Perjuangan Taufik (24) untuk bisa kerja di bidang teknologi informasi dan kuliah dengan jurusan selaras, tak semudah seperti yang dikatakan “bocil pewaris” itu kepadamu. Taufik yang merintis minatnya sejak SMP, bersyukur bisa mengambil keputusan yang tepat, yakni bernegosiasi dengan ibunya untuk membeli laptop Lenovo.
Negosiasi pada ibu untuk beli laptop
Taufik bukan berasal dari keluarga pewaris. Dalam kondisi ekonomi yang mendesak, ia memilih tidak neko-neko alias tak mengikuti tren anak zaman now. Misalnya, untuk membeli gawai guna kebutuhan sekolahnya saat SMP.
Ia memilih menggunakan HP android, minimal bisa digunakan untuk mengirim pesan (SMS). Sementara saat itu sedang tren-trennya HP black berry. Seiring waktu, aplikasi media sosial mulai berkembang seperti Instagram dan Youtube. Ia pun tak pernah kepikiran akan menjadi “perintis” di bidang IT.
Mulanya, Taufik merasa tidak perlu mengikuti arus, sampai akhirnya ada peraturan dari pemerintah soal ujian nasional yang diberlakukan secara online untuk pertama kali. Mau tidak mau, Taufik membutuhkan peralatan canggih seperti laptop atau gawai yang mumpuni.
“Bahkan, simulasi sampai try out itu aku butuh laptop atau HP yang setidaknya mumpuni untuk buka website. Otomatis aku bingung, mau minta ke orang tua juga sungkan karena keluarga sedang masa-masa sulit,” kata Taufik kepada Mojok, Jumat (25/7/2025).
Namun, kalau Taufik tidak berani bilang ke orang tua, ia juga terancam tak bisa ikut ujian nasional. Alhasil, pemuda asal Surabaya itu memberanikan diri untuk melakukan negosiasi kepada ibunya.
“Aku bilang ke ibuku, kalau misal nggak perlu dibelikan HP tapi cukup belikan laptop karena lebih genting buat mengerjakan tugas dan try out dari sekolah,” kata Taufik sebelum punya minat di bidang Teknologi Informasi.
“Mangkanya kalau boleh jujur, aku agak kudet masalah sosmed. Sampai sekarang pun cuman mengunduh Instagram untuk melihat berita,” kelakarnya.
Mulai merintis dengan laptop sederhana
Akhirnya, orang tua Taufik memahami kalau beli laptop itu bukan untuk gaya-gayaan tapi sudah menjadi kebutuhan. Karena tak punya cukup uang untuk membeli laptop, orang tuanya sampai menyicil. Bahkan, saat seorang sales menawari mereka untuk menambah program-program di laptop, Taufik dan orang tuanya memilih urung.
“Buat bayar Rp150 ribu saja kami sudah nggak mampu. Jadi ya beli laptop merk Lenovo itu kosongan. Nggak ada aplikasi lain seperti Microsfot Office,” jelas Taufik.
Tapi apalah guna laptop tanpa aplikasi. Taufik yang bukan pewaris akhirnya mencari cara lain untuk mengunduh program secara otodidak. Ia memilih melakukan “riset” selama 5 jam di warnet ketimbang harus membayar uang sejumlah Rp150 ribu. Hitung-hitung modal awal untuk merintis minatnya di bidang IT. Eh, tidak tahunya laptop Lenovo tersebut malah kena virus, bahkan sebelum benar-benar dia pakai.
Baca Halaman Selanjutnya
Sering unduh program nggak jelas sampai kena virus












