Alun-alun Jombang memang tampak biasa aja. Bahkan, orang Jombang sendiri menyebut alun-alun itu tak ada bagus-bagusnya. Akan tetapi, keberadaannya memberikan rasa bahagia. Terutama bagi orang-orang pelosok desa. Bahkan keramaiannya tak kalah dari Simpang Lima Gumul Kediri.
***
Suara tilawah menggema lantang dari pengeras suara Masjid Agung Baitul Mukmin, masjid yang bersebarangan langsung dengan Alun-alu Jombang. Berselingan dengan sayup-sayup terdengar suara pemberitahuan demi pemberitahuan di stasiun yang letaknya juga berdekatan dengan alun-alun.
Setiap mendengar tilawah dari masjid-masjid di Jawa Timur, hati saya langsung terenyuh. Ada perasaan kangen. Maklum, bertahun-tahun saya hidup dan sering riwa-riwi di beberapa daerah di Jawa Timur, di mana Jombang menjadi salah satu daerah yang sering saya singgahi.
Saya lantas mencoba menikmati rasa kangen itu dengan duduk di salah satu sudut Alun-alun Jombang. Di hamaparan rumput hijau di hadapan saya, tampak beberapa keluarga menggelar tikar, membeber makanan yang mereka bawa dari rumah.
Dari zona anak-anak, terdengar jeritan-jeritan ceria. Di sana memang menjadi zona bermain khusus untuk anak-anak. Ada papan seluncur, ayunan, dan lain-lain. Tak ketinggalan sepasang muda-mudi yang duduk berdua sembari menatap langit yang memerah jingga.
Hari itu Sabtu (1/6/2024) malam. Wajar jika suasana di Alun-alun Jombang begitu ramai. Tak kalah ramai dari tetangganya, Simpang Lima Gumul Kediri. Banyak keluarga hingga sepasang kekasih yang malam mingguan.
“Di Jombang sendiri kan emang nggak ada tempat hiburan. Larinya ya ke alun-alun. Punya mal namanya Linggarjati Plaza. Tapi itu kan kayak mal mangkrak aja,” ucap Iffah (25).
“Tapi kalau kulineran masih aman lah. Ada Gacoan. Ada beberapa coffee shop juga,” sambung perempuan asal Tebuireng itu.
Alun-alun Jombang nggak punya daya tarik
Meski asli Kota Santri, tapi Iffah memang terbilang jarang jalan-jalan di Alun-alun Jombang. Hanya sekadar melintas saja.
Sebab, menurut Iffah, Alun-alun Jombang tak punya daya tarik khusus. Sekadar untuk foto-foto saja tak menarik.
“Jarang ada anak kuliahan yang mau nongkrong di sana. Kalau anak-anak muda paling ya anak-anak SMP dan SMA. Selebihnya keluarga-keluarga,” ucap Iffah.
Iffah yang tak terlalu suka dengan keramaian juga menghindari ke Alun-alun Jombang di malam Minggu. Karena kelewat ramai. Sementara jalanan area alun-alun tak terlalu luas, sehingga agak semrawut.
“Nggak terlalu ikonik juga. Beda misalnya dengan Alun-alun Kediri. Ikonik karena ada Simpang Lima Gumul. Atau Alun-alun Batu, punya bianglala ikonik. Apalagi Alun-alun Surabaya dengan nuansa vintage-nya. Pernah renovasi, tapi ya pancet gitu-gitu aja. Pancet jelek,” kata Iffah.
Sementara kata Iffah, Alun-alun Jombang tak punya ciri khas, hanya hamparan rumput hijau biasa. Kalau ada bagian yang mencolok dari ruang terbuka Kota Santri itu, tentu hanya Masjid Baitul Mukmin di seberang jalan. Tapi itu kan masjid, untuk ibadah, bukan untuk nongkrong dan piknik keluarga.
Alun-alun Jombang bikin bahagia
Menjelang Magrib, saya mencoba berjalan santai mengitari Alun-alun Jombang. Saya kemudian berbincang dengan Miyati (30), perempuan desa asal Diwek.
Malam itu ia mengajak suami dan dua orang anaknya yang masih kecil main-main di alun-alun. Miyati dan suami duduk-duduk santai di alas tikar yang mereka bawa dari rumah. Sementara dua anaknya tengah sibuk menerbangkan mainan baling-balingnya. Yang kalau berputar di udara akan mengeluarkan cahaya warna-warni.
“Hiburannya orang desa kan ya seperti ini, Mas, ke alun-alun. Begini sudah seneng,” kata Miyati sembari tertawa kecil.
Diwek sendiri merupakan salah satu kecamatan terdekat dengan alun-alun. Jadi, tak pelak jika Miyati kerap menghabiskan malam Minggu main-main di sana bersama keluarga kecilnya.
“Bapaknya anak-anak kan jarang di rumah, kerja di Gresik. Jadi kalau pulang main ke sini. Selain dekat kan juga ini tempat umum, nggak bayar. Paling bayar parkir aja,” beber Miyati.
Lagi pula, dua anaknya juga tak pernah bosan jika diajak ke Alun-alun Jombang. Malah, kata Miyati, kedua anaknya tersebut justru yang paling bersemangat mengajak ke alun-alun.
Intinya yang penting keluar dari desa, melihat keramaian kota. Meskipun kalau meminjam kata Iffah sebelumnya, Alun-alun Jombang tak ada ikonik-ikoniknya.
Baca halaman selanjutnya…
Selingan kalau bosan di Simpang Lima Gumul Kediri