Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Mahasiswa Jatim di PTN Jogja: Jadi Goblok Perkara Beda Selera Musik, Dicap “Rendahan” Hanya karena Tak Tahu Perunggu-FSTVLST

Muchamad Aly Reza oleh Muchamad Aly Reza
18 Agustus 2025
A A
Mahasiswa Jawa Timur kuliah di PTN Jogja mendadak goblok karena selera musik MOJOK.CO

Ilustrasi - Mahasiswa Jawa Timur kuliah di PTN Jogja mendadak goblok karena selera musik. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Siapa nyana, selera musik-lagu atau band favorit, ternyata bisa dihakimi. Begitulah yang dirasakan mahasiswa asal Jawa Timur yang kuliah di PTN Jogja.

Alhasil, jika dulu bisa leluasa memutar dan mendengarkan lagu kesukaan, kini—di Jogja—harus mendengarnya secara sembunyi-sembunyi kalau tak mau dihakimi. Karena banyak “polisi skena”.

Denny Caknan dan lagu pop Jawa: nyaman di telinga mahasiswa Jawa Timur

Sejak Denny Caknan naik daun, Saerozi (21) dan teman-temannya di Nganjuk, Jawa Timur memang kerap memutar lagu-lagunya. Di Nganjuk pun, nyaris setiap warung kopi juga memutar lagu-lagu penyanyi asal Ngawi tersebut.

Tak hanya itu, lagu-lagu pop Jawa lainnya juga tak luput dalam playlist Saerozi. Sebut saja Guyon Waton, Aftershine, Ndarboy Genk, Yeni Inka, hingga Happy Asmara.

Entah kenapa, bagi telinga Saerozi, alunan kendang dan seksofon yang kerap muncul di lagu-lagu pop Jawa begitu enak didengar. Apalagi lirik-liriknya. Terasa dalam dan ambyar, tapi tetap memberi kesan rancak dan asoy.

“Pas mandi sambil nyanyi lagu-lagu pop Jawa, rasanya benar-benar asoy. Di tongkrongan pun kalau teman-teman gitaran juga pasti nyanyi-nyanyi ambyar. Suasana tongkrongan jadi gayeng,” ucap Saerozi, Minggu (17/8/2025).

Kuliah di PTN Jogja, merasa goblok gara-gara selera musik

Saat akhirnya kuliah di PTN Jogja, Saerozi mengira kalau Jogja justru lebih akrab dengan lagu-lagu Jawa. Wajar saja, selain merupakan episentrum kebudayaan Jawa, Jogja juga melahirkan musisi-musisi dengan lagu-lagu Jawa.

Tapi pendengar lagu-lagu pop Jawa seperti Saerozi malah mengaku inferior. Terutama di PTN Jogja tempat Saerozi kuliah.

“Kalau ngomongin soal musik atau band, teman-temanku menyebut sejumlah nama yang aku asing sekali. Aku tahunya kalau pop ya Sheila On 7, Padi, Dewa 19, Naff, Noah. Kalau indie aku tahunya Efek Rumah Kaca, Fourtwnty. Yang indie-indie lain atau pop-pop lain aku nggak tahu,” ucap Saerozi.

Alhasil, ketika di tongkrongan sedang membahas musik, atau ketika teman-temannya sedang ingin datang ke konser, Saerozi lebih sering ngang ngong ngang ngong. Dia merasa tiba-tiba menjadi sangat goblok soal musik. Padahal, di Nganjuk, dia terbilang sangat menguasai lagu-lagu pop Jawa. Tidak ada lagu pop Jawa yang dia tidak hafal liriknya.

“Nah, selera musikku itu ternyata jadi guyonan kalau sama teman-temanku di PTN Jogja. Kata mereka, dengerin lagu-lagu pop Jawa itu mengindikasikan sebagai mas-mas kabupaten, orang ndeso dan nggak gaul,” kata Saerozi.

Mahasiswa Jawa Timur kuliah di PTN Jogja: nggak keren kalau nggak dengerin Perunggu-Barasuara

Hal serupa juga diungkapkan oleh Nafi (23), mahasiswa akhir PTN Jogja asal Bojonegoro, Jawa Timur. Selama ini telinganya jauh lebih akrab dengan lagu-lagu pop Jawa dari Denny Caknan dan lain-lain.

Lalu ketika kuliah di PTN Jogja, dia mulai menyadari kalau selera musiknya sangat jomplang dengan mahasiswa-mahasiswa lain. Di Jogja pula Nafi baru tahu ada band-band dengan nama The Jeblogs, Perunggu, Barasuara, Rumahsakit, FSTVLST, Morfem, Usptair, dan lain-lain.

Awalnya Nafi merasa biasa saja dengan perbedaan selera musik. Namun, lama-lama dia menjadi inferior saja karena bagi teman-temannya, dianggap selera musiknya keren itu ya kalau dengerin lagu-lagu dari band/muisis di atas.

Iklan

“Wong aku dengerin Noah aja udah dianggap kurang keren. Zaman sekarang kok selera musiknya mandek di Noah,” kata Nafi. “Intinya, selera musikku rendah lah kalau nggak dengar Perunggu atau .Feast misalnya.”

Menikmati lagi favorit di kosan

Saerozi dan Nafi tentu saja mencoba mengikuti selera musik teman-temannya, sesama mahasiswa PTN Jogja.

Keduanya mengakui, ada beberapa lagu yang memang enak didengar. Tapi mereka nyatanya tidak bisa ingkar, bahwa yang paling cocok di telinga mereka memang lagu-lagu pop Jawa.

Akhirnya, karena takut dihakimi selera musiknya, Saerozi dan Nafi lebih sering menikmati lagu-lagu favoritnya dalam ruang paling privat: di kamar kos. Itupun dengan volume yang kecil, asal terdengar saja.

Sebab, kalau diputar kencang, takutnya jadi bahan tertawaan teman-teman tetangga kos yang, sejauh mereka dengarkan, kerap memutar lagu dari band-band indie dan alternatif.

“Aku heran saja, kenapa kalau suka lagu Jawa dianggap selera musiknya rendah, kalau dengar band indie baru dianggap tinggi. Standar dari mana ya? Musik kan soal preferensi saja. Kalau preferensiku Denny Caknan, harusnya nggak ada yang salah, dong,” ungkap Saerozi.

“Ibarat aku suka soto, kamu nggak. Terus kamu langsung menyebut kalau seleraku rendah. Loh, namanya juga selera, kan suka-suka. Aku masih mencoba menormalisasi kalau suka pop Jawa itu ya sama halnya suka dengan Perunggu dan lain-lain itu,” pungkas Nafi.

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Mahasiswa Jakarta Geli sama Mahasiswa di Jogja-Malang: Maksa “Lu-Gua” dan Sok Jaksel buat Gaya, Padahal dari (m)Bantul dan Kediri atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan

 

Terakhir diperbarui pada 18 Agustus 2025 oleh

Tags: Jogjamahasiswa ptnperunggupilihan redaksipolisi skenaPTNPTN Jogjaselera musik
Muchamad Aly Reza

Muchamad Aly Reza

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO
Ragam

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO
Ragam

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO
Liputan

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO
Ekonomi

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.