MOJOK.CO – Bagaimana popularitas keluarga Gen Halilintar adalah ilustrasi bagaimana yang miskin tambah miskin dan yang kaya makin kaya.
Nama Gen Halilintar jadi bahan pergunjingan warganet karena menjual buku dengan harga fantastis. Disebutkan ada dua paket buku yang dijual dengan hadiah yang cukup memancing rasa penasaran. Pertama, 1 boks buku Gen Halilintar seharga Rp2.230.000, bonus voice call dengan Saai Halilintar. Kedua, 3 boks buku Gen Halilintar seharga Rp5.950.000, bonus video call dengan Saai Halilintar. Mungkin kalau ada fans beli 10 boks buku, rumahnya bakalan didatangi langsung oleh Saai Halilintar sambil bawa martabak dan soft drink.
Sebagai catatan, satu boks berisi 20 eksemplar buku. Berarti harga satu eksemplar sekitar 100 ribuan. Namun, kenapa harus beli 3 boks? Apakah Saai Halilintar sedang belajar menjadi pedagang grosir? Lalu, fans nantinya menjadi pedagang eceran untuk buku-buku tersebut?
Harga sedemikian gila memang tak masuk akal bagi orang waras, kutu buku sekalipun. Apalagi orang yang sudah ingin menikah yang berpikir uang 6 juta lebih bijak untuk ditabung. Namun, bagi seorang fans, bisa video call dengan idola adalah suatu bentuk keistimewaan. Sama seperti fans JKT48 yang harus merogoh kocek sekian ratus ribu hanya untuk salaman dengan oshi mereka selama 10 detik. Padahal di rumah pun jarang cium tangan kedua orangtua sebelum berangkat sekolah. Namun, semua terasa wajar dalam fandom dan cinta.
Setiap remaja punya panutannya masing-masing pada zamannya. Mungkin inilah masa jayanya Gen Halilintar. Maka, ketika Gen Halilintar jual buku dengan harga yang bikin orangtua mengurut dada pun bisa laku dan habis terjual. Sungguh berat tugas orangtua yang punya anak di jaman now; kecil jajan Kinderjoy, besar dikit jadi subscriber Saai Halilintar. Selain memikirkan biaya sekolah, orangtua juga harus memikirkan biaya anak video call dengan idola.
Jika melihat draw my life di YouTube, Gen Halilintar memang patut diidolakan. Mereka adalah sepasang orangtua dengan anak-anak yang sudah bisa dijadikan kesebelasan sepak bola. Nama Gen Halilintar diambil dari nama pasangan Halilintar Anofial Asmid dan Lenggogeni Faruk. Sang ibu menuliskan kisah sukses keluarga dengan sebelas anak tersebut dalam sebuah buku dan sukses menjadi mega-best-seller. Kisah sukses yang dikomersialkan lalu kembali menjadi kesuksesan baru.
Inilah mengapa yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Sebab orang miskin harus membayar untuk membaca kisah sukses para orang kaya.
Pasutri ini membuktikan teori “banyak anak, banyak rezeki” masih relevan sampai sekarang (S & K: kalau tahu celahnya). Sekaligus mereka menentang program Keluarga Berencana yang digalakkan pemerintah sejak era Soeharto. Dengan banyaknya anggota keluarga, Gen Halilintar tidak membutuhkan asisten rumah tangga di rumah mewah yang mereka singgahi. Mereka mengatur rumah seperti hotel, dengan cara setiap anggota punya kewajiban pekerjaan rumah tangga masing-masing. Ada yang bertugas mencuci, memasak, nyapu, ngepel, ganti sprei, sampai pasang bohlam kamar mandi. Mengingatkan kita dengan jadwal piket kelas zaman sekolah. Keluarga dikonsep seperti sebuah tim. Namun, tentu saja sebuah keluarga tidak bisa melakukan pergantian pemain.
Ternyata keluarga tajir melintir ini memang menerapkan konsep pendidikan HomeSchooling Plus. Sejak kecil, anak-anak Gen Halilintar dididik untuk menjadi pedagang. Mereka menjual apa yang mereka pakai, apa yang mereka makan, dan apa yang mereka gunakan. Itulah latar belakang di balik penjualan buku Gen Halilintar dengan harga selangit. Tuntutan keluarga, cuy.
Dengan sebelas anak, Gen Halilintar bisa melakukan perjalanan bisnis keliling dunia. Family goals banget. Ditambah dalam setiap perjalanan, mereka tidak mempekerjakan asisten untuk mengurus tetek-bengek. Hal ini bisa mengurangi biaya operasional.
Jika mau, dengan kekayaan yang ada, Gen Halilintar bisa membeli situs Mojok. Namun, dengan prinsip yang dipegang sekarang, nanti Mojok juga bisa saja diurus langsung oleh mereka sendiri. Kru Mojok sekarang terdiri dari 12 orang, sementara anggota Gen Halilintar berjumlah 13. Lebih satu orang. Berarti suami istri Halilintar yang akan menjadi Kepala Suku dan Wakil Kepala Suku. Lalu, anak tertua menjadi pemimpin redaksi. Selanjutnya, ada empat redaktur, satu sekretaris redaksi, webmaster, admin media sosial, manajer keuangan, desainer grafis, dan videografer. Pas.
Dengan adanya perubahan susunan starting line-up, tentu format Mojok akan berbeda. Esai yang semula punya motto “Sedikit Nakal, Banyak Akal”, berubah menjadi “Sedikit Pengeluaran, Banyak Pendapatan”. Berisi tentang kuliah bisnis dan sindiran terhadap gejolak ekonomi tanah air. Lalu, Mojok mulai memunculkan iklan di situs web dari Gen Halilintar Store.
Mojok Video (Movi) bakalan lebih banyak diisi oleh video lipsync dari aplikasi Tik Tok. Sesekali Q & A dan kolaborasi dengan YouTuber sekelas Ria Ricis. #MojokBersama Raffi Ahmad, lalu nabrak-nabrakin Lamborghini. Namun, ternyata cuma clickbait.
Penerbit Buku Mojok turut diakuisisi untuk menerbitkan buku-buku Gen Halilintar. Jika itu sampai terjadi, foto Presiden Jokowi sedang pusing membaca komik Si Juki akan tergantikan dengan tangkapan layar Presiden Jokowi sedang video call dengan Saai Halilintar.
Namun, ternyata cuma clickbait.