ADVERTISEMENT
Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Liputan

Jeritan Petani di Sedayu yang Anak-anaknya Nggak Mau Mengolah Sawah di Jogja

Agung Purwandono oleh Agung Purwandono
13 Oktober 2023
0
A A
Jeritan Petani di Sedayu yang Anak-anaknya Nggak Mau Mengolah Sawah di Jogja MOJOK.CO

Ilustrasi Jeritan Petani di Sedayu yang Anak-anaknya Nggak Mau Mengolah Sawah di Jogja (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Petani di Yogyakarta banyak yang angkat tangan. Mereka tidak lagi mengolah sawah dan menyerahkan kepada petani penggarap. Anak-anak mereka juga tak mau lagi ke sawah. Jogja kini surplus beras, tapi ancaman 2039 juga kian dekat.

***

Jogja yang lagi panas-panasnya tidak berlaku bagi sosok Saiman (67). Ia jadi satu-satunya orang yang saya lihat di tengah sawah tengah mencangkul di persawahan Dusun Puluhan, Argomulyo, Sedayu, Bantul, pekan lalu. 

Daripada jadi petani, anak muda banyak yang pilih jadi laden tukang

Hari masih pagi, sekitar pukul 09.00, tapi panas sudah menyengat kulit. Areal sawah ini tidak jauh dari Museum Memorial Jenderal Besar Soeharto. Sekitar 1 kilometer jaraknya. Di tengah bulak sawah yang terik, khusyuk mengolah sawahnya.

Setelah menyapa, dan baru obrolan kecil, Pak Saiman menyampaikan banyak uneg-unegnya. Terutama tentang keprihatinannya dengan tidak adanya anak muda yang terjun ke pertanian. 

“Anak-anak muda itu ogah-ogahan terjun ke pertanian. Ini tanah yang saya garap sebenarnya milik orang Sidomulyo, Godean, Sleman. Tapi diserahkan ke siapa saja yang menggarap sawahnya,” kata Saiman warga RT 09 Puluhan, Argomulyo, Sedayu, Bantul. Ia sebenarnya bukan petani penggarap, karena ia juga memiliki sawah sendiri. Bahkan ia punya beberapa lahan persawahan.

Saiman (67) petani dari Argomulyo, Sedayu Bantul. Seperti petani yang lain, ia mengeluh anak-anaknya tidak ada yang mau terjun di dunia pertanian MOJOK.CO
Saiman (67) petani dari Argomulyo, Sedayu Bantul. Seperti petani yang lain, ia mengeluh anak-anaknya tidak ada yang mau terjun di dunia pertanian. (Agung P/Mojok.co)

Namun, jiwanya sebagai petani sejati meronta-ronta melihat lahan yang terbengkalai. “Di kawasan ini, ada sekitar 6,5 hektare tanah milik orang di Sleman yang diserahkan ke petani penggarap,” kata Saiman. 

Pemilik lahan menurut Saiman sudah angkat tangan untuk menggarap sendiri. Sementara anak-anak mereka tidak mau menggarap. “Nah oleh orang-orang yang punya ini, menawarkan, ‘mangga siapa yang mau menggarap tanah’,” ujarnya.

Anak sendiri pun enggan menggolah sawah warisan 

Tawaran itu disambut oleh beberapa petani di kawasan itu. Saiman menceritakan, lokasi persawahan di Puluhan, Sedayu berbatasan langsung dengan Sidomulyo, Kecamatan Godean. 

Saiman mengatakan, di tempatnya sistem menggarap sawah yang disepakati antara pemilik lahan dan petani penggarap berbeda-beda. Ada maro, yaitu bagi hasil masing-masing setengah dari hasil sawah yang digarap. Pemilik sawah memberi bantuan subsidi berupa biaya traktor, upah tanam, dan pupuk. Kemudian mertelu, di mana penerima sawah menerima hasil bersihnya saja, sedang kebutuhan pengolahan sawah dari pihak petani penggarap.

“Kalau sawah kan kebanyakan tanah warisan dari orang tuanya, Mas. Jadi biasanya mereka tidak akan menjual, karena untuk warisan ke anak cucunya,” kata Saiman. Namun, ironisnya anak muda sekarang nggak mau terjun ke dunia pertanian. 

“Banyak anak-anak cucu sekarang itu mencari yang praktis, contoh jadi laden (tukang). Mereka kerja seminggu nompo duit. Pokoknya yang uangnya cepat,” kata Saiman. 

Saiman bisa memahami desakan kebutuhan ekonomi membuat banyak orang yang butuh uang cepat. Namun, sebenarnya kalau mereka mau berpikir, sebelum berangkat kerja bisa untuk menggarap sawah dulu. 

“Habis subuhan sampai jam 8 untuk nyangkul itu sudah dapat banyak, setelah itu bisa berangkat kerja,” kata Saiman.

Namun, harapan itu ternyata juga tidak bisa ia terapkan pada anak-anaknya. Saiman punya setidaknya punya dua tanah warisan dari orang tua dan mertua. Ia serahkan tanah-tanah itu ke anak-anaknya untuk digarap. “Saya nggak minta hasilnya, yang penting mereka menggarap sawah itu,” katanya.

Baca halaman selanjutnya…

Hampir semua petani di Jogja punya keluhan yang sama tentang anak mereka

Halaman 1 dari 2
12Next

Terakhir diperbarui pada 13 Oktober 2023 oleh

Tags: petanipetani di jogjasawah
Iklan
Agung Purwandono

Agung Purwandono

Jurnalis di Mojok.co, suka bercocok tanam.

Artikel Terkait

Beras Bulog capai 4 juta ton. MOJOK.CO
Ragam

Stok Beras Bulog Capai 4 Juta Ton, Lalu Gunanya untuk Rakyat Apa kalau Harganya Masih Anomali?

2 Juni 2025
bti, petani, tani.MOJOK.CO
Ragam

Rumus “3S-4J-4H” Wajib Dijalankan Pemerintah Kalau Mau Petani di Indonesia Maju

28 Januari 2025
Alih Fungsi Lahan Jadi Masalah Serius Petani di Sleman, Tapi Malah Diabaikan Bupatinya.MOJOK.CO
Ragam

Petani Indonesia Belum Merdeka, Di Hari Kemerdekaan RI ke 79 Petani Malah Nelangsa

18 Agustus 2024
Seorang Petani di Trenggalek Membangun Jembatan dari Uang Hasil Judi.mojok.co
Histori

Sungguh-sungguh Terjadi, Seorang Petani di Trenggalek Membangun Jembatan dari Uang Hasil Judi

20 Februari 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bukan Janji, Tapi Jalan : 100 Hari Pertama Masa Kepemimpinaan Wali Kota Solo

PutCast Live on Stage Spesial 100 Hari Pertama Masa Kepemimpinan Pasangan Wali Kota Solo Respati Ardi dan Astrid Widayani

13 Juni 2025
Pilih slow living di Gunungkidul, Jogja usai pindah kerja di sebuah perusahaan yang ada di Dubai. MOJOK.CO

Merelakan Gaji Besar dari Perusahaan di Dubai daripada Mental Rusak karena Tekanan Hidup dan Pilih Slow Living di Gunungkidul

12 Juni 2025
Yamaha Mio 2011, motor matic yang tak cocok dipakai untuk pergi wisata. MOJOK.CO

8 Tahun Mengendarai Yamaha Mio Bekas Motor Kakak, Sudah Nggak Cocok buat Pergi Wisata dan Sering Bawa Sial tapi Tetap Berharga

16 Juni 2025
Tinggalkan Probolinggo untuk kerja di Korea Selatan demi bantu Ibu. Dapat cuan gede malah dituduh tetangga jual diri MOJOK.CO

Nekat Kerja di Korea Selatan demi Bantu Ibu, Dapat Cuan Gede Malah Dituduh Tetangga Jual Diri hingga Tak Mau Pulang Lagi

17 Juni 2025
KA Airlangga, kereta murah, surabaya.MOJOK.CO

Coba-coba Naik KA Airlangga Jakarta-Surabaya: Bahagia Tiketnya Cuma Seharga 2 Porsi Pecel Lele, tapi Berujung Tak Tega sama Penumpangnya

12 Juni 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.