Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Benarkah Freelance Lebih Menjanjikan Buat Gen Z dan Milenial di 2025?

Ahmad Effendi oleh Ahmad Effendi
16 Januari 2025
A A
Benarkah Freelance Lebih Menjanjikan Buat Gen Z dan Milenial di 2025?.MOJOK.CO

Ilustrasi - Benarkah Freelance Lebih Menjanjikan Buat Gen Z dan Milenial di 2025? (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Abdul Hadi (28) menolak melakukan pekerjaan yang mengikat. Sejak meluluskan kuliah S2-nya di Utrecht University, Belanda pada Juli 2024 lalu, ia memutuskan untuk menekuni pekerjaan lepas alias freelance.

Padahal, kalau melihat portofolionya sebagai lulusan luar negeri, tak bakal sulit baginya buat mendapatkan pekerjaan tetap. Namun, prinsip dia jelas: hanya mau mengerjakan sesuatu yang disuka, meski hasilnya mungkin lebih kecil.

Kini, Hadi, sapaan akrabnya, bekerja lepas sebagai tutor Bahasa Inggris bagi mahasiswa yang ingin melanjutkan studi ke mancanegara. Selain itu, ia juga menulis riset mandiri untuk lembaga maupun media online.

“Aku, sih, prinsipnya jelas, cuma mau kerja maksimal 4 jam sehari. Alasannya agar punya banyak waktu untuk melakukan banyak hal, termasuk membaca buku,” ujar Magister Psikologi Sosial dan Kesehatan saat saya temui akhir November 2024 lalu.

Selain Hadi, kisah serupa juga dialami Royan (26). Latar belakang pendidikannya kurang lebih sama dengan Hadi, yakni merampungkan studi hingga jenjang S2.

Lulusan salah satu PTN di Jogja ini juga mengaku sedang mengindari pekerjaan yang sifatnya tetap dan mengikat. Ia, sejak kurang lebih delapan bulan lalu, lebih senang bekerja freelance. Baik untuk instansi tertentu, komunitas, CSR, maupun penerbit.

“Memang hasilnya kurang jelas. Kalau lagi ada kerjaan, ya, lumayan, tapi kalau sedang sepi ya benar-benar nggak ada pemasukan,” katanya, saat berbincang dengan saya pada Kamis (2/1/2025) lalu.

“Tapi aku menikmati banget, karena pada dasarnya aku nggak bisa kerja yang sistemnya korporatif banget alias mengikat. Sederhananya, nggak bisa kerja kantoran.”

Lebih bebas

Hadi dan Royan datang dari generasi yang berbeda. Hadi, merupakan lelaki kelahiran 1995. Sementara Royan lahir pada 1998. Dengan demikian, Hadi merupakan generasi milenial. Sedangkan Royan adalah Gen Z.

Meskipun hadir dari generasi yang tak sama, tapi mereka memiliki satu kesamaan: lebih senang memilih pekerjaan freelance–meski mereka punya kapasitas menjadi pekerja kantoran, bahkan PNS, kalau mau.

Apa yang dialami Hadi dan Royan bukanlah fenomena khas. Ternyata, ada banyak milenial dan Gen Z di luar sana yang memilih freelance, alih-alih bekerja secara tetap.

Berdasarkan survei yang dilakukan perusahaan Fiverr kepada anak muda di Amerika Serikat (AS), kebanyakan dari mereka lebih suka kerja freelance daripada kantoran. Dari 2.000 orang responden yang diwawancarai, 70 persen sepakat bahwa freelance adalah pilihan karier yang lebih menjanjikan di era sekarang.

Meskipun studi ini dilakukan di AS, CMO Fiverr Gali Arnon menduga fenomena ini juga terjadi dalam skala global. Terutama di era digitalisasi seperti saat ini, yang mana teknologi memberikan kemudahan dan fleksibilitas bagi anak muda.

“Kebebasan yang diberikan oleh freelance adalah daya tarik utama bagi generasi yang ingin mengejar minat mereka,” ungkapnya dalam laman resmi Fiverr, dikutip Kamis (16/1/2025).

Iklan

Ekonomi lesu, kok mau kerja freelance?

Perekonomian di Indonesia tengah lesu. Banyak penelitian menyebut, banyak sektor bakal terkena dampak. Pekerjaan tetap, terutama menjadi PNS, dianggap sebagai solusi atas persoalan ini. Setidaknya, dengan pekerjaan tetap, mereka punya penghasilan yang pasti tiap bulannya–berbeda dengan freelance yang “kelihatan abu-abu”.

Royan sendiri tak mempermasalahkan persoalan ekonomi yang tengah lesu. Baginya, di era sekarang, pekerjaan tetap maupun freelance garis pembedanya amat tipis. Ketika krisis terjadi, semua bisa terdampak.

“Tapi menurutku, freelance lebih punya keuntungan. Ambil kasus waktu Covid-19 kemarin, banyak sektor ambruk, banyak pekerja tetap kena layoff. Tapi pekerja freelance industri kreatif tetap bertahan, bahkan harus diakui malah improve,” ujar Royan.

Apa yang dikatakan Royan selaras dengan survei yang sama dari Fiverr. Dalam survei tersebut, sebanyak 73 persen anak muda tetap memilih freelance walaupun mereka tahu bahwa kondisi ekonomi sedang tidak menentu. Bahkan, sebanyak 41 persen berpendapat freelance adalah cara yang terbaik untuk menambah penghasilan.

“Freelance ‘kan pada dasarnya fleksibilitas. Itu kata kuncinya. Jadi kami bisa melakukan banyak pekerjaan, di samping tetap melakukan apa yang disukai tanpa perlu takut, misalnya, kena semprot bos atau tekanan KPI (capaian kerja).”

Paham risiko, paham prioritas

Royan bukannya tak paham risiko yang mengintainya. Ketidakpastian pekerjaan, sama berarti tak ada jaminan dapur tetap ngepul tiap bulannya.

Bahkan, banyak penelitian juga menyebut, pekerja freelance tetap berpotensi mengalami gangguan kesehatan mental. 

“Iya, aku paham semua risikonya. Jangankan mental issue, yang paling kelihatan aja: kena tipu klien, telat bayar, pernah aku alamin,” jelasnya, ngakak.

“Tapi semua pekerjaan ada risiko. Yang membedakan, kata Mbah Karl Marx, setidaknya kita eksis kalau kerja sesuai dengan passion kita. Bukan menjadi sapi yang diperah dan perintah. Aseekkk!,” pungkasnya.

Penulis: Ahmad Effendi

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA: Derita Pekerja Freelance Kerap Kena Cibir Tetangga Gara-Gara Hanya Terlihat di Rumah atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.

 

Terakhir diperbarui pada 16 Januari 2025 oleh

Tags: anak mudafreelancefreelance 2025Gen Zmilenialpekerjaan freelancepilihan redaksirekomendasi freelance
Ahmad Effendi

Ahmad Effendi

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

elang jawa.MOJOK.CO
Ragam

Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa

22 Desember 2025
Terpaksa jadi maling, buronan polisi, hingga masuk penjara karena lelah punya orang tua miskin MOJOK.CO
Ragam

Terpaksa Jadi Maling-Mendekam di Penjara karena Lelah Punya Orang Tua Miskin, Sejak Kecil Hanya Bisa Ngiler ke Hidup Enak Teman Sebaya

22 Desember 2025
UGM.MOJOK.CO
Ragam

Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas

20 Desember 2025
Elang Jawa terbang bebas di Gunung Gede Pangrango, tapi masih berada dalam ancaman MOJOK.CO
Ragam

Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka

19 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

UMP Jogja bikin miris, mending kerja di Jakarta. MOJOK.CO

Menyesal Kerja di Jogja dengan Gaji yang Nggak Sesuai UMP, Pilih ke Jakarta meski Kerjanya “Hectic”. Toh, Sama-sama Mahal

17 Desember 2025
Menteri Kebudayaan Fadli Zon dan Wali Kota Agustina Wilujeng ajak anak muda mengenal sejarah Kota Semarang lewat kartu pos MOJOK.CO

Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang

20 Desember 2025
Pontang-panting Membangun Klub Panahan di Raja Ampat. Banyak Kendala, tapi Temukan Bibit-bibit Emas dari Timur Mojok.co

Pontang-panting Membangun Klub Panahan di Raja Ampat. Banyak Kendala, tapi Temukan Bibit-bibit Emas dari Timur

17 Desember 2025
Atlet pencak silat asal Kota Semarang, Tito Hendra Septa Kurnia Wijaya, raih medali emas di SEA Games 2025 Thailand MOJOK.CO

Menguatkan Pembinaan Pencak Silat di Semarang, Karena Olahraga Ini Bisa Harumkan Indonesia di Kancah Internasional

22 Desember 2025
Riset dan pengabdian masyarakat perguruan tinggi/universitas di Indonesia masih belum optimal MOJOK.CO

Universitas di Indonesia Ada 4.000 Lebih tapi Cuma 5% Berorientasi Riset, Pengabdian Masyarakat Mandek di Laporan

18 Desember 2025
Elang Jawa terbang bebas di Gunung Gede Pangrango, tapi masih berada dalam ancaman MOJOK.CO

Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka

19 Desember 2025

Video Terbaru

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

20 Desember 2025
SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.