Kerja nyablon buat meringankan beban ibunya
Selama kuliah, Rani mengaku kalau uang sakunya masih lancar. Namun, ia juga tahu banting tulang ibunya untuk mencari uang tersebut. Ibunya juga harus meminjam uang ke beberapa temannya saat memasuki masa pembayaran UKT untuk dia dan adiknya.
Maka dari itu, Rani terus mencoba hidup prihatin. Selama di kos, ia hanya membeli segala sesuatu yang dibutukan saja. Nongkrong pun jarang, apalagi berlaku hedon. Ia juga sempat meminta izin ibunya buat ambil kerja sampingan, tapi selalu mendapat larangan.
“Kata ibu suruh fokus kuliah aja,” ujar anak PNS ini.
Paham kalau kondisi keuangan ibunya makin memburuk, Rani memutuskan cuti pada 2022 lalu. Ia memilih menunda skripsinya, yang untungnya, sang ibu mengizinkan.
Selama masa cuti, Rani bekerja di toko percetakan dan sablon kaos milik sahabatnya. Ia bekerja sebagai admin sekaligus marketing. Sambil mempraktikkan ilmu kuliahnya, kata Rani. Yang jelas, ia bekerja tanpa sepengetahuan ibunya.
Barulah setelah hampir sembilan bulan bekerja, Rani akhirnya mengaku. Dan benar saja, ibunya marah-marah dan memaksa Rani berhenti bekerja. Meskipun demikian, hasil kerjanya itu cukup untuk membayar UKT-nya selama di semester selanjutnya dan membiayai segala keperluannya selama skripsian.
Pada Selasa (5/3/2024), saya kembali menghubungi Rani untuk mengucapkan selamat atas wisudanya akhir Februari lalu. “Terima kasih, Mas, buat ucapannya,” jawabnya singkat, membalas pesan saya.
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Agung Purwandono
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News.