Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Derita Orang Jawa Timur, Mau Hidup Ayem tapi Kena Cap Jelek karena Ulah Pencak Silat hingga Sound Horeg

Muchamad Aly Reza oleh Muchamad Aly Reza
9 Juni 2025
A A
Derita warga Jawa Timur gara-gara cap PSHT, Aremania, dan sound horeg MOJOK.CO

Ilustrasi - Derita warga Jawa Timur gara-gara cap PSHT, Aremania, dan sound horeg. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Ada tiga hal yang kini tengah diresahkan oleh sebagian banyak orang Jawa Timur: sound horeg, Aremania, dan PSHT.

Di media sosial, banyak warganet menggunakan tiga hal itu sebagai simbol kemerosotan. PSHT dan Aremania misalnya, kerap diidentikkan dengan kekerasan dan ketidakdewasaan.

Sementara sound horeg, kendatipun penikmatnya menyebutnya sebagai hiburan rakyat, tapi seiring waktu malah banyak diresahkan oleh rakyat sendiri.

Olok-olok kepada Jawa Timur—sebagai pusat geliat dari tiga hal itu—pun makin terang-terangan saja. Tak pelak jika orang Jawa Timur, meskipun tidak ikut-ikutan pada tiga hal tersebut, terimbas sebagai objek olok-olok.

Jawa Timur awalnya pusat peradaban

Bukan tanpa dasar kenapa banyak warganet menganggap PSHT, Aremania, hingga sound horeg memberi kesan kemerosotan pada Jawa Timur.

Begini, jika mundur jauh ke masa lalu, Jawa Timur bisa dibilang sebagai salah satu pusat peradaban Nusantara. Dua kerajaan besar pernah bercokol di sana: Singasari dan Majapahit.

Seiring itu, pusat pengetahuan ke-Islaman juga bertebaran di sana: Ampel Denta hingga Giri Kedaton, dan lain-lain. Belum lagi bicara soal warisan budaya seperti Reog Ponorogo yang kini kalah viral dari tari-tarian jedag-jedug dalam setiap momen iring-iringan sound horeg.

PSHT didirikan bukan untuk bikin onar

Lahirnya PSHT di Jawa Timur—tepatnya di Madiun pada 1922—sebenarnya bisa menjadi catatan sejarah penting. Sebab, perguruan pencak silat ini, terutama pendirinya (Ki Hadjar Hardjo Oetmomo), menjadi bagian dari perjalanan panjang kemerdekaan RI.

PSHT didirikan bukan semata untuk belajar ilmu bela diri. Tapi juga belajar falsafah hidup perihal bagaimana seharusnya menjadi manusia.

“Manusia dapat dihancurkan, manusia dapat dimatikan, namun manusia tidak dapat dikalahkan selama manusia itu setia kepada hatinya sendiri.” Begitu falsafah hidup bagi para pendekat PSHT (seharusnya).

Itulah kenapa PSHT menekankan betul prinsip: mendidikan manusia khususnya para anggota agar berbudi luhur, tahu mana benar dan mana salah, serta beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Juga prinsip untuk “Memayu Hayuning Bawono”: Menjaga kedamaian dan stabilitas dunia, serta memberantas sifat angkara murka dan serakah pada diri. Menjadi khalifatullah fil ardl.

Perguruan pencak silat ini juga menekankan implementasi falsafah Jawa “Aja adigang, adigung, adiguna”: Jangan sok kuasa, gumedhe, sok sakti. Melainkan biasa saja, tawadu, serta menghormati dan menghargai sesama.

#1 PSHT kini: ajang sangar-sangaran tanpa budi luhur?

Tiap muncul konten PSHT di media sosial, ratusan komentar pasti membanjiri. Isinya mayoritas olok-olok dan komentar bernada sinis. Misalnya yang baru naik belakangan: latihan yang sampai merenggut nyawa seorang remaja di Boyolalu dan kasus-kasus pengroyokan yang melibatkan oknum pencak silat ini.

Iklan

Belum lagi video konvoi anggota perguruan yang kerap terkesan urakan. Bawa bendera besar, motor brong bising memenuhi jalan, yang tentu saja mengganggu pengguna jalan lain.

“Selalu olok-oloknya menyasar Jawa Timur. Saya sebagai orang Jawa Timur jadi malu sendiri,” ungkap Sakroni (24), asal Madiun.

Sakroni pernah bergabung sebagai anggota perguruan pencak silat tersebut. Namun, dia memilih keluar karena merasa hanya diajarkan untuk tawuran dan konvoi. Lengkapnya bisa dibaca di tulisan

“Jadi ajaran budi luhur, jangan gumedhe, jangan sok jagoan, seolah nggak berlaku,” sambungnya.

Pada dasarnya, ada banyak perguruan pencak silat di Jawa Timur. Tidak hanya PSHT. Kerusuhan oleh oknum perguruan pencak silat pun tidak hanya berasal dari PSHT.

Akan tetapi, PSHT menjadi nama yang kerap disasar oleh netizen lantaran beredarnya banyak pemberitaan yang secara kebetulan mencatut nama perguruan ini. Kendati sangat banyak juga anggota perguruan pencak silat ini yang menentang kekerasan sekaligus memberi sumbangsih prestasi bagi Indonesia melalui kompetisi pencak silat internasional.

#2 Berbuat baik jadi sia-sia karena cap Aremania

Label Aremania malah membuat orang Malang yang susah payah berbuat baik menjadi sia-sia belaka. Bagi warganet, Malang adalah Aremania. Yang itu artinya, tukang onar dan tidak dewasa.

Keresahan itu dirasakan oleh Alvin (27) dan Rudian (30).

“Malang memang primitif.”

“Kapan orang Malang bisa dewasa?”

“Di Malang itu kalah artinya harus mengancam nyawa ya?”

“Malang lebih layak mendapat julukan Mexico.”

“Kota Malang adalah aib sepakbola Indoensia.”

“Ternyata Malang tidak pernah belajar.” Adalah ungkapan-ungkapan yang kerap mereka terima jika muncul pemberitaan Aremania tengah berulah.

Dalam liputan sebelumnya, Alvin yang juga seorang Aremania, mengaku dia kerap berupaya menunjukkan sikap baik kepada suporter tim lain. Terutama rival Arema FC: Persebaya.

Sementara Rudian sedianya ingin menjalani hari sebagai orang biasa. Tanpa dilabeli sebagai Aremania. Mengingat, dia tidak terlalu mengikuti sepak bola Indonesia.

Akan tetapi, sebagai orang dengan KTP Jawa Timur—apalagi Malang—keduanya kerap menjadi sasaran olok-olok dan caci maki kalau suporter bola asal Malang itu bikin rusuh.

#3 Sound horeg: hiburan kok bikin risih

Sound horeg, meski bisa ditemui di beberapa daerah di luar Jawa Timur, tapi entah bagaimana mulanya Jawa Timur dianggap sebagai cikal bakal kemunculannya. Di Jawa Timur pun, sound horeg sampai dibuatkan event.

Banyak orang menikmati musik jedag-jedug menggelegar dari sound yang ditumpuk dan ditata sedemikan rupa di atas truk. Namun, banyak pula yang merasa risih.

Pasalnya, selain mengganggu ketenangan, beberapa video di media sosial menunjukkan bagaimana gemelegar sound horeg bisa membuat genteng rontok hingga kaca pecah.

Lebih-lebih, baru-baru ini, sound horeg juga diiringi dengan joget pargoy. Sehingga dianggap sebagai kemerosotan budaya oleh sebagian orang Jawa Timur.

 

Lihat postingan ini di Instagram

 

Sebuah kiriman dibagikan oleh MAK DUTA GIBAH (@duta_gibah)

Beberapa orang Jawa Timur pun mengaku tak nyaman karena jika mengaku dari Jawa Timur, sering kali langsung diidentikkan dengan sound horeg.

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Gabung PSHT Biar Kuat tapi Selalu Kalah saat Duel 1 Lawan 1, Hanya Menang kalau Keroyokan atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan

 

 

 

 

 

Terakhir diperbarui pada 9 Juni 2025 oleh

Tags: aremaniabudaya jawa timurJawa Timurkesenian jawa timurMalangPSHTsound horeg
Muchamad Aly Reza

Muchamad Aly Reza

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Pulau Bawean Begitu Indah, tapi Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri MOJOK.CO
Esai

Pengalaman Saya Tinggal Selama 6 Bulan di Pulau Bawean: Pulau Indah yang Warganya Terpaksa Mandiri karena Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri

15 Desember 2025
Jadi ojol di Malang disuruh nyekar ke Makam Londo Sukun. MOJOK.CO
Liputan

Driver Ojol di Malang Pertama Kali Dapat Pesanan Bersihin Makam dan Nyekar di Pusara Orang Kristen, Doa Pakai Al-Fatihah

16 November 2025
Kerja keras bawa Annes kuliah di Universitas Brawijaya (UB) Malang gratis hingga kerja sebelum wisuda MOJOK.CO
Kampus

Universitas Brawijaya (UB) Bawa Saya Kuliah Tanpa Biaya, Bisa Kerja Sebelum Wisuda buat Tebus Masa-masa Berat Sekolah Sambil Kerja Sejak Remaja

15 Oktober 2025
Pilih kos murah di Malang karena gaji nggak UMR. MOJOK.CO
Ragam

Cara Bertahan Hidup Anak Kos di Malang dengan Gaji Rp2 Juta setelah Orang Tua Tiada, Tersiksa tapi “Kudu Legawa”

8 Oktober 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Keturunan Keraton Yogyakarta Iri, Pengin Jadi Jelata Jogja Saja! MOJOK.CO

Keresahan Pemuda Berdarah Biru Keturunan Keraton Yogyakarta yang Dituduh Bisa Terbang, Malah Pengin Jadi Rakyat Jelata Jogja pada Umumnya

18 Desember 2025
UAD: Kampus Terbaik untuk “Mahasiswa Buangan” Seperti Saya MOJOK.CO

UNY Mengajarkan Kebebasan yang Gagal Saya Terjemahkan, sementara UAD Menyeret Saya Kembali ke Akal Sehat Menuju Kelulusan

16 Desember 2025
Pulau Bawean Begitu Indah, tapi Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri MOJOK.CO

Pengalaman Saya Tinggal Selama 6 Bulan di Pulau Bawean: Pulau Indah yang Warganya Terpaksa Mandiri karena Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri

15 Desember 2025
bapakmu kiper.MOJOK.CO

Fedi Nuril Jadi Mantan “Raja Tarkam” dan Tukang Judi Bola di Film Bapakmu Kiper

17 Desember 2025
Kuliah di universitas terbaik di Vietnam dan lulus sebagai sarjana cumlaude (IPK 4), tapi tetap susah kerja dan merasa jadi investasi gagal orang tua MOJOK.CO

Kuliah di Universitas Terbaik Vietnam: Biaya 1 Semester Setara Kerja 1 Tahun, Jadi Sarjana Susah Kerja dan Investasi Gagal Orang Tua

15 Desember 2025
Elang Jawa terbang bebas di Gunung Gede Pangrango, tapi masih berada dalam ancaman MOJOK.CO

Elang Jawa Terbang Bebas di Gunung Gede Pangrango, Tapi Masih Berada dalam Ancaman

13 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.