Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Kotak Suara

Mengenal Mikroagresi, ‘Perundungan Tak Disadari’ yang Amat Rugikan Perempuan

Ahmad Effendi oleh Ahmad Effendi
9 Mei 2023
A A
mikroagresi mojok.co

Ilustrasi perundungan terhadap perempuan (Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Mikroagresi bisa disebut juga perundungan kepada perempuan dan kelompok rentan lainnya secara tak sadar. Tindakan ini berbahaya karena bisa menyebabkan korbannya trauma.

Pertanyaan “kapan nikah?”, yang dianggap lazim terlontar dalam pertemuan keluarga, bisa jadi merupakan hal biasa. Namun, bagi seseorang yang pernah beberapa kali mengalami kekerasan dalam hubungan, pertanyaan tersebut bisa saja mengganggu.

Sama halnya dengan pertanyaan “kapan punya anak?” yang sering terlontar kepada pasangan baru. Buat sebagian orang, ini seolah wajar. Tapi bagi pasangan yang mengalami masalah reproduksi, pertanyaan tersebut bisa saja seperti menikamnya.

Ya, fenomena tersebut dalam dunia psikologi disebut “mikroagresi”. Di dunia nyata, kita bebas berucap; dan di media sosial jari-jari kita bisa mengetik kalimat tanpa batas. Namun, yang tidak kita sadari terkadang ucapan dan ketikan kita itu ternyata menyakiti orang lain—meski kita tak bermaksud.

Mikroagresi bermain di ruang tersebut. Itulah mengapa beberapa orang mendefinisikan mikroagresi sebagai “perundungan tak disadari”.

Apa, sih, mikroagresi itu?

Profesor psikologi Kevin Nadal dalam tulisannya yang berjudul “Featured Commentary: Trayvon, Troy, Sean: When racial biases and microaggressions kill” (2012) mendefinisikan mikroagresi (microagression) sebagai “sikap merendahkan dan/atau mengalienasi atau memperlakukan berbeda seseorang atau kelompok karena ras, gender, seks, orientasi seksual, referensi, pandangan dan identitas politik mereka”.

Menurut Nadal, semua orang atau kelompok punya potensi untuk melakukan dan mengalami mikroagresi. Namun, secara umum mikroagresi paling sering terjadi pada kelompok rentan. Misalnya, perempuan, kelompok disabilitas, kelompok minoritas (suku, agama, ras, dan kepercayaan), imigran, dan lain sebagainya.

Fenomena tersebut, juga bisa terjadi di mana saja—bahkan di lingkup paling personal sekalipun. Seperti keluarga, lingkar pertemanan (peer), lingkungan kerja dan sekolah, bahkan media sosial. Ia bisa berbentuk percakapan sehari-hari maupun komentar-komentar kita di dunia maya.

Contoh, kalimat-kalimat mikoragresi—selain yang sudah dicontohkan di awal—meliputi:

  • “Kamu kan keturunan Cina, tapi kok miskin, sih?” (prasangka ras di lingkup pertemanan)
  • “Hebat, ya, kamu Tuli yang mandiri. Nggak kayak teman-teman difabel yang pernah aku temui.” (nirempati kepada kelompok disabilitas, meski bersifat pujian)
  • “Kamu hebat, perempuan karier yang sukses. Tapi, kamu masih ada waktu kan buat anak-anak kamu?” (prasangka bahwa perempuan karier pasti tak ada waktu untuk keluarga)

Jika diamati, seolah tak ada yang salah dengan kalimat-kalimat tersebut. Ia terlihat seperti pertanyaan yang sah, lazim, atau malah seperti pujian. Namun, pernyataan-pernyataan tersebut bisa jadi merupakan perundungan karena membuat orang yang mengalaminya menjadi tertekan.

Akibat mikroagresi

Berbeda seperti ujaran kebencian, mikroagresi berada di ruang yang berbeda. Ia, bahkan bisa terjadi tanpa harus dilontarkan; bisa berupa aksi-aksi kecil dalam kehidupan sehari-hari yang sebenarnya sangat stigmatis.

Misalnya, menertawakan seseorang yang punya dialek bahasa berbeda dari kita, dan lain sebagainya.

Mikroagresi sendiri, meski terlihat remeh, sebetulnya punya dampak buruk bagi orang yang mengalaminya. Perempuan menjadi objek yang paling sering mengalami mikroagresi, mengingat posisi mereka sebagai kelompok rentan yang kerap mengalami diskriminasi gender.

Profesor psikologi Columbia University, Derald W. Sue, menyebut bahwa mikroagresi menjadi buruk lantaran bikin orang yang mengalaminya merasa berbeda, aneh, merasa patut dicurigai, atau bahkan ditakuti.

Iklan

Beberapa orang juga mungkin berpikir bahwa mikroagresi tak berarti apa-apa. Padahal, mikroagresi yang dialami kelompok rentan dan terespresi, khususnya perempuan, dapat berakibat buruk bagi kesehatan fisik dan mental korban.

Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Purnawan Setyo Adi

BACA JUGA Mengenal Organisasi Sayap Perempuan Milik Parpol Peserta Pemilu 2024 tulisan menarik lainnya di Kanal Pemilu

Terakhir diperbarui pada 9 Mei 2023 oleh

Tags: bullyingmikroagresiPemilu 2024perempuan
Ahmad Effendi

Ahmad Effendi

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Relawan di GIK UGM mencegah bullying. MOJOK.CO
Kilas

Ratusan Relawan di GIK UGM Siap Berkeliling ke Sekolah di Yogyakarta untuk Memberantas Bullying

4 Mei 2025
Alumnus UGM terkena bully. MOJOK.CO
Ragam

Cerita Alumnus UGM yang Kena Bully, Dilabrak Belasan Senior Gara-gara Aktif Berorganisasi

11 Maret 2025
Rasanya Satu Kelompok KKN dengan Anak Caleg, KKN Undip.MOJOK.CO
Kampus

Rasanya Satu Kelompok KKN dengan Anak Caleg, Semua Urusan Jadi Mudah Meski Suasana Bikin Tak Betah

14 Juli 2024
Komeng: Olok-Olok Rakyat Biasa untuk Menertawakan Politik MOJOK.CO
Esai

Komeng Adalah Bentuk Olok-Olok Paling Menohok yang Mewakili Lapisan Masyarakat Biasa untuk Menertawakan Politik

19 Februari 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.