Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Kotak Suara

Sistem Noken Khusus Pemilu di Papua, Bagaimana Cara Pelaksanaannya?

Ahmad Effendi oleh Ahmad Effendi
23 Februari 2023
A A
sistem noken di papua

Ilustrasi noken yang dikenakan mama di Papua menjadi nama sistem pemilu. (Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Sistem noken merupakan metode yang dipakai saat proses pemungutan suara di pemilu wilayah Papua. Sistem ini, dianggap ideal karena beberapa faktor seperti kondisi geografis hingga budaya. Lantas, bagaimana cara pelaksanaannya?

Pada dasarnya, sistem noken berkaitan langsung dengan para pemimpin tradisional. Sebab, warga Papua masih menjadi bagian dari masyarakat yang mempercayakan keputusan pada tetua atau pemimpin suku.

Dalam pemilu, sistem noken pertama kali dilaksanakan pada tahun 2004 di 16 kabupaten di Provinsi Papua. Meski demikian, ia baru dilegitimasi pada 2009 melalui keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 47-81/PHPU.A-VII/2009. Dengan demikian, melalui putusan ini, sistem noken dianggap konstitusional dan hasilnya bersifat sah.

MK juga menegaskan bahwa dalam kebudayaan asli masyarakat Papua, noken menjadi  kantong khas yang memiliki fungsi dan makna yang luhur bagi masyarakat di sana. Sehingga, negara pun menghormati kebudayaan setempat dengan melegitimasi noken sebagai sistem pemungutan suara yang sah menurut hukum.

Cara pelaksanaan sistem noken

Sistem noken disebut juga “sistem ikat”. Bagi masyarakat Papua, sebenarnya noken sendiri merupakan sejenis tas khas wilayah pesisir terbuat dari serat kayu dan bertekstur keras.

Meski demikian, noken bukan sekadar tas. Bagi masyarakat Papua, noken merupakan identitas dan memiliki peran sentral dalam kehidupan sehari-sehari. Tercatat ada 250 suku di Papua yang menggunakan tas noken.

Mengutip penelitian Ignatius Y. Nugraha berjudul “Legal Pluralism, Human Rights and the Right to Vote: The Case of the Noken System in Papua” dalam konteks Pemilu, penamaan noken dipakai saat proses pemungutan suara. Secara umum, ada dua cara pemungutan suara dalam sistem ini, yakni noken bigman dan noken gantung.

Dalam noken bigman, seluruh suara diserahkan atau diwakilkan oleh ketua adat. Dalam artian, pilihan suara seluruh anggota suku, didasarkan oleh keputusan kepala sukunya masing-masing.

Fenomena ini terjadi pada masyarakat pegunungan tengah, yang dalam antropologi disebut “tipe big man”. Dalam bahasa lokal Menagawan, bigman punya arti “orang berwibawa”.

Orang berwibawa ini meraih statusnya sebagai pemimpin bukan melalui turun-temurun, melainkan diaraih atas perilaku, tindakan, dan usaha. Di Papua, seorang pemimpin di sebuah kampung belum tentu dianggap pemimpin di kampung lain.

Dalam sistem noken bigman, warga sepenuhnya menyerahkan pilihan kepada pemimpin sebagai bentuk ketaatan.

Sistem noken gantung

Sementara dalam noken gantung, bigman bersama dengan masyarakat akan melakukan musyawarah atau dialog untuk menentukan bagaimana mereka akan memilih dalam Pemilu. Berdasarkan hasil kesepakatan tersebut, pada hari pemilu, masyarakat akan hadir di tempat pemungutan suara.

Noken-noken kemudian akan digantung di kayu yang telah ditancapkan di tanah—atau bisa juga dikenakan oleh sejumlah individu. Di sini, noken berperan sebagai pengganti kotak suara.

Adapun jumlah noken yang digantung disesuaikan dengan jumlah caleg atau kandidat, dan masing-masing noken mewakili satu calon. Biasanya setiap noken dilengkapi dengan nama dan gambar calon.

Iklan

Ada beberapa variasi yang dipakai untuk menentukan pilihan. Salah satunya pemilih akan berbaris di hadapan noken yang mewakili calon pilihan mereka, dan petugas KPPS kemudian akan menghitung jumlah mereka.

Atau berdasarkan variasi lain, pemilih akan memasukkan surat suara yang belum dicoblos ke dalam noken yang melambangkan calon pilihan mereka. Petugas KPPS kemudian akan mencoblos surat suara tersebut untuk mereka.

Mengapa dilaksanakan di Papua?

Melansir laman malangkota.bawaslu.go.id, ada tiga alasan yang mendorong mengapa sistem noken dilaksanakan di Papua saat pemilu. Antara lain:

#1 Faktor Geografis

Penyelenggara pemilu seringkali mengalami kesulitan dalam mendistribusikan logistik ke wilayah pedalaman. Hal ini mengingat topografi daerah yang mayoritas bergunung terjal dengan jurang tajam, serta terbatasnya akses transportasi di wilayah tersebut.

Imbasnya, karena logistik seringkali terlambat, pemilu seringkali batal terlaksana dan berdampak pada agenda nasional. Sehingga, sistem noken akhirnya dipakai sebagai cara paling mudah dan ideal.

#2 Sumber Daya Manusia

Sebagian masyarakat di wilayah pegunungan Papua belum tersentuh pendidikan. Oleh karena itu, sistem noken menjadi pertimbangan.

Masyarakat di Papua masih hidup secara tradisional dan belum memahami pemilu konvensional secara maksud, tujuan, dan manfaat pemilu itu sendiri.

Oleh karena itu, masyarakat perlu diarahkan melalui sebuah proses musyawarah bersama mengambil keputusan dalam memilih. Bigman, tetua, atau pimpinan suku dilibatkan dan dijadikan tokoh sentral dalam pemilu mengingat ia jadi orang yang paling dihormati.

#3 Sosial Budaya

Secara sosial budaya, masyarakat di pedalaman Papua menganut sistem politik tradisional yang dikenal dengan bigman atau tetua adat.

Setiap keputusan dalam komunitas dilaksanakan dengan bermusyawarah, dan setiap ide tersebut dikumpulkan menjadi keputusan mutlak dan dinyatakan secara resmi oleh tetua adat mereka.

Dengan demikian, sistem noken pun diadopsi untuk mengakomodasi dan menghormati budaya leluhur tersebut tanpa menghilangkan esensi pemilu.

Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Amanatia Junda

BACA JUGA Sejumlah Pakar Sebut Pemilu Proporsional Tertutup Lebih Ideal, Apa Alasannya?

Terakhir diperbarui pada 23 Februari 2023 oleh

Tags: faktor geografis dan budayamusyawarahnokenPemilu 2024pemilu papuasistem nokentetua adat
Ahmad Effendi

Ahmad Effendi

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Rasanya Satu Kelompok KKN dengan Anak Caleg, KKN Undip.MOJOK.CO
Kampus

Rasanya Satu Kelompok KKN dengan Anak Caleg, Semua Urusan Jadi Mudah Meski Suasana Bikin Tak Betah

14 Juli 2024
Komeng: Olok-Olok Rakyat Biasa untuk Menertawakan Politik MOJOK.CO
Esai

Komeng Adalah Bentuk Olok-Olok Paling Menohok yang Mewakili Lapisan Masyarakat Biasa untuk Menertawakan Politik

19 Februari 2024
bayi prabowo gibran di sumatera selatan.MOJOK.CO
Ragam

Kisah Bidan yang Membantu Persalinan Bayi Bernama Prabowo Gibran di Sumatera Selatan

16 Februari 2024
Menyaksikan Coblosan di Wotawati, Kampung Warisan Majapahit yang Mataharinya Tenggelam Pukul 15.00 MOJOK.CO
Aktual

Menyaksikan Coblosan di Wotawati, Kampung Warisan Majapahit yang Mataharinya Tenggelam Pukul Tiga Sore

14 Februari 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.