ADVERTISEMENT
Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Kerasnya Hidup di Tambora Jakarta Barat, Perantau Berbagi Ruang dengan Tikus dan Kecoa di Kos Kumuh

Ahmad Effendi oleh Ahmad Effendi
22 Juli 2024
0
A A
Tambora Jakarta Barat: Kumuh, Tapi Jadi Rumah Para Perantau.MOJOK.CO

Ilustrasi Tambora Jakarta Barat: Kumuh, Tapi Jadi Rumah Para Perantau (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Tambora Jakarta Barat merupakan kawasan yang menjadi jujugan para perantau di ibu kota. Sayangnya, banyak dari mereka hidup dalam balutan kemiskinan. Para perantau ini rela hidup bersesak-sesakan dengan tikus dan kecoa di kos kumuh demi bertahan hidup.

Sejak periode 1990, banyak orang memang berbondong-bondong menetap di Tambora. Alhasil, memasuki awal 2000-an, tingkat kepadatan penduduk di kawasan ini menjadi yang tertinggi di Asia Tenggara, yakni 495 jiwa per hektar.

Tempat yang awalnya masih sepi mendadak ramai dan tak teratur. Bangunan mulai banyak berdiri, lebar jalan juga menyempit, dan parahnya lagi, sanitasi makin memburuk. Puncaknya, dua dekade lalu, tepatnya pada 2002, Dirjen Cipta Karya menetapkan Tambora sebagai salah satu kawasan berkategori kumuh di Jakarta.

Meskipun kumuh, banyak perantau memilih bertahan di Tambora, Jakarta Barat. Salah satunya Oki (25), yang sudah tujuh tahun lebih tinggal di kawasan ini.

Pada 2017 lalu, lelaki asal Cirebon ini masuk ke salah satu PTS di Jakarta Barat. Prestasi gemilangnya selama SMA memang belum mampu membawanya lolos PTN. Namun, setidaknya itu cukup untuk membuatnya dapat beasiswa di kampus swasta Jakarta itu.

“Aku dapat gratis biaya kuliah selama delapan semester. Jadi orang tua hanya perlu memikirkan biaya hidupku selama di Jakarta aja waktu itu,” kata Oki, berkisah kepada Mojok, Minggu (22/7/2024).

Sadar berasal dari keluarga pas-pasan, Oki pun memilih hidup prihatin. Untungnya, pada saat itu ada salah satu saudaranya yang bekerja di Jakarta. Oki disarankan buat ngekos di salah satu gang yang terkenal dengan para perantau asal Sunda di Tambora.

“Waktu itu dapat kos per bulan 350 ribu. Kebayang kan, harga segitu di Jakarta dapat tempat tinggal seperti apa?”.

Tidur ditemani ASMR suara orang bercinta

Seperti yang Oki bilang, tak ada yang bisa diharapkan untuk kos-kosan seharga Rp350 ribu. Apalagi lokasinya ada di Jakarta. 

Kala itu, Oki mendapat kos berukuran 2×3 meter. Lokasinya pun berada di gang sempit yang hanya cukup dilewati satu motor saja. 

Antarkamar kos juga hanya dibatasi oleh asbes, bukan dinding tembok. Jadi, tak jarang suara dari penghuni sebelah bisa dia dengar secara jelas.

“Di permukiman itu penghuni kos kan nggak cuma mahasiswa, banyak yang sudah berkeluarga. Jadi hal biasa kalau malam ada yang berhubungan suami istri kedengeran dari tempatku,” ungkap Oki.

Jarak antara kosnya dengan rel kereta api juga tak terlalu jauh. Sehingga, suara dan getarannya kerap ia rasakan saat kereta melintas.

“Jadi kalau tidur, ASMR-nya itu suara kereta sama orang bercinta,” kelakarnya.

Oki bilang, tempat kosnya seolah “selalu malam hari”. Saat siang hari, sinar matahari sulit memasuki permukiman karena terhalang padatnya bangunan rumah. Sementara saat malam, listrik juga kerap padam sehingga situasi makin gelap gulita.

“Siang sama malam sama aja sih, gelap terus,” ujarnya. “Bedanya kalau siang itu justru lebih menderita. Gelap, tapi juga gerah.”

Baca halaman selanjutnya…

Makan dan tidur bareng tikus-kecoa sudah biasa.

Halaman 1 dari 2
12Next

Terakhir diperbarui pada 23 Juli 2024 oleh

Tags: jakartakecamatan tamborakerja di jakartaperantau jakartatamboratambora jakartatambora jakarta barat
Iklan
Ahmad Effendi

Ahmad Effendi

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Setelah 6 Tahun Merantau ke Luar Jawa, Saya Jadi Takut untuk Kembali Kerja di Jakarta MOJOK.CO
Esai

Setelah 6 Tahun Merantau ke Luar Jawa, Saya Jadi Takut untuk Kembali Kerja di Jakarta

11 Juni 2025
UMR Jakarta, merantau ke jakarta.MOJOK.CO
Ragam

Butuh Gaji Rp15 Juta untuk Hidup Nyaman di Jakarta, Perantau yang Miskin Kudu Rela Tinggal Bersama Kecoa-Tikus dan Melahap Makanan Sisa

23 Mei 2025
resign kerja di jakarta, bikin usaha di jogja.MOJOK.CO
Sosok

Nekat Resign Kerja di Jakarta demi Rintis Usaha di Jogja, “Bisnis Rasa Nongkrong” Malah Hasilkan Omzet Besar dan Buka Tiga Cabang 

22 Mei 2025
Modal uang Rp3 ribu bisa naik kereta api dari Surabaya hingga Jakarta MOJOK.CO
Ragam

Pengalaman Nekat dan Penuh Siasat Naik Kereta Api, Modal Rp3 Ribu buat ke Berbagai Kota Tanpa Diusir

21 Mei 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Pengalaman pertama beli es krim di Tempo Gelato, Kaliurang Jogja. MOJOK.CO

Pertama Kali Anak Desa Nongki di Tempo Gelato Malah bikin Canggung karena Dikira Tempat Diskotik Sampai Pilih Varian Aneh

15 Juni 2025
Innova Zenix Tidak Otentik, Kalah Populer dari Innova Reborn MOJOK.CO

Innova Zenix Bisa Menjadi Penyesalan Toyota karena Melahirkan Mobil Tidak Otentik dan Ternyata Innova Reborn Belum Habis

16 Juni 2025
Pertama kali naik kereta api (KA) ekonomi setalah bertahun-tahun naik bus ekonomi. Rasanya seperti mimpi meski tak pernah pakai KAI Access MOJOK.CO

Orang Desa Pertama Kali Naik Kereta Api Ekonomi: Banyak Gaya karena Bosan Naik Bus Ekonomi, Berujung Nelangsa Beli Nasgor di KAI

11 Juni 2025
Orang kaya pertama kali naik bus ekonomi, tersiksa jiwa raga sampai trauma MOJOK.CO

Orang Kaya Naik Bus Ekonomi: Coba-coba Berujung Tersiksa, Dimaki Pengamen sampai Tahan Kencing Berjam-jam

12 Juni 2025
Fadli Zon menyangkal pemerkosaan massal dalam kerusuhan 1998. MOJOK.CO

Menyangkal Pemerkosaan Massal 1998 adalah Bentuk Pelecehan Dua Kali: Fadli Zon Seharusnya Minta Maaf, meskipun Maaf Saja Tak Cukup

16 Juni 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.