Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Komen Nyinyir

Cara Cerdas Melawan Permusuhan

Rijal Mumazziq oleh Rijal Mumazziq
6 Juli 2017
0
A A
mojok ndeso

mojok ndeso

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Ada beragam cara membalas permusuhan, pelecehan, dan bullying.

Cara pertama dilakukan dengan sepadan: balas dengan telak. Cara ini berpotensi melahirkan dendam kesumat yang diwariskan turun-temurun. Secara psikologis, cara pertama ini juga kurang bagus karena bakal memunculkan paranoid, fobia, hingga trauma.

Cara kedua, balas dengan cinta kasih. Ini cara elegan nan cakep yang dilakukan oleh mereka yang punya mental baja dan ketahanan berproses. Di Liberia dan Sudan Selatan, ibu-ibu yang capek dengan konflik beraroma sektarian melakukan perlawanan dengan cara mogok seks. Mereka nggak bakal mau disetubuhi, kecuali papa-papa itu mau menimbun dulu bedilnya di luar kampung terlebih dulu. Jelas, bapak-bapak memilih kelonan dengan istrinya daripada mencumbu senapan. Aksi ini turut andil menghentikan perang saudara di negara kawasan Afrika tersebut.

Aksi lebih elegan juga dilakukan Nelson Mandela. Saat dilantik sebagai presiden, ia mengundang bekas sipir penjara yang dulu sering melecehkannya di bangku undangan paling depan.

Stok kisah semacam ini banyak kok. Sekali lagi, hanya mereka yang punya ketangguhan mental yang oke yang bisa melakukannya.

Cara ketiga: balas dengan kocak. Apabila balasan dengan senyuman belum cukup, keluarkan pertahanan humor. Ini cara yang sungguh-sungguh membangkitkan tawa sekaligus juga membuat jengkel pihak lawan. Soal ini Haji Agoes Salim, negarawan sepuh pendiri republik ini banyak melakukannya saat berkonfrontasi dengan kelompok komunis maupun dengan politisi negara asing. Spontanitas dan kecerdasannya bermain olah kata membuat pengejek mati kutu dan wajah memerah padam. Google menyimpan banyak kisah tentang kecerdasan Old Great Man ini. Cari saja sendiri.

Di lapangan hijau, Dani Alves melakukannya dengan elegan. Di saat ia bersiap-siap mengambil tendangan sudut, di belakangnya riuh suara pendukung Villareal menirukan suara monyet. Apakah bek Barcelona itu marah karena tindakan rasis suporter lawan yang juga melemparinya dengan pisang? Jelas, ia tersinggung. Tapi ia melakukan tindakan keren: ia ambil pisang yang nyaris mengenai dirinya, mengupasnya lalu menyantapnya. Kemudian ia melaksanakan tugas sebagai penendang sudut. Ini cara melawan rasisme lapangan hijau ala Alves di penghujung April 2014 silam, yang membuat petinggi FIFA angkat topi buat dirinya.

Sebelum Alves melakukan aksi cerdas ini, Samuel Eto’o sudah mengawalinya. Saat berkostum Barcelona dan bertandang di markas lawan, Eto’o adalah target utama rasisme. Ketika ia menggiring bola, teriakan ala monyet bersahutan di stadion. Apakah ia langsung ngambek lalu keluar lapangan seperti yang dilakukan Kevin Prince Boateng di AC Milan? Tidak. Eto’o malah menceploskan gol dan merayakannya dengan menirukan gerakan monyet di hadapan pengejeknya! Ahaaa, aksi tarian monyet ala Eto’o membungkam para suporter rasis.

Bagi saya, hanya mereka yang punya mental tangguh dan cita rasa humor berkelas yang punya gaya unik membalas cemoohan. Tahu bagaimana anak-anak Jokowi bermain olah kata saat di-bully di medsos? Kasihan juga nih orang, mereka di-bully hanya karena mereka anak Jokowi.

Tapi, saya salut juga dengan cara mereka merespons para pembencinya. Saya ngakak membaca tindakan Gibran dan Kaesang dalam menghadapi kebencian yang dipadupadankan dengan cemoohan itu bukan hanya dengan santai, tapi dengan cerdas dan jenaka.

Papa Doyan Lontong adalah istilah dari Gibran untuk “membalas” tindakan dosen pengecut yang membuat tagar Papa Doyan Lonte. Ada juga istilah “kecebong”, “Oey Hong Liong”, dan “Herbertus”. Di foto terbaru, Kaesang malah pake topi bertuliskan “Kolektor Kecebong”. Pembela Jokowi dan Prabowo pasti sudah paham dengan istilah ini. Tapi, oleh anak-anak Jokowi, ketiga istilah ini malah digunakan secara kocak. Hahaha ….

Ada beragam cara menyikapi segenap kebencian dan serangan verbal. Bisa dengan serius bertele-tele, diiringi seringai dan emosi yang memuncak, atau dengan kelembutan kasih sayang. Bisa juga dengan cara santai, tak terduga, kocak, dan membuat lawan merasa gemas. Cara terakhir ini yang bagi saya unik.

Kini, Kaesang yang lucu itu katanya dilaporkan kepada polisi soal penodaan agama gara-gara bilang “ndeso” saat melihat anak-anak kecil yang dikomando untuk bilang “Bunuh Ahok … bunuh Ahok”. Entah yang dinodai apanya. Sekalian dibikin film sajalah. Bintangnya siapa lagi kalau nggak Reza Rahadian dan Chuck Norris, sama adik saya Chelsea Islan atau sepupu saya si Natasha Wilona itu. Judulnya, “Kaesang yang Ternodai Laporan Polisi”.

Terakhir diperbarui pada 11 Agustus 2021 oleh

Tags: Agus Salimbullyingdani alvezkaesang pangarepNelson Mandelapermusuhansamuel etoo
Iklan
Rijal Mumazziq

Rijal Mumazziq

Artikel Terkait

Relawan di GIK UGM mencegah bullying. MOJOK.CO
Kilas

Ratusan Relawan di GIK UGM Siap Berkeliling ke Sekolah di Yogyakarta untuk Memberantas Bullying

4 Mei 2025
Alumnus UGM terkena bully. MOJOK.CO
Ragam

Cerita Alumnus UGM yang Kena Bully, Dilabrak Belasan Senior Gara-gara Aktif Berorganisasi

11 Maret 2025
Bullying di Pemilu Mahasiswa UNY: Ketua KPU Diduga Ikut Mengintimidasi dan Ancam Menendang Korban
Kampus

Bullying di Pemilu Mahasiswa UNY: Ketua KPU Diduga Ikut Mengintimidasi dan Ancam Menendang Korban

7 Februari 2024
Mahasiswa UNY Dibully Gara-Gara Pemilu BEM
Kampus

Mahasiswa UNY Dibully Gara-Gara Pemilu BEM Fakultas: Diancam Potong Telinga hingga Takut Beribadah

5 Februari 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Lomba Bidar Palembang Budaya Betulan, Bukan Sound Horeg MOJOK.CO

Saya Resah Melihat Palembang ketika Budaya Bodoh Bernama Sound Horeg dan Organ Tunggal Dianggap Pesta Rakyat Seperti Lomba Perahu Bidar

19 Juni 2025
Duta Sheila on 7: Duta Bapak-bapak Kampung yang Sayang Anak MOJOK.CO

Kegelisahan Seorang Bapak yang Punya Anak Perempuan dan Pentingnya Aktif Ikut Ronda di Kampung seperti Duta Sheila on 7

20 Juni 2025
Cerita bapak ojol pinjam sepatu ke tetangga agar anak bisa ikut sepak bola putri di Jogja MOJOK.CO

Bapak Ojol Pinjam Sepatu Bola ke Tetangga demi Anak Ikut Sepak Bola Putri di Jogja

22 Juni 2025
kuliah di Universitas Amikom Yogyakarta. MOJOK.CO

Bahagianya Mahasiswa Amikom Yogyakarta, Bisa Lulus Cepat dan Nggak Pusing Mencari Kerja bahkan Sebelum Wisuda

18 Juni 2025
Nopek Novian: Godfather Konten Kampung yang Panen Dolar

Nopek Novian: Godfather Konten Kampung yang Panen Dolar

17 Juni 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.