Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Catatan

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

Muchamad Aly Reza oleh Muchamad Aly Reza
1 Desember 2025
A A
Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Ilustrasi - Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Gedung bioskop New Star Cineplax (NSC) Rembang memang tak semegah Empire XXI Jogja, atau berada di dalam mall-mall megah seperti di Surabaya. Bioskop tersebut juga kerap kali menjadi sasaran olok-olok “orang-orang sok kota”. Namun, kehadirannya memberikan hiburan bagi banyak orang—termasuk kelas bawah—untuk menikmati hiburan ala kota.

***

Gedung bioskop NSC Rembang yang diresmikan pada Mei 2025 itu berada di sekitar pertigaan Tireman, Kecamatan Rembang. Tidak persis di pusat keramaian.

Gedungnya pun barangkali tak seperti gedung bioskop sebagaimana di kota-kota besar. Saya kelewat sering mendengar celoteh, gedungnya lebih mirip gudang barang ketimbang pusat hiburan layar lebar.

Tak besar-besar amat, berwarna abu-abu gelap dengan perpaduan warna oranye yang belakangan mulai mengelupas, dan berada di hamparan tandus. Malah mirip gudang di tepi-tepi tambak garam.

Gambaran itu sudah saya dapat ketika masih di rantau (Jogja). Tapi gambaran itu tak menyurutkan rasa penasaran saya untuk mencobanya saat punya kesempatan pulang ke Rembang baru-baru ini.

Minggu bersama keluarga di bioskop NSC Rembang

Mengajak istri dan adik, saya sengaja datang ke bioskop NSC Rembang pada Minggu (30/11/2025) siang, mengejar jam tayang film Agak Laen: Menyala Pantiku! pada pukul 12.00 WIB.

Rembang panas menyengat siang itu. Termasuk di area bioskop, karena tidak ada pepohonan rindang sebagai iyup-iyupan.

 

Lihat postingan ini di Instagram

 

Sebuah kiriman dibagikan oleh NEW STAR CINEPLEX REMBANG (@nsc_rembang)

Siang itu saya menyaksikan, betapa bioskop NSC Rembang menjadi jujukan bagi yang hendak menghabiskan Minggu bersama keluarga. Meski panas bukan main, berbondong-bondong orang terus berdatangan. Ada yang bersama pasangan, ada yang bersama teman, dan beberapa bersama keluarga masing-masing.

Bioskop kecil dengan hanya dua studio itu mendadak riuh menjelang jam 12 siang. Rata-rata memang hendak menonton film Agak Laen: Menyala Pantiku!

Iklan

Penampilan jujur dan apa adanya di bioskop NSC Rembang

Di perantauan (Jogja atau Surabaya), saya kerap merasa gengsi dengan style diri sendiri. Tiap ada ajakan keluar—ke bioskop misalnya—saya berupaya berpenampilan se-kalcer mungkin.

Begitu juga ketika berangkat ke bioskop NSC Rembang. Saya mencoba berpakaian “necis” karena alam bawah sadar saya sudah tersetel demikian tiap hendak keluar ke pusat hiburan.

Namun, saya malah merasa tertampar dengan pemandangan yang tersaji di depan mata. Banyak orang datang dengan penampilan jujur dan apa adanya. Rombongan santri datang dengan bersarung dan berkopiah. Ibu-ibu dan bapak-bapak datang dengan pakaian sehari-hari.

Bagian dalam bioskop NSC Rembang MOJOK.CO
Bagian dalam bioskop NSC Rembang. (Aly Reza/Mojok.co)

Saat tengah duduk menunggu studio dibuka, istri saya menyenggol saya, menunjukkan saya seorang ibu-ibu yang melepas sandal dan memainkan kakinya di hamparan karpet yang lembut dan sejuk oleh AC.

Saya mengikuti ibu-ibu itu, begitu juga istri saya. Ternyata menyenangkan juga memainkan kaki di hamparan karpet bioskop. Sesuatu yang mungkin akan saya tahan jika sedang menonton di Empire XXI Jogja karena barang pasti kena cap “ndeso” atau “aneh”.

Pop corn bioskop: makanan istimewa

“Enak ya, Pak, ternyata nonton sama makan pop corn,” seloroh seorang anak pada bapaknya.

Anak-anak di Rembang bukannya tak mengenal jajanan pop corn. Ada kok penjual pop corn yang kerap berkeliling di sekolah-sekolah. Namun, pop corn di bioskop tentu memberi kesan lain.

Selama ini, anak-anak di Rembang—seperti saya—memang hanya bisa menyaksikan di layar TV ilustrasi nonton di layar bioskop sambil ngemil pop corn. Bagi orang kota—yang sudah sangat akrab dengan bioskop—pop corn bisa jadi tak lebih dari sekadar camilan pelengkap. Namun, bagi kami—anak-anak desa—makan pop corn sambil nonton bioskop bisa terasa lebih dari itu.

Apalagi memang tidak setiap orang tua mengajak anaknya nonton sambil makan pop corn.

Harga tiketnya saja—untuk ukuran pekerja Rembang—sudah terbilang mahal (Rp35 ribu di hari kerja dan Rp45 ribu di akhir pekan). Sementara untuk pop corn-nya di harga Rp25 ribuan.

Rasa-rasanya kebanyakan orang tua hanya akan memberi pilihan salah satu. Pilih nonton atau pop corn saja? Itu mirip masa kecil saya dulu ketika diajak ke pasar malam. Orang tua akan memberikan saya pilihan: main beberapa wahana permainan atau jajan dan beli mainan? Harus pilih satu.

Ibu hanya ingin lihat bagaimana rupa bioskop

Sebenarnya ini bukan kali pertama Rembang punya bioskop. Rembang pernah punya Bioskop Ria pada era 1980-an hingga 1990-an, sebelum akhirnya kosong hiburan hingga 2025.

Namun, tentu, hanya kalangan tertentu saja yang bisa menjangkau hiburan tersebut. Ibu saya misalnya. Ia kerap bercerita, dulu ia sudah santer mendengar tentang keberadaan bioskop di Lasem maupun Rembang. Akan tetapi, satu-satunya hiburan “layar lebar” di desa ibu hanya lah film layar tancap. Itu pun sebulan hingga dua bulan sekali.

Tak pelak jika orang-orang dewasa seangkatan ibu penasaran dengan sensasi nonton film di bioskop. Kendati ia sendiri sebenarnya tak terlalu menyukai film.

Teman adik saya pun pada akhirnya begitu—mengajak sang ibu ke bioskop NSC Rembang. Mulanya, teman adik saya ingin nonton anime Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba. Ia tentu kebingungan saat ibunya ingin ikut. “Mana paham, ini kan film anime?” Begitu batinnya.

Akan tetapi, sang ibu menegaskan tidak sedang berburu sinema. Sekadar ingin merasakan duduk di kursi nyaman, ruangan ber-AC, dan menyaksikan layar besar bioskop, demi menebus rasa penasaran sejak dulu. Sesederhana itu.

Persetan “orang sok kota”

Sejak diresmikan, saya kerap mendengar suara-suara sumbang bernada olokan terhadap bioskop NSC Rembang. Baik melalui ulasan lisan maupun koar-koar di media sosial.

Suara-suara itu bersumber dari mereka—orang-orang yang memang sudah pernah mencicipi nuansa kota alias anak perantauan. Mereka membanding-bandingkan bioskop NSC Rembang dengan bioskop yang mereka akrabi di kota perantauan masing-masing.

“Bioskop nggak kayak bioskop.” Kalau dirangkum, begitu lah ungkapan-ungkapan mereka. Belum lagi ungkapan bahwa orang-orang yang datang ke NSC Rembang hanya lah orang-orang FOMO yang mungkin tak akan balik untuk menonton lagi. Ah, sok kota sekali.

Jujur saja, bagi saya, persetan ungkapan atau olok-olok tersebut. Mereka hanya beruntung pernah mencicipi bioskop yang lebih mewah di kota. Namun, rasa-rasanya tidak pas saja jika mencoba membandingkannya dengan NSC Rembang yang tengah dinikmati oleh banyak orang Rembang itu.

Gedung sederhana itu sudah menjadi hiburan mewah bagi banyak orang di Rembang. Paling tidak mereka bisa menyaksikan film-film baru, nonton nyaman di bawah AC dan layar besar, dan tak merasa tertinggal dari kota-kota tetangga.

Toh, saat film Agak Laen: Menyala Pantiku! selesai diputar siang itu, tampak wajah-wajah semringah dari para penonton ketika keluar dari studio, meski di luar panas matahari kian menyengat. Wajah-wajah antusias pun terlihat dari orang-orang yang baru berdatangan untuk menonton film incaran—baik yang mereka dapat dari rekoemndasi internet atau informasi film baru di akun Instagram NSC Rembang.

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Mahasiswa Lain Akrab dengan Kafe dan Bioskop, Saya Anak KIP Kuliah Harus Jualan Semalaman demi Bahagiakan Ortu meski Dicaci Orang atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan

Terakhir diperbarui pada 1 Desember 2025 oleh

Tags: bioskopbioskop nscbioskop rembangfilm terbaru bioskopharga tiket bioskop rembangnsc rembangrembang
Muchamad Aly Reza

Muchamad Aly Reza

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

LKSA Darul Hadlonah Rembang tak butuh slogan "Kebersihan sebagian dari iman" atau "Jagalah kebersihan" MOJOK.CO
Ragam

Darul Hadlonah Rembang, Tempat yang Selalu Bersih Tanpa Peringatan “Jagalah Kebersihan”

21 November 2025
LKSA (panti asuhan) Darul Hadlonah Rembang beri bekal keterampilan hidup bagi anak-anak bermasalah sosial MOJOK.CO
Ragam

Darul Hadlonah Rembang: Beri Bekal Keterampilan ke Anak-anak Bermasalah Sosial untuk Arungi Kehidupan

20 November 2025
Rembang amat butuh kereta api karena perjalanan pakai bus di pantura amat menyiksa MOJOK.CO
Ragam

Rembang Sangat Butuh Kereta Api karena Perjalanan di Jalan Pantura Amat Menyiksa

19 November 2025
Ibuku penjual warung kopi pangku di pantura MOJOK.CO
Ragam

Ibuku Penjual Kopi Pangku, Dicap Kotor dan Memalukan karena Layani Sopir Truk tapi Beri Kami Hidup

6 November 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.