Tiap harinya, Jaya kudu berkendara berpuluh-puluh kilometer jauhnya. Mengelilingi banyak kecamatan, puluhan desa, tak tak terhitung lagi berapa gapura dusun ia masuki.
Yang jelas, paling tidak ia harus menagih ke 20 nasabah setiap harinya. Dan, Honda Supra X 125 Karbu adalah sahabat setianya untuk mengarungi aspal, jalanan berbatu, maupun jalan desa yang becek.
“Kalau Supraku sudah bergetar, saat itulah nasabah terkapar. Soalnya udah siap-siap ditagih utang. Hahaha,” tawanya.
Jaya menjelaskan, sudah jadi rahasia umum kalau Supra X 125 Karbu nggak bisa diajak ngebut. Saat digas bakal menimbulkan getaran, yang kata dia, “rasa getarannya menyalur dari setang sampai dengkul”.
“Bayangin aja, sudah jam lima sore, target nasabah belum tercapai, itu kita kudu ngebut total buat kejar setoran. Nggak kebayang gimana getarnya.”
Tetap setia di tengah banyak godaan
Sudah 10 tahun Jaya kerja di koperasi simpan pinjam. Total delapan tahun ia habiskan di jalanan bersama Honda Supra X 125 Karbu kesayangannya. Panas terik sampai banjir ia trabas dengan motor pertamanya itu.
Dua tahun terakhir, Jaya dipindah dari kantor cabang kecamatan ke kantor pusat di kota. Pekerjaannya juga sudah tak perlu lagi berurusan langsung dengan nasabah. Ia tinggal duduk manis, ngopi di ruangan ber-AC, dan memantau laporan dari anak buahnya di lapangan.
Gajinya juga naik. Taraf hidupnya meningkat. Ia bisa menghidupi seorang anak dan istri yang ia nikahi empat tahun lalu. Tapi, Supra X 125 tak terganti.
“Banyak yang komentar, apalagi anak-anak pada iseng bilang sudah kuno lah, sering batuk-batukan lah, sering mogok. Suruh ganti sama yang lebih bagus, bahkan kalau perlu mobil sekalian,” kata dia.
Namanya motor lawas. Honda Supra X 125 Karbu miliknya sudah tak seprima dulu. Kini sering keluar masuk bengkel. Tak terhitung lagi jumlahnya.
“Tapi namanya sudah sayang, ada nilai yang nggak bisa dipahami orang-orang.”
Bagi Jaya, Honda Supra X 125 Karbu miliknya adalah sejarah yang ia tulis dan membersamainya. Waktu boleh berganti, tapi kata dia, “kenangan di setiap getarannya tak akan pernah mati.”
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: Honda PCX 150 Memang Biadab, tapi Masih Jadi Motor Terbaik untuk Pemudik Orang Surabaya atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.












