Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Mendalam

Kedai Kopi Kecil Berhasil Hidupkan Pasar Mati di Kota Jogja, Malah Berujung “Disingkirkan”

Muchamad Aly Reza oleh Muchamad Aly Reza
19 Maret 2025
0
A A
Kedai kopi Teondjoeng Djaja hidupkan Pasar Tunjungsari Kota Jogja yang mati suru sejak lama MOJOK.CO

Ilustrasi - Kedai kopi Teondjoeng Djaja hidupkan Pasar Tunjungsari Kota Jogja yang mati suri sejak lama. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Hanya ada obrolan samar di kedai kopi Toendjoeng Djaja di Umbulharjo, Kota Jogja (kawasan Pasar Sepeda Tunjungsari). Hujan kelewat lebat. Hanya ada segelintir pengunjung yang tampak menyeruput kopi di sana. Ditemani sayup lagu-lagu Chrisye hingga Nike Ardilla dari toa di sudut kedai.

Kedai kopi kecil di Pasar Tunjungsari, Kota Jogja, itu buka pada Desember 2022 silam. Kini, atas sejumlah persoalan, kedai Kopi Toendjoeng Djaja—dengan berat hati—tengah menghitung hari untuk pindah lokasi.

Misi hidupkan Pasar Tunjungsari Kota Jogja yang mati suri

Ditemani segelas es limun Sarsapilla, saya menyimak cerita dari pemilik kedai kopi Toendjoeng Djaja, Andre Setyawan (32). Pemuda asli Jogja.

Dulu kala melihat Pasar Tunjungsari, Kota Jogja, yang “mati suri”, Andre merasa tertantang. Bagaimana jika dia menciptakan traffic di sebuah tempat yang sudah mati tersebut?

Iklan

Pasar Tunjungsari awalnya berdenyut sebagai pasar sepeda tua. Namun, setelah gempa Jogja pada 2006, kendati sudah direnovasi, tapi seiring waktu berangsur tak bergeliat lagi.

“Sekarang hanya ada satu pedagang sepeda yang tersisa (yang masih jualan),” ujar Andreas, Sabtu (15/3/2025) pukul 20.35 WIB.

Kedai kopi Teondjoeng Djaja hidupkan Pasar Tunjungsari Kota Jogja yang mati suru sejak lama MOJOK.CO
Kedai kopi Teondjoeng Djaja hidupkan Pasar Tunjungsari Kota Jogja yang mati suri sejak lama. (Aly Reza/Mojok.co)

Pada awal-awal buka, pengunjung yang datang masih belum banyak. Namun, memasuki Februari 2023, mulai terlihat bahwa kedai kopi Toendjoeng Djaja akan menciptakan traffic besar, terutama dari kalangan mahasiswa.

Apalagi memang Andre memberi harga murah untuk menu-menu di kedainya (mengusung konsep “kopi kerakyatan“): untuk minuman mulai dari Rp3.500, sementara untuk makanan mulai dari Rp6.000.

Denyut di Pasar Tunjungsari Kota Jogja yang lama mati suri

Dengan semakin ramainya pengunjung, Andre atas izin pihak Paguyuban Pasar Tunjungsari, Kota Jogja, diperbolehkan menggunakan trotoar depan kedai dan area belakang pasar.

Andre lalu berpikir untuk membuat ruang kreatif dengan memanfaatkan ruang-ruang tak terpakai di Pasar Tunjungsari.

“Saya komunikasi ke Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Jogja (Bidang Pasar Rakyat). Bagaimana kalau disewakan (untuk event)? Sewanya perhari Rp350 ribu,” ungkap Andre. Dinas Perdagangan setuju. Dari situ, mulai ada geliat aktivasi di Pasar Tunjungsari.

Dokumentasi kegiatan yang pernah berlangsung di Toendjoeng Djaja MOJOK.CO
Dokumentasi kegiatan yang pernah berlangsung di Toendjoeng Djaja. (Aly Reza/Mojok.co)

Seingat Andre, kelompok teater dari Universitas Teknologi Yogyakarta (UTY) menjadi kelompok pertama yang menggunakan ruang kreatif tersebut, dalam acara peringatan tiga dekade mereka. Kira-kira pada Maret 2023.

Setelahnya, mulai banyak kegiatan berlangsung di sana. Paling baru adalah Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kota Jogja yang menggelar event e-sport FIFA.

Konflik panjang dengan Paguyuban

Seiring dengan berdenyutnya Pasar Tunjungsari imbas inisiasi Toendjoeng Djaja, api konflik mulai terpercik dari Paguyuban.

“Lebih pada persoalan parkir.” Begitu kesimpulan dari penjelasan panjang Andre.

Konflik bermula antara kedai kopi Tondjoeng Djaja dengan pihak keamanan Hotel Tjokro Style yang lokasinya tidak jauh dari Pasar Tunjungsari. Persoalan batas wilayah parkir.

Pihak hotel, kata Andre, lantas bertemu dengan Paguyuban. Lalu ketemu kesepakatan: pihak hotel akan menyewa lahan parkir di area pasar sebesar Rp700 ribu perbulan.

“Setelah saya tanyakan ke Disdag, katanya retribusi parkir hotel itu nggak sampai ke Disdag. Sementara Paguyuban bilang sewa itu juga buat retribusi,” jelas Andre.

 

Lihat postingan ini di Instagram

 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Toendjoeng Djaja | Warkop dan roastery (@toendjoengdjaja)

Setelahnya, Andre merasa ada upaya dari Paguyuban untuk membuatnya tidak nyaman. Konfrontasi dan tekanan mulai menyasar Andre.

Di antaranya, Andre dituding menggunakan fasilitas pasar tanpa izin hingga dituding jadi penyumbang sampah terbanyak di area sana. Padahal sebagian sampah kedai yang kebanyakan sampah botol-plastik  sudah dioper ke pencari rongsokan.

Upaya Andre untuk bergabung ke Paguyuban pun hingga sekarang tidak kunjung disetujui. Padahal, gabung Paguyuban adalah upaya Andre agar lebih mudah dalam menghidupkan pasar rakyat di Kota Jogja yang sudah mati tersebut. Tujuannya sebenarnya itu: menghidupkan kembali pasar rakyat.

Sayangnya, karena merasa terus ditekan, Andre dengan terpaksa akan memindah kedainya. Tidak lagi di Pasar Tunjungsari.

Andre menyayangkan betul karena dia merasa Dinas Perdagangan tidak ambil andil memfasilitasi mediasi antara Toendjoeng Djaja dengan Paguyuban.

Dampak ekonomi yang buyar begitu saja

Andre akan memindah kedainya ke bangunan bekas Wisma Melati, tidak jauh dari Pasar Tunjungsari. Dalam perhitungannya, lokasinya berpotensi menciptakan traffic lebih besar.

Sebab banyak ruang tak terpakai untuk ruang kreatif. Parkir pun bisa dikelola sendiri. Namun, memang, Andre tidak bisa menampik rasa eman meninggalkan Pasar Tunjungsari.

“Yang kami sayangkan, aset daerah yang bisa dikelola dengan benar, malah terbengkalai. Yang kedua, dampak ekonomi yang selama ini sudah bisa dirasakan terancam hilang lagi,” beber Andre.

Keberadaan kedai kopi Toendjoeng Djaja memang tidak lantas membuat para pedagang sepeda mulai bisa jualan lagi di pasar. Akan tetapi, setidaknya memberi cipratan dampak ekonomi ke orang sekitar.

Antara lain, warung mie di samping kedai kopi bisa terdampak misalnya ada pengunjung kedai yang ingin ngopi sambil menyantap mie.  Warung Madrua kecipratan omzet dari hasil penjualan bensin dan rokok. Juga angkringan di sekitar (karena jika Andre tidak bisa mengatur flow belanja di kedai karena saking crowded-nya, maka akan dia arahkan ke warung mie atau angkringan terdekat).

Warung mie di yang kecipratan dampak Toendjoeng Djaja MOJOK.CO
Warung mie di yang kecipratan dampak ekonomi. (Aly Reza/Mojok.co)

“Terus ada orang di selatan pasar, hidup dari rongsokan. Itu dapat operan dari kami: kardus, botol, kaleng, buat dirongsokin,” terang Andre.

Karena traffic yang makin tinggi, kedai kopi kecil itu bahkan bisa mempekerjakan tujuh karyawan. Rata-rata mahasiswa dengan gaji di atas umumnya karyawan (non manajer/head kitchen) kedai kopi atau coffee shop di Jogja.

“Sebenarnya sudah berencana membereskan kamar mandi pasar. Niatnya saya renovasi pakai dana sendiri. Tapi nanti dipasang kotak uang untuk bayar (yang pakai). Kan lumayan itu misalnya buat bayar orang sini yang nanti digaet jadi tukang bersih-bersih kamar mandi,” kata Andre. Sayang, rencana tinggal rencana. Raut kecewa tampak betul di wajah Andre, di bawah siraman cahaya setengah redup kedainya.

Paguyuban enggan bicara

Rabu (19/3/2025) siang WIB, Mojok mencoba mengonfirmasi Kepala Bidang (Kabid) Pasar Rakyat Disdag Kota Jogja, Gunawan Nugroho Utomo.

Gunawan menjelaskan, pada prinsipnya pihaknya selalu mendukung penuh setiap kegiatan ekonomi kreatif yang diinisiasi anak muda. Termasuk oleh Toendjong Djaja.

“Kami senang kolaborasi dengan temen-teman yang akan berkegiatan di pasar rakyat. Kami juga komunikasi dengan Mas Andre, mendukung beberapa acara mereka,” ungkap Gunawan.

Hanya saja, dalam merespons dinamika pasar, Gunawan menyebut selalu mencoba merespons secara prosedural.

“Kita pernah ada laporan (soal dinamika relasi Paguyuban dan Toendjong Djaja). Kami coba akan memfasilitasi. Akan tetapi, dari Paguyuban kemudian kirim pesan ke saya kalau sudah melakukan pertemuan dengan Toendjoeng Djaja,” jelas Gunawan.

Lalu perihal retribusi sebesar Rp700 ribu—dari sewa parkir hotel—yang konon tidak Paguyuban bayarkan ke Disdag, Gunawan mengarahkan Mojok untuk berkontak langsung dengan pihak Paguyuban.

Sejak Minggu (16/3/2025), Mojok mencoba menghubungi Joko selaku Ketua Paguyuban. Namun, hingga laporan ini tayang, Joko masih tak merespons sama sekali.

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Kedai Kopi TEKO.SU Sleman: Dari Vespa dan Stigma Jadi Rumah untuk Tumbuh, Pulang, dan Menampung Mimpi Banyak Orang atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan

 

Terakhir diperbarui pada 19 Maret 2025 oleh

Tags: Jogjakedai kopi jogjakota jogjapasar tunjungsaripilihan redaksitoendjong djaja
Iklan
Muchamad Aly Reza

Muchamad Aly Reza

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

mahasiswa jurusan agama islam.MOJOK.CO
Kampus

Sisi Lain Mahasiswa “Jurusan Agama Islam” di Jogja: Mabuk dan Maksiat Jalan, Ibadah Juga Lancar

7 Oktober 2025
UMR Jogja 2025 Sungguh Menyiksa, Fresh Graduate Stres MOJOK.CO
Esai

Fakta Penderitaan Fresh Graduate di Jogja: Harus Double Job Hanya Demi Bisa Hidup Layak dan Menabung Mengingat UMR Jogja 2025 Ini Terlalu Menyiksa

7 Oktober 2025
perawat.mojok.co
Ragam

Perawat, “Pahlawan Kemanusiaan” yang Tak Dimanusiakan: Beban Kerja Selangit, Gaji Sulit

6 Oktober 2025
Pengendara plat L Surabaya kaget sama sikap plat AB Jogja MOJOK.CO
Ragam

Cara Berkendara Plat AB di Jogja bikin Plat L Surabaya “Malu” dan Introspeksi, Dirugikan tapi Malah Kasih Wejangan

6 Oktober 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar




Terpopuler Sepekan

Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng dorong pengajuan Raperda pondok pesantren untuk membantu dan memajukan lembaga pendidikan tertua itu MOJOK.CO

Berabad-abad Pondok Pesantren Jadi “Kawah Candradimuka”, Perlu Dukungan Menyongsong Kemajuan

5 Oktober 2025
Pasar Wonogiri Terbakar (Lagi): Memori Kelam Dua Dekade yang Lalu Terulang Kembali

Pasar Wonogiri Terbakar (Lagi): Memori Kelam Dua Dekade yang Lalu Terulang Kembali

6 Oktober 2025
Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng dan anggota Komisi V DPR RI Mochamad Herviano Widyatama meninjau bantuan sanitasi layak di Semarang Utara MOJOK.CO

Sanitasi Layak Tentukan Kualitas Hidup Warga, Catatan dari Kawasan Padat Penduduk Semarang Utara

7 Oktober 2025
MBG Meracuni Bangsa, Membungkam Orang Tua MOJOK.CO

Program MBG Tak Boleh Berhenti, Paksa Saja untuk “Menambal” Program Rp19 Juta Lapangan Kerja

4 Oktober 2025
Jurusan Ilmu Politik di UHO mengecewakan. MOJOK.CO

Nekat Kuliah Jurusan Ilmu Politik di Kampus Akreditasi B, Berujung Menyesal Tak Dengar Nasihat Ortu

3 Oktober 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.