Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Rogoh Kantong Pribadi Sampai Ratusan Juta demi Bikin Kafe Bergaya Retro di Tengah Permukiman Padat Kota Semarang

Aisyah Amira Wakang oleh Aisyah Amira Wakang
14 November 2025
A A
Kafe Gethe di Kampung Sekayu Semarang. MOJOK.CO

ilustrasi - Pemilik Kafe Gethe di Kampung Sekayu, Semarang. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Di tengah permukiman padat penduduk, tepatnya di Kampung Sekayu, Kota Semarang, ada sebuah kafe berkonsep “jadul” penuh sejarah. Kafe yang bersebelahan langsung dengan Masjid Sekayu itu bernama Kafe Gethe, sebuah rumah peninggalan sastrawan NH Dini.

***

Saya tidak sengaja menemukan bangunan klenik di tengah perkampungan padat penduduk Kota Semarang. Awalnya saya hanya ingin mencari tempat istirahat, setelah seharian meliput petugas kebersihan di area Lapangan Pancasila, Simpang Lima Semarang. Sampai akhirnya menemukan kafe hidden gem bernama Gethe.

Saya pun mampir sejenak di Masjid Baiturrahman sembari mencari-cari kafe terdekat untuk singgah dan membuka laptop. Ternyata, tak jauh dari sana terdapat sebuah kafe bernama Kafe Gethe yang jaraknya sekitar 1,7 kilometer jika dilihat dari Google Maps. 

Saat ke sana menggunakan jasa ojek online, saya sempat waswas karena sepeda motor milik ojol harus melewati jalanan sempit. Lalu, menyusuri sungai di tengah permukiman. Tak sampai 10 menit, kamu sudah tiba di Kampung Sedayu. Tukang ojol pun bertanya kepada saya, di mana tempatnya tapi saya sendiri tak bisa menjawab karena baru pertama kali ke sana. 

Akhirnya, saya pun minta diturunkan di depan sebuah masjid yang ternyata tak jauh dari Kafe Gethe. Masjid itu bernama Taqwa Sekayu dan berdekatan dengan Makam Mbah Nyai Kamal Sekayu. Sekitar 200 meter dari sana, saya sudah bisa menemukan bangunan antik yang mencolok dari bangunan sekitarnya.

Menu Kafe Gethe yang beragam dengan harga murah

Ari Purbono pemilik kafe di Semarang. MOJOK.CO
Ari Purbono sedang meracik minuman. (Aisyah Amira Wakang/Mojok.co)

Memasuki Kafe Gethe, saya langsung disambut oleh sepasang suami istri bernama Ari Purbono dan Haermeli. Keduanya merupakan pendiri Kafe Gethe sejak tahun 2021, sekaligus orang yang membuat menu makanan dan minuman.

“Silahkan pilih menunya Kak, kami juga ada uji coba baru jadi harganya masih low,” ujar Ari menunjuk papan tulis kapur di depan kasir.

Mata saya pun tertuju dengan es puter dan pangsit. Saya juga memesan kopi susu kramatdjati yang ditunjukkan oleh Ari. Sementara, menu yang tidak diuji dapat kita tulis langsung di kertas pesanan. 

Menunya seperti wedang berbagai rasa, kopi yang beragam, berbagai ciak atau cemilan, hingga makanan berat. Sesuai dengan tagline-nya: “Kafe Sekayoe Gethe Regone murah, rasane rak kalah”, harganya pun berkisar dari Rp5 ribu hingga Rp25 ribu.

Selain menikmati menu yang dijual, Kafe Gethe juga menyediakan buku-buku sejarah dan dekorasi bernilai sejarah. Usut punya usut, bangunan Kafe Gethe dulunya juga merupakan rumah peninggalan sastrawan NH Dini. Sosok novelis perempuan utama di Indonesia yang kerap memperjuangkan hak-hak perempuan.

Modal awal pembangunan dari duit pribadi

Buku Kota Semarang dalam kenangan. MOJOK.CO
Buku Kota Semarang Dalam Kenangan karya Jogkie Tio. (Aisyah Amira Wakang/Mojok.co)

Ari bercerita ide membangun Kafe Gethe di Kampung Sekayu, Semarang muncul saat ia menjabat sebagai Ketua Kampung Tematik Sekayu. Mulanya, ia berniat mengangkat perekonomian warga, sehingga membuat semacam tempat tongkrongan.

“Saya pikir cara paling pas untuk mendatangkan orang ke sini ya salah satunya dengan membuat tempat nongkrong tapi terus saya kepikiran, nggak mau buat tempat yang biasa-biasa saja. Mangkanya kami konsep museum kecil-kecilan,” tutur Ari.

Demi mewujudkan mimpi tersebut, Ari harus merogoh tabungan pribadinya dengan sang istri. Haermeli, istrinya, bahkan rela menjual bonsai kesayangannya untuk modal pembangunan kafe berkonsep museum itu di Semarang.

Iklan

Jika ditotal, Ari dan Haermeli harus mengeluarkan uang sekitar Rp110 juta demi menyulap rumah peninggalan sastrawan NH Dini tersebut menjadi kafe sekaligus museum berisi barang-barang antik.

Bangun kafe untuk edukasi warga sejarah Semarang

Suasana kafe unik. MOJOK.CO
Suasana Kafe Gethe di Kampung Sekayu, Semarang. (Aisyah Amira Wakang/Mojok.co)

Ari mengaku pada lima bulan pertama Kafe Gethe di Semarang dibuka, pengunjung tak seramai sekarang. Bahkan setiap hari bisa dihitung jari. Namun, dari segilintir pengunjung yang datang, terdapat satu orang mahasiswa yang mampir dan ingin melakukan penelitian mengenai kafe tersebut. Ari ingat betul kapan mahasiswa itu datang. 

“Sekitar akhir Oktober 2021, dia datang. Dia bilang ingin wawancara saya untuk tugas akhir di mana dia meneliti soal kampung tua yang tetap eksis. Dan salah satunya dia mengambil sample di Kampung Sedayu,” jelas Ari.

Menurut Ari, momen itu menjadi salah satu faktor yang membuat kafenya ramai sebab ia juga mengajak teman-temannya datang. Mereka juga mengunggah foto yang menunjukkan suasana Kafe Gethe di media sosial sehingga kedai Ari di Kampung Sekayu, Semarang makin ramai.

Kini, Kafe Gethe di Kampung Sekayu, Semarang kerap menjadi jujugan banyak anak muda yang rindu dengan suasana khas masa lalu. Dengan begitu, Ari berharap orang-orang pun ikut terbuka dengan sejarah Semarang.

“Kafe Gethe yang berlokasi di kampung bersejarah, tua, dan kuno ini harus kita uri-uri dan kita wariskan kepada anak-anak kita. Supaya mereka bangga dan cinta walaupun di tengah-tengah perkembangan pusat perkotaan,” ujarnya.

Penulis: Aisyah Amira Wakang

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA: Kafe Bukuku Lawas: Surganya Para Pecinta Kopi dan Buku Klasik di Solo atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.

Terakhir diperbarui pada 14 November 2025 oleh

Tags: kafe estetikkafe gethekampung sekayurekomendasi kafe di Semarangsejarah kafe getheSemarang
Aisyah Amira Wakang

Aisyah Amira Wakang

Artikel Terkait

Pemkot Semarang kuatkan usulan gelar pahlawan nasional ke KH. Sholeh Darat MOJOK.CO
Kilas

KH. Sholeh Darat Semarang Harusnya Semat Gelar “Pahlawan”: Penyusun Tafisr Al-Qur’an Jawa Pegon-Guru bagi RA. Kartini hingga KH. Hasyim Asy’ari

12 November 2025
Pemkot dan Warga Kota Semarang Berduka atas Wafatnya V. Djoko Riyanto, Suami Wali Kota Semarang MOJOK.CO
Kilas

Pemkot dan Warga Kota Semarang Berduka atas Wafatnya V. Djoko Riyanto, Suami Wali Kota Semarang

10 November 2025
Seorang bapak di Semarang tak tega lihat anak stunting, hindari isu fatherless. MOJOK.CO
Ragam

Awalnya Tak Tega Lihat Anak Sakit hingga Dampingi Istri ke Puskesmas, Lalu Sadar Pentingnya Peran Seorang Bapak

7 November 2025
Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng, pastikan jaminan sosial bagi pekerja rentan MOJOK.CO
Kilas

Pekerja di Semarang bakal Dapat Jaminan Kesejahteraan Sosial

7 November 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Gowes Ke-Bike-An Maybank Indonesia Mojok.co

Maybank Indonesia Perkuat Komitmen Keberlanjutan Lewat Program Gowes Ke-BIKE-an

29 November 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.