Secara visual, Perayaan Mati Rasa memberikan kesan hangat kepada penonton. Di sisi lain, sang sutradara juga tak lupa menambahkan teknik wide shot dengan menampilkan keseluruhan subjek.Â
Penggunaan teknik ini bisa dilihat saat Iqbaal berdiri sendirian di atas kapal, di antara kapal-kapal besar, menatap laut lepas di depannya. Ia menyadari bahwa kebohongan-kebohongan yang selama ini ia lakukan terhadap ibunya, Dini (Unique Priscilla) justru memperkeruh keadaan.Â
Selain Iqbaal, akting Unique Priscilla berhasil menjadi penggerak emosi utama di babak ketiga, yakni zona neritik. Zona yang bisa menemukan Ian dengan sinar cahaya matahari. Perbatasan pasang surut terluar. Di sana, Ian seolah bisa bernapas lega di antara sesaknya kehidupan.
Siapkan tisu untuk menonton Perayaan Mati Rasa
Butuh waktu cukup lama hingga Ian tiba di zona litoral. Di mana, air laut tetap mengalami pasang surut. Menggenang ketika pasang naik, dan menyebabkan batas wilayahnya tidak pasti.Â
Scene ini digambarkan dengan epik saat Dian berdiri sendirian di tepi pantai, lalu Ian dan Utha menghampirinya. Ketiganya berpelukan dan saling memaafkan. Ian mulai sadar ternyata hidup adalah keseimbangan.

Hanya saja, sebelum sampai ke sana, film berdurasi 2 jam 5 menit ini butuh waktu terlalu lama hingga ke menu utama, yakni usaha Ian dan keluarganya menghadapi duka. Sebab, terlalu banyak jumping yang memaksa penonton untuk merasa sedih kembali bahkan terasa hambar.Â
Dengan kata lain, terlalu banyak porsi adegan flashback, seperti saat Ian menonton vlog lama ayahnya atau saat ia teringat masa kecilnya. Di mana, ayahnya mengajak mereka berkeliling ke kapal yang akan ia nakhodai.
Selain itu, ada adegan yang menyentil agensi industri musik. Selain sedikit keluar dari tema, adegan itu malah menjadi boomerang. Sebab, alih-alih mengingatkan bahwa ada agensi yang menjual kesedihan dari sebuah cerita, bukankah film Perayaan Mati Rasa juga sama?
Sebelum film ini tayang pada Rabu (29/1/2025), Sinemaku Pictures bahkan sudah melakukan promosi besar-besaran dengan membuat social experiment di Youtube. Tayangan itu berisi cerita sedih dari orang-orang yang berusaha untuk pulih.
Terlepas dari itu, Perayaan Mati Rasa berhasil menjadi katarsis bagi orang-orang yang memendam luka dan merasa tenggelam dalam hidupnya. Film ini mengajarkan bahwa untuk sembuh dari luka itu, seseorang butuh kejujuran untuk menghadapinya.
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: Keluhan Terpendam dari Anak Pertama untuk Ibu yang Tak Pernah Mengajaknya Ngobrol atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.