Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Kuliner

Ingkung Mbah Kentol Bantul: Terhalang Restu Ibu, Ikhlas Nggak Jadi Polisi 

Agung Purwandono oleh Agung Purwandono
24 Februari 2024
A A
Ingkung Mbah Kentol Bantul: Demi Tak  "Membunuh Ibu", Ikhlas Nggak Jadi Polisi MOJOK.CO

Ilustrasi Ingkung Mbah Kentol Bantul: Demi Tak  "Membunuh Ibu", Ikhlas Nggak Jadi Polisi MOJOK.CO

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Cita-cita untuk menjadi polisi tinggal selangkah lagi, tapi tanpa sepengetahuannya ia dicoret dari calon yang lulus karena pesan ibunya pada salah satu kakaknya. Kini sukses buka usaha Ingkung Mbah Kentol di Bantul.

***

Dalijan (67) atau akrab dengan panggilan Mbah Kentol, pemilik Ingkung Mbah Kentol ternyata punya perjalanan berliku hingga sukses seperti sekarang ini. Setelah berhasil dalam bidang jual beli sayur, ia membuka usaha warung makan Ingkung Mbah Kentol di usia 60.

Jika berkunjung ke warungnya di Dusun Kentolan Lor, Guwosari, Pajangan, Bantul usaha ini terbilang sukses. Bus-bus besar yang membawa rombongan dari berbagai kota kerap mampir ke warungnya untuk menyantap menu ingkung. 

Mengejar cita-cita jadi polisi ke Jakarta 

Semua kesuksesannya tak lepas dari sosok ibu yang ia cintai. Ia adalah satu-satunya harapan ibunya untuk menemani di hari tua. Namun, Dalijan muda ingin mengejar cita-citanya menjadi polisi. Selepas SMA ia menyusul kakak-kakaknya yang sudah menjadi abdi negara di Jakarta.

“Saya merantau ke Jakarta menyusul kakak-kakak saya. Awalnya saya jualan sayur di Pasar Kramat Jati, lalu mendaftar jadi polisi,” katanya dalam sebuah obrolan dengan Mojok belum lama ini.

Rupanya, ibunya di kampung mendengar dari kakaknya kalau Dalijan mendaftar sebagai polisi. Ibunya, kemudian menyusul ke Jakarta. Menemui kakak-kakaknya dan mengancam mereka. 

“Kalau sampai Dalijan jadi polisi, itu sama saja kalian membunuh Ibu. Kalau semua anak-anak ibu di Jakarta, siapa yang menemani ibu,” kata Mbah Dalijan menirukan omongan ibu kepada kakaknya. 

Saat itu proses seleksi Dalijan sebagai polisi sedang berlangsung dan sebentar lagi dinyatakan lulus. Kakaknya yang seorang polisi mendengar ancaman ibu tercinta segera datang ke panitia dan memohon untuk mencoret adiknya dari proses seleksi polisi meski sudah dinyatakan lulus. 

Mbah Dalijan atau Mbah Kentol di atas motor saksi perjuangannya jualan ingkung MOJOK.CO
Mbah Dalijan atau Mbah Kentol di atas motor Mega Pro saksi perjuangannya jualan ingkung. (Agung P/Mojok.co)

Sempat depresi karena tak jadi polisi, putuskan ikut kata ibu

Semua itu kakaknya lakukan tanpa sepengetahuan Dalijan. “Saya sempat depresi karena malu dengan teman-teman dan tetangga di Jakarta, karena ada saudaranya yang polisi kok dia tidak lulus ujian,” kata Mbah Dalijan. 

Baru setelah mendengar alasan dari kakaknya, kalau ia tidak lolos seleksi karena permintaan ibu mereka. Ia akhirnya ikhlas tak menjadi polisi. Rupanya Ibu menginginkan dia sebagai anak bungsu menemani ibu di Bantul di hari-hari tuanya. 

“Mendengar alasan itu, akhirnya saya bisa menerima,” kata Mbah Kentol. Ia kemudian menekuni jual beli sayur di Pasar Kramat Jati hingga akhirnya ia pulang kampung ke Jogja sekitar tahun 1993. Ia kemudian merintis usaha menanam sayur di daerah Bantul. 

Usahanya itu terbilang sukses karena memasok sayur-mayur di berbagai pasar. Ia percaya itu tidak lepas dari doa ibunya yang menginginkan Dalijan menemani ibu.

Seperti Kolonel Sanders yang dirikan KFC di usia tua

Tahun 2015, di usianya yang menginjak angka 60, ia memutuskan membuka usaha ayam ingkung. Ide untuk membuat Warung Ingkung Mbah Kentol berawal dari anaknya, Yahya. 

Iklan

Beberapa tahun sebelumnya, Mbah Dalijan dan kakaknya membuat acara Grebeg Selarong yang menghadirkan tumpeng dan ingkung ayam untuk tamu yang hadir. Rupanya menu tersebut berkesan bagi tamu yang hadir. 

Masyarakat kemudian mulai berinisiatif untuk membuka warung ingkung di kawasan tersebut. Saat ini setidaknya ada sekitar 15 warung ingkung. Namun, Mbah Dalijan sebagai penggagas malah belum kepikiran untuk membuka warung. 

“Habis dari Jakarta, saya berpikir kok bapak nggak buka juga ya. Dia kan bisa masak dan tahu resepnya,” kata Yahya kepada Mojok. Ide itu lantas ia sampaikan ke ayahnya. Ia juga memberikan masukan agar ayahnya tetap berpakaian seperti saat Grebeg Selarong, dengan beskap dan blangkon.

Mbah Dalijan setuju dengan ide anaknya. Bagi Mbah Dalijan sendiri, tidak ada kata terlambat dalam memulai bisnis, termasuk kuliner. Seperti Kolonel Sanders yang sukses dengan KFC di usia tua, Mbah Dalijan merasa punya kemampuan meracik ingkung dari resep warisan leluhur keluarganya. 

ingkung kuliner tradisional khas bantul MOJOK.CO
Setiap hari Ingkung Mbah Kentol memasak 10-20 ingkung. (Agung P/Mojok.co)

Namun, meski itu resep keluarga ia tidak pelit untuk berbagi rahasia resep ingkung buatannya. Ia menggunakan bumbu rempah-rempah seperti ketumbar, jahe, lengkuas, bawang merah, bawang putih, daun salam, sere, garam, dan gula merah. Tidak ada bumbu micin di ingkung buatannya.

“Sereh sama jahe itu untuk menghilangkan amis. Ayamnya, pakai ayam umbaran,” kata Mbah Dalijan. 

Mbah Kentol atau Dalijan tidak pelit berbagi resep. Baginya, resep adalah ilmu, dan baginya pantang ilmu itu disembunyikan. Soal takaran bumbu-bumbunya, Mbah Dalijan secara jujur mengatakan, semua berdasar feeling. “Cara masak dan bumbu boleh sama, tapi kan masak itu ‘tanganan’, artinya belum tentu cita rasanya sama,” kata Mbah Kentol.

Asal mula nama Mbah Kentol 

Banyaknya warung ingkung di kawasan Pajangan membuat Mbah Dalijan untuk memberi nama pada usahanya yang berbeda dari yang lain. Ia kemudian memberi nama warungnya Warung Ingkung Cancut Tali Wondo Mbah Kentol. Selain karena ada di Dusun Kentolan, nama itu juga ada hubungannya dengan leluhur Mbah Dalijan. “Nama ingkungnya saya ambil dari nama mbah saya, yang jadi nama Dusun Kentolan. Jadi saya itu keturunan atau buyut ke-6 dari Brotojoyo Joyokentol,” katanya.

Selain nama, hal lain yang membedakan dengan ingkung lain adalah penggunaan kreneng atau anyaman bambu sebagai alat memasak dan untuk menyajikan. Kreneng itu selain fungsional juga memiliki filosofi tentang persatuan.

Ciri lain yang terlihat mencolok di warung tersebut dan membedakan dengan warung lain adalah dekorasi interior warung yang ramai dengan foto-foto. Di dinding warungnya banyak pajangan foto Mbah Dalijan dengan tokoh-tokoh publik mulai dari artis hingga menteri.

Dari sekian banyak foto-foto yang ada di dindingnya, tak sedikit foto dirinya bersama tamu-tamu dari kepolisian, cita-cita yang sempat ingin ia raih, tapi terhalang restu ibu. Ia tidak menyesal tak meraih cita-citanya. Mbah Dalijan bersyukur dengan apa yang sudah ia raih hingga saat ini.

Penulis: Agung Purwandono
Editor: Hammam Izzuddin

BACA JUGA Ingkung Mbah Kentol dan Honda Mega Pro yang Jadi Saksi Larisnya Warisan Leluhur

Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News

 

Terakhir diperbarui pada 25 Februari 2024 oleh

Tags: Bantulingkungingkung mbah kentolKuliner JogjaPolisi
Agung Purwandono

Agung Purwandono

Jurnalis di Mojok.co, suka bercocok tanam.

Artikel Terkait

rkuhap, kuhap, polisi.Mojok.co
Mendalam

Catatan Kritis KUHAP (Baru) yang Melahirkan Polisi Tanpa Rem Hukum, Mengapa Berbahaya bagi Sipil?

19 November 2025
5 Kasta Lotek Enak di  Jogja, Silakan Coba dan Buktikan Mojok.co
Pojokan

5 Kasta Lotek Enak di  Jogja, Silakan Coba dan Buktikan

1 November 2025
Anggota LKS SAPADIFA di Kapanewon Imogiri, Kabupaten Bantul, Jogja belajar menganyam bambu. MOJOK.CO
Liputan

Penyandang Disabilitas di Bantul Manfaatkan Pohon Bambu yang Melimpah di Desanya Jadi Produk Bernilai Jual Tinggi

31 Oktober 2025
Kuliner Semarang.MOJOK.CO
Kuliner

10 Tahun Merantau Bikin Sadar Kalau Kuliner Semarang Super Enak, Sedangkan Jogja Overrated

24 Oktober 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
musik rock, jogjarockarta.MOJOK.CO

JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan

5 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.