Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Pahitnya Kehidupan Ojol yang Jarang Dibahas dalam Film Upstream, Ketika Pelanggan Hilang Rasa Hormat

Aisyah Amira Wakang oleh Aisyah Amira Wakang
2 Mei 2025
A A
Para pekerja ojol dalam film Upstream. MOJOK.CO

Para pekerja ojol yang bertugas mengantar makanan. (Sumber: Douban)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Kepada siapapun yang masih sensi terhadap demo buruh, sesekali bisa menonton Upstream di Hari Buruh Sedunia. Film dari China tersebut menceritakan perjuangan para kurir pengantar makanan (ojol) usai terkena PHK dan harus menghidupi keluarganya. 

***

Hati saya tergelitik saat melihat komentar netizen terhadap demo Hari Buruh Sedunia kemarin, Kamis (1/5/2025). Alih-alih mendukung perjuangan buruh, beberapa masyarakat tak sepakat karena dianggap menganggu. 

“Pancet ae, mbok yo sekali-kali buruh iku bikin adem ati. Bukan e malah bikin rusuh terus (Selalu seperti ini, kalau bisa sekali-kali buruh itu bikin hati damai. Bukannya rusuh),” komentar Octavia pada salah satu postingan di Instagram soal potret aksi May Day 2025 di Surabaya, dikutip Jumat (2/5/2025).

Beberapa netizen pun ikut menimpali dengan komentar membetulkan, karena demo buruh hanya membuat macet, menghalangi orang-orang yang masih bekerja, dan kebanyakan hanya menyulut emosi karena tuntutan yang tak masuk akal.

Sebelum terbawa arus lebih jauh dan sensi tak berujung, sejatinya demo buruh adalah hal yang wajar. Beberapa kelompok buruh berhak memperingatinya dalam bentuk upacara kebersamaan, kegiatan sosial, bahkan demo karena prihatin dengan nasib mereka.

Para pekerja ojol dalam film Upstream. MOJOK.CO
Para pekerja ojol yang bertugas mengantar makanan. (Sumber: Douban)

Pengamat Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM), Bayu Dwi Apri Nugroho berujar peringatan Hari Buruh adalah momentum bagi buruh untuk mengubah nasib mereka, karena selama ini berbagai kebijakan dari pemerintah belum berpihak pada mereka.

“Mereka belum sepenuhnya hidup layak sesuai dengan harapan. Penghasilan pas-pasan membuat mereka terpaksa hidup apa adanya. Kerja keras yang mereka lakukan tidak seimbang dengan suasana hidup layak sebagai anak bangsa,” ujar Bayu dikutip dari laman resmi UGM, Jumat (2/5/2025).

Saya pun jadi teringat film Upstream yang tayang di Netflix pada Januari 2025. Film asal China tersebut menampilkan fenomena pasar kerja yang tidak menentu serta hidup sulit jutaan warganya yang terpaksa bekerja serabutan.

Realitas buruh yang ditunjukkan dalam film Upstream

Gao Zhilei, selaku karakter utama dalam film tersebut mengalami jalan buntu karena tak ada perusahaan yang mau merekrutnya. Salah satunya karena batas usia pelamar. 

Saat diberhentikan kerja sebagai progammer di perusahaan digital, usia Gao Zhilei sudah kepala empat dan hampir menginjak paruh baya. Sementara, kebanyakan pemberi kerja lebih memilih anak muda dengan ide segar, meski ia punya pengalaman dan kemampuan mumpuni yang lebih. 

Akhirnya, Gao Zhilei terpaksa bekerja serabutan sebagai pengantar makanan alias ojek online. Kondisi keluarga membuat dia harus bertindak cepat untuk mendapat pekerjaan ketimbang membuat bisnis baru.

Gao Zhilei. MOJOK.CO
Gao Zhilei bertugas mengantar makanan dengan motor sewaan. (Sumber: Youtube/Trailer Upstream)

Mulanya, Gao Zhilei sempat menyembunyikan pekerjaannya sebagai ojol dari kedua orang tua dan anaknya. Ia takut mereka malu atas pekerjaan tersebut. Bahkan saat ketahuan, ayahnya langsung tak merestui.

“Lulusan Tongji menjadi kurir makanan?” keluh ayahnya saat itu.

Iklan

“Apa salahnya?” jawab Gao Zhilei.

“Aku tidak membanting tulang demi kuliahmu agar kau menjadi kurir,” jawab ayahnya marah.

Namun, Gao Zhilei seolah tak punya pilihan lain karena harus memenuhi kebutuhan keluarganya yang mendesak. Ia harus membiayai rehabilitasi ayahnya yang terkena stroke hingga cicilan rumah. Sampai-sampai, Gao Zhilei harus membatalkan biaya pendidikan anaknya yang baru diterima di kelas internasional.

Semangat buruh demi menghidupi keluarga

Padahal, menjadi pengantar makanan dengan upah yang sedikit bukanlah pekerjaan mudah. Mereka harus ngebut saat mengendarai motor di jalan agar tidak terlambat mengirim makanan. Jika tidak, upahnya akan dikurangi. 

Upstream juga menggambarkan persaingan antar ojol dan platform pengirim makanan yang bekerja tiada henti. Mereka jarang punya waktu untuk istirahat.

Ada yang bekerja selama 14 jam demi mendapatkan insentif. Ada pula yang harus mengambil jalan pintas berbahaya agar tepat waktu mengantar makanan dan mendapat ulasan bagus. Namun, cara itu berisiko karena rawan kecelakaan. Padahal, tidak ada pekerjaan seharga nyawa.

Keluarga ojol. MOJOK.CO
Kondisi rumah dan keluarga ojol. (Sumber: Youtube/Trailer Upstream)

“Aku berpikir roda (truknya) dan kepalaku sangat dekat nyaris sekali. Jika aku tak selamat, aku akan merasa lega. Namun, keluargaku bagaimana?” ucap salah satu ojol yang akrab dipanggil Si Pelit dalam film Usptream usai mengalami kecelakaan. 

Upstream: ojol berhak mendapat rasa hormat

Realitas yang digambarkan dalam film Upstream tak jauh berbeda dengan kondisi buruh di Indonesia. Pada Hari Buruh Sedunia kemarin, serikat buruh di Indonesia menyampaikan beberapa tuntutan, mulai dari cabut UU Cipta Kerja beserta PP turunnya, lawan badai PHK, sahkan RUU Ketenagakerjaan yang pro buruh, hingga berikan kepastian dan jaminan kerja yang layak.

Tak jarang, dari film tersebut misalnya, keterlambatan ojol dalam mengirim makanan selalu dilimpahkan ke mereka. Kadang kala, konsumen tak mau memahami dengan kondisi permintaan pesanan yang muncul di jam-jam padat, kesalahan konsumen saat mengirim alamat, lokasi tempat tinggal yang sulit dijangkau alat transportasi, dan lain sebagainya.

Bagi ojol pelanggan adalah raja. Mereka terpaksa tersenyum walaupun kondisi mereka tak diuntungkan. Kalau tidak, ulasan buruk dari pelanggan akan mengurangi poin mereka. Di sisi lain, ojol seolah menjadi jalan alternatif satu-satunya bagi para pencari kerja.

“Aku bersyukur atas pekerjaan ini. Saat mencapai titik terendah ini membuatku merangkak atau bangkit lagi,” ujar Gao Zhilei.

“Semua orang yang kulihat dan kutemui bekerja sangat keras. Kita semua bekerja keras demi membangun kehidupan yang lebih baik, berjuang demi keluarga kita dan hari esok yang lebih baik. Kita semua berusaha sangat keras. Untuk itu, kita pantas mendapat rasa hormat dan layak mendapat hidup yang lebih baik,” lanjutnya.

Penulis: Aisyah Amira Wakang

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA: Hari Buruh 2025: Serikat Pekerja Minta Hentikan Eksploitasi pada Gen Z hingga Syarat Lamaran Kerja yang Aneh atau liputan Muchamad Aly Reza lainnya di rubrik Liputan.

Terakhir diperbarui pada 6 Mei 2025 oleh

Tags: demo buruhdriver ojolfilm UpstreamHari Buruh Seduniatuntutan buruh
Aisyah Amira Wakang

Aisyah Amira Wakang

Artikel Terkait

Jadi ojol di Malang disuruh nyekar ke Makam Londo Sukun. MOJOK.CO
Liputan

Driver Ojol di Malang Pertama Kali Dapat Pesanan Bersihin Makam dan Nyekar di Pusara Orang Kristen, Doa Pakai Al-Fatihah

16 November 2025
Nasib buruh usai Marsinah jadi pahlawan nasional. MOJOK.CO
Ragam

Suara Hati Buruh: Semoga Gelar Pahlawan kepada Marsinah Bukan Simbol Semata, tapi Kemenangan bagi Kami agar Bebas Bersuara Tanpa Disiksa

12 November 2025
Driver ojol di Simpang Lima Semarang terlalu Ramah. MOJOK.CO
Catatan

Pelajaran Hidup dari Seorang Driver Ojol di Semarang yang Suka “Yapping”: Tak Lupa Membantu Sesama di Tengah Tekanan Hidup

6 November 2025
Driver ojek online (ojol) Semarang cari untung di tengah kebingungan penumpang MOJOK.CO
Ragam

Siasat Ojol Semarang Mencari Keuntungan di Tengah Kebingungan Penumpang

5 November 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Gowes Ke-Bike-An Maybank Indonesia Mojok.co

Maybank Indonesia Perkuat Komitmen Keberlanjutan Lewat Program Gowes Ke-BIKE-an

29 November 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.