Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Liputan

Perjalanan Perantau Minang Menantang Jakarta: Jakarta Itu Keras, Lebih Baik Putar Balik!

Rizky Prasetya oleh Rizky Prasetya
23 Juni 2024
0
A A
Cerita 2 Pemuda yang Hidup di Jakarta: Harusnya Merantau ke Jakarta dari Dulu, Nggak Perlu Mampir Jogja! minang

Cerita 2 Pemuda yang Hidup di Jakarta: Harusnya Merantau ke Jakarta dari Dulu, Nggak Perlu Mampir Jogja!

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Merantau ke Jakarta bukanlah urusan yang sepele. Banyak harga yang harus dibayar, dan terkadang bayaran itu kelewat mahal. Pegawai retail Jakarta asal Minang ini menceritakan bagaimana kerasnya Jakarta selama 6 tahun menjejakkan kaki di Tanah Pencakar Langit.

***

Motif utama Fitra (25) merantau ke Jakarta itu sederhana. Sebagai lelaki Minang, dia harus merantau. Baginya, keputusan merantau itu bukan sesuatu yang heroik, tapi sebuah keharusan, sebuah jalan yang tak akan dia hindari, juga tak perlu dia hindari. Bagi orang lain, mungkin berat. Bagi Fitra, itu sebuah fase hidup.

Petualangan dia mulai pada 2018. Awalnya, Fitra tak punya rencana apa pun. Seperti Miyamoto Musashi, dia melangkahkan kaki menyusuri beton-beton Jakarta, mencari spanduk iklan lowongan pekerjaan. Grogol adalah saksi bisu awal kakinya menjejak Jakarta.

Sebagaimana tindakan nekat tanpa rencana pada umumnya, tentu dia menemui kegagalan. Berkali-kali dia mencari pekerjaan, berkali-kali dia bertemu kegagalan. Putus asa sudah pasti, sampai-sampai dia menitipkan uang 20 ribu pada tukang parkir agar bisa menitipkan lamaran pekerjaan ke rumah makan bebek di Grogol. Hasilnya? Tentu saja sudah bisa ditebak.

Perjalanan Fitra di Jakarta selanjutnya adalah pabrik roti. Fitra gagal pada waktu interview HRD, dan keputusasaan makin dekat. Tapi, Tuhan selalu bersama orang-orang nekat yang berusaha memperbaiki nasib.

Suatu hari, Fitra dan kawannya iseng bertanya pada karyawan retail dekat kosannya dulu di Srengseng. Dia dapat informasi, kalau mau melamar pekerjaan di retail, coba ke DC Tangerang. Berangkatlah dirinya ke tempat tujuan, dan, diterima, tapi harus training dulu.

Sayangnya, Fitra salah strategi. Dia ambil pekerjaan di bagian gudang, karena dia pikir ya kerja di gudang itu mirip sama pekerjaan lainnya. terlebih, di Padang, tempat asalnya, tak ada toko retail serupa, jadi dia tak tahu sistemnya. Dia terpaksa menemui kegagalan lagi.

Tapi ceritanya tentu tak berhenti di sini.

Niatnya sebulan, keterusan hingga sekarang

Setelah gagal training, dia mendapat info lagi kalau ada bukaan lamaran di daerah Ancol. Berangkatlah dia ke sana, berbekal pengalaman yang sudah dia dapat, jalannya mulus. Dia diterima, dan lancar hingga tahap akhir. Fitra tak tahu, kalau langkah ini jadi penentu hidupnya.

“Niat awal cuma buat sebulan-dua bulan dan untuk batu loncatan, Mas, malah keterusan sampe 2024.”

Awalnya hanya coba-coba, kini Fitra jadi asisten toko. Perjalanan dia tentu saja bukanlah perjalanan yang sepele. Bermimpi datang ke Jakarta dan sukses itu satu hal, datang ke Jakarta dan menjalaninya itu hal lain lagi. Orang boleh saja bilang orang Minang takdirnya merantau, jadi kesuksesan adalah hal yang wajar bagi mereka. Tapi, menantang beton Jakarta tanpa rencana yang konkret seperti yang dilakukan Fitra ini bukan hal yang sepele.

Mendengar cerita Fitra, saya teringat King Joe, tokoh fiksi dalam manga Worst!. Datang dari Okayama, dia mengobrak-abrik Housen dan menjadi salah satu pemimpin terhebat dalam sejarah Housen.

Sudah 6 tahun Fitra menjalani langkah di Jakarta. Dan saya tak bisa untuk tidak bertanya, apakah dia mencintai Jakarta, seperti dua narasumber saya di naskah merantau ke Jakarta?

Jakarta itu keras!

Fitra tidak merasakan cinta pada Jakarta, itu yang saya tangkap. Dia merasa menantang Jakarta adalah hal yang biasa bagi orang Minang yang identik dengan merantau. Harga yang dia bayar dengan merantau ke Jakarta juga kelewat besar. Dia tidak bisa melihat kakeknya untuk terakhir kali, karena tidak bisa pulang saat kakeknya meninggal. Ongkos pulang yang kelewat besar menundanya untuk berbakti. Dan itu tentu saja pukulan paling keras untuk lelaki.

Maka dari itu, Fitra tak pernah setuju dengan narasi romantis merantau ke Jakarta. Baginya, Jakarta itu tak indah dan tak perlu dibuat-buat indah. Realitasnya memang kejam, dan orang-orang harus siap dengan itu. Makanya, dia mewanti-wanti orang yang punya keinginan untuk merantau ke Jakarta, apa pun alasannya.

“Saya tidak menyarankan (merantau ke Jakarta) kalau mereka tidak punya persiapan dan relasi. Kalau mau merasakan Jakarta adalah surga, menurut saya, jangan mulai dari nol.”

Narasi romantis tentang Jakarta bisa membuat orang mabuk kepayang dan merasa dengan hidup sederhana saja, sudah bisa selamat. Itulah yang ditakutkan oleh Fitra, karena kenyataannya nggak kayak gitu. Takutnya jadi seperti dia, nyemplung dan nggak bisa pulang lebaran bertahun-tahun. Dia sendiri baru pulang dua kali selama enam tahun.

Tapi dia bilang, dia bisa bertahan di Jakarta karena satu hal: calon istrinya. Calon istrinya adalah alasan terbesar dia bertahan dan tetap bertahan melawan kerasnya udara pengap Ibu Kota.

“Nggak ada alasan saya bertahan lama di sini kalo bukan Tuhan mentakdirkan saya bertemu dengan dia, Mas.”

Cerita perantau, memang selalu romantis. Dunia boleh kejam, tapi selalu ada cinta yang bersemi dan bikin hari terasa tak begitu berat.

Reporter: Rizky Prasetya
Editor: Hammam Izzudin

BACA JUGA Nekat Merantau dari Jogja Cari Kerja di Jakarta, 6 Bulan Kirim 100 Lamaran Begitu Lolos Gedung Kantornya Ambruk

Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.

Terakhir diperbarui pada 23 Juni 2024 oleh

Tags: grogoljakartamerantau ke jakartaminangpegawai retailperantau
Iklan
Rizky Prasetya

Rizky Prasetya

Redaktur Mojok. Hobi main game dan suka nulis otomotif.

Artikel Terkait

Kerja di Blora jauh lebih untung timbang Jakarta. MOJOK.CO
Ragam

Tak Sanggup Kerja Kantoran di Jakarta, Putuskan Resign dan Tinggal di Cepu dengan Upah Empat Kali Lipat UMK Blora

8 Juli 2025
Setelah 6 Tahun Merantau ke Luar Jawa, Saya Jadi Takut untuk Kembali Kerja di Jakarta MOJOK.CO
Esai

Setelah 6 Tahun Merantau ke Luar Jawa, Saya Jadi Takut untuk Kembali Kerja di Jakarta

11 Juni 2025
UMR Jakarta, merantau ke jakarta.MOJOK.CO
Ragam

Butuh Gaji Rp15 Juta untuk Hidup Nyaman di Jakarta, Perantau yang Miskin Kudu Rela Tinggal Bersama Kecoa-Tikus dan Melahap Makanan Sisa

23 Mei 2025
resign kerja di jakarta, bikin usaha di jogja.MOJOK.CO
Sosok

Nekat Resign Kerja di Jakarta demi Rintis Usaha di Jogja, “Bisnis Rasa Nongkrong” Malah Hasilkan Omzet Besar dan Buka Tiga Cabang 

22 Mei 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Resah anggota perguruan pencak silat SH Winongo (PSHW), selalu kena imbas ketika PSHT berulah MOJOK.CO

Repotnya Anggota SH Winongo (PSHW): Berupaya Ajarkan Pencak Silat Damai tapi Kena Imbas Ulah PSHT, Gara-gara Sesama “SH”

7 Juli 2025
jurusan pariwisata. mojok.co

Kuliah di Jurusan Pariwisata Tak Semenyenangkan Kelihatannya, Niat Santai Malah Terbantai

3 Juli 2025
Kuliah S1 selama 4 tahun semakin tak relevan lagi karena nyatanya banyak sarjana pengangguran, beda dengan vokasi? MOJOK.CO

Kuliah S1 4 Tahun Terlalu Lama dan Tak Relevan Lagi karena Peluang di Dunia Kerja Lebih Nyata Vokasi?

4 Juli 2025
pertama naik gunung Mebabu via thekelan, belajar dari youtube. MOJOK.CO

Nyaris Celaka Saat Pertama Kali Mendaki ke Merbabu, “Terjebak” Berjam-jam di Tengah Gunung karena Ikuti Tutorial Youtube

4 Juli 2025
3 Dosa Pedagang Es Teh Jumbo Cuan, tapi Bahaya untuk Pembeli (Unsplash)

3 Dosa Pedagang Es Teh Jumbo yang Menguntungkan Mereka tetapi Sangat Merugikan Pembeli

4 Juli 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.