Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Marganingsih Lasem: Rumah bagi Anak-anak Timur Menyemai Mimpi Luhur, Harmoni di Antara Kaum Santri, Tionghoa, dan Jawa

Muchamad Aly Reza oleh Muchamad Aly Reza
26 November 2025
A A
LKSA Marganingsih Lasem: rumah bagi anak-anak timur menyemai mimpi luhur MOJOK.CO

Ilustrasi - LKSA Marganingsih Lasem: rumah bagi anak-anak timur menyemai mimpi luhur. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Kota Lasem memang sudah amat erat dengan identitas budaya sebagai Kota Pecinan (peci: santri), Kampung Pecinan (Tiongkok kecil), dan Kota Pusaka (peninggalan Majapahit).

Namun, Lasem tak melulu tentang tiga identitas itu. Di antara geliat pesantren, kampung pecinan, dan kultur masyarakat Jawa yang kental, berdiri sebuah rumah yang menambah harmoni kota ini. Yakni LKSA Marganingsih, rumah bagi anak-anak dari timur Indonesia.

***

Tahun 1998 menjadi awal kali Suster Bernarda, SND diutus untuk bertugas di LKSA Marganingsih Lasem. Bernarda mengaku takjub ketika melihat bagaimana beragam kelompok bisa hidup dengan harmoni di kota ini.

Bernarda asli Medan, Sumatera Utara. Sebelum bertugas di Lasem, Bernarda sempat bertugas di beberapa daerah dengan basis pesantren kuat di Jawa Tengah. Ia mengaku kerap merasa tak nyaman karena sering kali berhadapan dengan perlakuan intoleran. Lalu ia tiba di Lasem.

Pondok Pesantren Kauman, simbol harmoni Pecinan (peci: santri) dan Pecinan (Tiongkok Kecil) MOJOK.CO
Pondok Pesantren Kauman, simbol harmoni Pecinan (peci: santri) dan Pecinan (Tiongkok Kecil). (Aly Reza/Mojok.co)

“Lasem membuat hati saya terasa hangat. Meskipun kental santrinya, Tionghoanya, Jawanya, tapi harmonis. Misalnya saya pergi ke pasar, jalan, pasti ada yang nyapa. Bahkan ada yang mau antar,” ujar Bernarda—selaku Kepala Pengasuh LKSA Marganingsih Lasem—saat saya temui di asrama putri LKSA Marganingsih Lasem, Selasa (28/10/2025) sore.

“Terus saat ini banyak anak timur di sini. Keragaman itu membuat Lasem terasa makin kaya. Sopir kami, juru masak di dapur, ada yang beragama Islam. Kami hidup berdampingan,” sambungnya. Nilai keharmonisan dan toleransi itu lah yang kemudian Bernarda tekankan pada anak-anak asuhnya di LKSA.

Kampung Pecinan (Tiongkok kecil) Kauman MOJOK.CO
Kampung Pecinan (Tiongkok kecil) Kauman. (Aly Reza/Mojok.co)

Muasal Lasem menjadi rumah bagi anak-anak timur

LKSA Marganingsih Lasem berdiri pada 21 November 1972 dan dikelola olah para suster. Sebagaimana umumnya LKSA, Marganingsih berdiri dengan tujuan untuk menolong anak-anak tak beruntung agar hidup layak dan bermartabat.

Sebenarnya LKSA Marganingsih Lasem tidak dikhususkan untuk anak-anak timur. Gelombang kedatangan anak-anak timur baru terjadi pada 1995.

“Generasi pertama anak timur itu tiga anak dari Sumba. Yang bawa waktu itu, ada orang yang peduli sama pendidikan anak-anak ini, tapi dia nggak punya modal,” beber Agus Sumanto, salah satu pengasuh yang sore itu juga menjamu saya bersama Bernarda.

Dari kiri: Suster Bernarda, Martasya Are, Tiholis Gobai, dan Agus Sumanto MOJOK.CO
Dari kiri: Suster Bernarda, Martasya Are, Tiholis Gobai, dan Agus Sumanto. (Aly Reza/Mojok.co)

Orang itu, kata Manto—sapaan akrab Agustinus Sumanto—lantas membawa anak-anak timur yang tak beruntung untuk disebar di tempat-tempat pengasuhan di Jawa. Tiga di antaranya dititipkan di LKSA Marganingsih Lasem.

“Tiga anak itu dulu masih SD, belum bisa baca-tulis. Kami didik, kami sekolahkan sampai lulus SMK. Setelah itu mereka cari kerja dan kabarnya sudah punya bisnis sendiri di daerah asalnya,” sambung laki-laki yang sudah berkhidmah dari Sleman ke Lasem sejak 1989 itu.

Sejak saat itu, lewat mulut ke mulut, banyak anak-anak timur yang dititipkan di LKSA Marganingsih Lasem. Saat ini ada 20 anak laki-laki dan 42 anak perempuan yang tinggal di LKSA tersebut. Usianya pun beragam: TK, SD, SMP, dan SMK.

Timur dan cinta kasih: memberi warna baru bagi Lasem

Ketimbang kelompok santri, Jawa, dan Tionghoa, anak-anak timur memang memiliki perbedaan cukup mencolok. Misalnya dari warna kulit.

Iklan

Lebih-lebih, persepsi miring tentang “timur”—khususnya Papua—juga sudah kadung mencuat. Misalnya anggapan bahwa orang Papua itu kasar.

Manto dan Bernarda tak ingin persepsi itu terus langgeng. Oleh karena itu, mereka punya misi agar alih-alih terpinggirkan, anak-anak timur justru harus bisa menjadi warna baru bagi Lasem.

Manto mengajari anak-anak timur di LKSA Marganingsih Lasem agar mengedepankan adab pada siapa pun. Ia juga mendorong agar anak-anak berprestasi di sekolah. Dengan begitu, anak-anak timur tidak akan dipandang sebelah mata.

Anjing lucu bernama Gropal menjadi teman setia anak-anak MOJOK.CO
Anjing lucu bernama Gropal menjadi teman setia anak-anak. (Aly Reza/Mojok.co)

Sementara Bernarda menekankan nilai-nilai cinta kasih kepada sesama manusia. Dengan mengasihi orang lain, senantiasa berlaku baik pada sesama, dan menghormati orang lain, maka orang lain juga akan membalas dengan perbuatan serupa. Selain tentu saja mendapat cinta kasih dari Allah.

Begitu nilai dalam agama Katolik yang Bernarda tanamkan. “Oh betapa baiknya Allah yang Maha Baik,” begitu bunyi ajaran Kristus yang terpampang di salah satu dinding asrama putri.

“Dan sejak awal, jika tinggal di panti ini, kami tekankan bahwa kita sudah menjadi keluarga. Nggak ada beda lagi asal, suku, agama, itu sudah dihilangkan. Sehingga kepada siapa pun kita anggap saudara, harus bisa hidup bersama,” tambah Manto.

Ketika akhirnya anak-anak timur itu bisa diterima dan berbaur dengan ragam etnis yang lebih dulu mendiami Lasem, maka makin kaya lah warna dari kota kecil di pesisir pantura berjuluk “Kota Pusaka” itu.

Anak-anak di LKSA Marganingsih Lasem MOJOK.CO
Anak-anak di LKSA Marganingsih Lasem. (Aly Reza/Mojok.co)

Mandiri dan bertanggung jawab

Selain itu, Manto juga berupaya melatih agar anak-anak bisa hidup mandiri dan bertanggung jawab. Apalagi mereka berangkat dari latar belakang keluarga yang tak sempurna.

“Misalnya, kami bagi anak-anak untuk kelompok masak. Seminggu sekali anak-anak akan masak sendiri. Belanja sendiri. Nanti itu dimakan bersama-sama bareng suster dan pengasuh,” kata Manto.

“Mereka juga harus disiplin cuci baju, cuci seprei, bersih-bersih lingkungan,” sambungnya.

Bekal mandiri dan tanggung jawab itu diharapkan bisa membuat mereka siap menghadapi dunia dewasa setelah keluar dari LKSA.

Momen anak-anak LKSA Marganingsih Lasem mencuci bersama MOJOK.CO
Momen anak-anak LKSA Marganingsih Lasem mencuci bersama. (Aly Reza/Mojok.co)

Awalnya memang sebatas itu. Sampai akhirnya pada 2017 bantuan Bakti Sosial Djarum Foundation (BSDF) menyentuh LKSA Marganingsih Lasem.

Awalnya BSDF memberi bantuan renovasi bangunan. Lalu diikuti berbagai program pendampingan pengasuhan kepada pengasuh dan anak asuh untuk mempersiapkan anak-anak menjadi generasi tangguh dan berdaya saing di masa depan.

“Salah satunya kan mewadahi bakat anak. Lalu mengajari anak kalau punya cita-cita itu harus ada rencana terukur untuk meraihnya,” beber Manto.

Momen anak-anak melipat seprei bersama MOJOK.CO
Momen anak-anak melipat seprei bersama. (Aly Reza/Mojok.co)

Mimpi-mimpi luhur anak-anak timur

Anak-anak di LKSA Marganingsih Lasem punya bakat dan minat beragam. Misalnya Tiholis Gobai (putra) dan Gabriela Martasya Are (putri), dua anak asuh yang saya ajak berbincang sore itu.

Holis—panggilan Tiholis Gobai—berasal dari Papua. Remaja kelas 3 SMP itu masuk LKSA Marganingsih pada 7 Juli 2023. Sementara Tasya—panggilan Martasya Are—yang kini kelas 1 SMK berasal dari Flores dan masuk pada 10 Juli 2023. Keduanya punya latar belakang sama: Orang tua dengan keterbatasan ekonomi.

“Saya hobi main bola dan bercita-cita jadi pemain bola. Idola saya Rizky Ridho. Di sini saya didukung buat raih saya punya mimpi,” ujar Holis.

Tiholis Gobai (biru) menggocek bola MOJOK.CO
Tiholis Gobai (biru) menggocek bola. (Aly Reza/Mojok.co)

Di asrama putra memang tidak ada lapangan bola. Namun, Holis didukung penuh oleh pengasuh untuk ikut berlatih di SSB setempat. Sedangkan Tasya, meski punya hobi bernyanyi, tapi bercita-cita ingin menjadi seorang bidan.

“Kalau nyanyi saya ikut kegiatan gereja dan ekstrakulikuler di sekolah. Saya ingin jadi bidan nanti buat bantu perempuan-perempuan di flores. Untuk itu saya harus kuliah nanti, ambil jurusan kebidanan,” ucap Tasya.

“Untuk pengembangan bakat anak, berkat pelatihan dari Djarum Foundation, kami akhirnya sadar untuk benar-benar memfasilitasi anak-anak. Misalnya untuk teknologi seperti komputer, kami sediakan. Bahkan untuk anak-anak yang ambil jurusan multimedia, ya kami fasilitasi,” sambung Manto. “Prinsipnya, kalau itu menunjang bakat, minat, prestasi, dan masa depan mereka, kami harus fasilitasi.”

Manto, Bernarda, dan jajaran pengasuh juga mendorong anak-anak untuk mengenyam pendidikan setinggi-tingginya. Sebab, kuliah menjadi salah satu jalan untuk mengejar mimpi yang lebih tinggi.

Sudah ada beberapa anak LKSA Marganingsih Lasem yang melanjutkan kuliah di kampus-kampus besar. Seperti di Universitas Sebelas Maret Solo (UNS) dan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).

Kebersamaan dan kehangatan

Pukul 16.00 WIB, saya mengikuti Manto ke asrama putra. Gelak tawa menyambut kala saya memasuki lorong masuk asrama putra. Ternyata anak-anak tengah mencuci baju bersama.

Saya ikut nimbrung di antara mereka. Saling bercanda, saling mencipratkan air sabun. Sementara anak-anak lain juga saling usil saat melipat seprei yang baru diangkat dari jemuran.

Setelah kegiatan mencuci selesai, kami lantas bermain di halaman tengah LKSA bersama seekor anjing berbulu hitam bernama Gropal. Mungkin karena sadar saya orang baru, ke mana kaki saya melangkah, anjing itu terus mengikuti.

Seorang anak LKSA Marganingsih Lasem memimpin doa sebelum makan bersama MOJOK.CO
Seorang anak LKSA Marganingsih Lasem memimpin doa sebelum makan bersama. (Aly Reza/Mojok.co)

Bahkan sampai saat saya duduk di ruang makan, Gropal memilih duduk di samping kaki saya. Kami menutup kegiatan bersih-bersih sore itu dengan makan bersama.

Seorang anak memimpin doa dengan cara Katolik. Saya berdoa dengan cara Islam. Doa-doa menyatu, lalu menu nasi, sayur sop, dan telur dadar sore itu kami lahap sampai tandas tak bersisa.

Anak-anak bermain bola hingga azan Magrib MOJOK.CO
Anak-anak bermain bola hingga azan Magrib. (Aly Reza/Mojok.co)

Setelahnya, sebenarnya saya berniat pamit pulang. Namun, Holis mengajak saya ikut bermain bola plastik bergawang batu di halaman LKSA. Oke, ajakan yang sulit saya tolak. Kami pun terlibat saling gocek, saling berbalas gol, sampai azan Magrib menyudahi permainan. Saya pulang dengan hati yang terasa hangat sekali.

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Darul Hadlonah Rembang, Tempat yang Selalu Bersih Tanpa Peringatan “Jagalah Kebersihan” atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Terakhir diperbarui pada 4 Desember 2025 oleh

Tags: anak timurBakti Sosial Djarum FoundationIndonesia Timurjulukan lasemkota santrilasemlksamarganingsih lasempilihan redaksitiongkok kecil
Muchamad Aly Reza

Muchamad Aly Reza

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO
Ragam

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO
Ragam

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO
Ragam

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO
Ragam

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.