalnya bus Sumber Selamet. Meski beberapa bus Ladju dikemudikan oleh sopir ugal-ugalan.
Hanya saja, kata Darko (32), seorang busmania yang aktif di Facebook dan beberapa kali naik bus Ladju ekonomi menyebut, ketakutan penumpang memang bukan karena potensi laka lantasnya. Tapi hambatan-hambatan tak terduga di jalan raya.
“Saya sendiri pernah. Pada 2014 dulu, pas di bus sampai di Probolinggo tiba-tiba ada yang melempar batu. Pecah lah kacanya. Batunya masuk bus. Penumpang panik,” kata Darko.
Itulah kenapa, jangan heran kalau mendapati beberapa bus Ladju ekonomi memasang semacam ring besi di tiap-tiap jendela. Sebagai antisipasi jika ada lemparan batu, batunya tidak masuk.
“Sekarang juga masih jadi kewaspadaan hal semacam itu. Kapan lalu baru saja terjadi, pengamen nggak boleh masuk, eh busnya dilempari batu dan kayu,” jelas Darko.
Tak hanya itu, Darko juga pernah mengalami ketika sopir bus Ladju ekonomi yang dia naiki terlibat adu jotos dengan sopir bus lain. Persoalannya ya karena berebut penumpang di jalan saja.
Jika bus Sumber Selamet atau bus-bus di pantura merespons rebutan penumpang itu dengan “balapan”, kalau di rute Surabaya-Jember, si sopir bisa saling hadang, lalu terlibat cekcok pinggir jalan bahkan bisa sampai adu pukul.
Pilihan ekonomis orang-orang kelas bawah
Kendati begitu, kata Darko, bus Ladju ekonomi memang masih menjadi pilihan banyak orang dengan rute Surabaya-Jember. Meski sebenarnya ada pilihan lain yang lebih nyaman seperti bus Ladju patas.
“Bagi orang kelas bawah, selisih harga ya tetap selisih. Jadi tetap cari yang lebih murah. Maka, Ladju ekonomi tetap jadi pilihan,” ucap Darko.
Baginya, nyaris tidak ada bedanya antara yang ac tarif biasa atau yang non-ac. Sebab, kadang yang ber-ac pun ada saja yang ac-nya mati dan kursinya rusak. Malah ada saja yang nekat merokok meski busnya ber-ac.
“Orang kelas bawah itu sudah nggak sempat mikir nyaman nggak nyaman, Mas. Pokoknya murah, terus sampai tujuan,” ucap Darko.
Mereka pun cenderung lebih kebal dengan hambatan-hambatan atau banyak hal tak terduga di jalan, yang mungkin akan membuat kaget orang-orang yang baru pertama kali naik bus Ladju ekonomi.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi
BACA JUGA: Coba-coba Boker di Toilet Bus Patas, Niat Legakan Perut Malah Dibikin Waswas hingga Repot saat Cebok atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan












