Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Terima Kasih Aktivis Antirokok, Apapun Penyakitnya Rokok Memang Penyebabnya

Aditia Purnomo oleh Aditia Purnomo
12 Juli 2019
A A
rokok dan antirokok MOJOK.CO
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Pernyataan almarhum Sutopo Purwo Nugroho jadi bahan kampanye aktivis antirokok. Meski beliau tidak merokok, yang salah tetap rokok atau minimal perokok.

Memainkan duka demi kepentingan saya pikir merupakan keahilan aktivis antirokok sejak dulu. Kalau kamu ingat, dulu ketika istri Pakde Indro Warkop meninggal dunia karena kanker paru-paru, kelompok ini selalu memainkan propaganda bahwa perokok adalah pihak yang patut dipersalahkan.

Tidak secara langsung memang, tapi propaganda tersebut memainkan isu jika si istri adalah perokok pasif sedangkan suami adalah perokok. Maka dengan rumus sederhana propaganda tersebut jelas: perokok pasif adalah korban, perokok adalah pelaku.

Gila memang. Sudah ditimpa duka, masih harus dipermainkan pula oleh logika model begini. Maka wajar saja jika Pakde Indro sempat meradang dengan kerjaan aktivis antirokok. Tak perlu waktu lama, Pakde Indro segera membuat sebuah video pernyataan: jangan seolah-olah kanker paru-paru yang menyerang istrinya tiba-tiba diarahkan seolah karena dirinya merokok.

Ketidaksenangan Indro ini memang menjadi wajar, mengingat di hampir semua kejadian meninggalnya seseorang karena kanker atau penyakit mematikan lainnya, aktivis antirokok hampir selalu mengaitkannya dengan rokok dan perokok.

Kalau tidak karena si penderita merokok, maka yang dimainkan adalah narasi kalau dirinya perokok pasif.

Tak jauh-jauh dari model begini:

Anda pasti sakit karena rokok. Ketika diketahui Anda tidak merokok, maka tetap saja terus dikejar. Apalagi kalau penyakit ini berhubungan dengan paru-paru.

Dilacak keluarga Anda. Kalau keluarga Anda tidak merokok, dicari lagi ke keluarga besar. Masih tidak ketemu juga? Dicari ke tetangga-tetangga, ada yang merokok tidak. Masih tidak ketemu juga? Dicari lagi di tempat kerja. Dicari terus sampai ketemu.

Seperti yang terjadi di kasus almarhum Pak Sutopo Purwo Nugroho belakangan ini. Hampir semua platform menyatakan jika dirinya adalah korban dari rokok—minimal dari rokok pasif. Padahal jelas-jelas yang bersangkutan tidak merokok, tapi arahnya tetap saja salah rokok karena di BNPB banyak orang merokok. Dari narasi itu, maka wajar muncul kampanye kalau rokok harus segera dibasmi.

Mungkin ada baiknya, di masa depan syarat diterimanya pegawai BNPB harus orang yang tidak merokok. Eh nggak ding, belum sampai segitunya juga.

Rumus di atas agaknya sudah menjadi hukum mutlak yang tak bisa diganggu-gugat. Apapun penyakitnya, pasti rokok penyebabnya. Mau merokok atau tidak merokok, tetap rokok yang jadi solusinya alasannya. Mau sakit atau mati, tersangka utamanya ya rokok. Muter-muter aja di situ. Sudah harga mati yang tidak bisa diganggu gugat.

Meski kalau dipikir-pikir lagi, bukannya kalau orang tidak merokok itu cenderung tidak ingin mendekat ke orang-orang yang merokok karena tidak tahan sama baunya ya?

Lagian gedung kantor sekelas BNPB tentu saja punya smoking area. Artinya, orang juga tidak bisa sembarangan merokok di dalam kantor. Jadi kecil sekali saya kira kemungkinan almarhum Pak Sutopo mendatangi smoking area lalu ikut nongkrong di sana dengan teman-temannya yang merokok.

Oh, iya ding, saya lupa. Beberapa penelitan dan riset memang sudah banyak menjelaskan kalau rokok itu faktor tunggal penyebab segala penyakit dan kematian. Mulai dari WHO sampai riset-riset yang ada sudah menunjukkannya demikian. Polusi udara atau kecelakaan tentu tidak masuk hitungan.

Asap knalpot dan polusi yang diciptakan itu kan tidak seberapa merusak dan baik-baik saja untuk kesehatan. Toh kita masih perlu mendayagunakan kendaraan. Kalau rokok kan, tidak ada gunanya. Paling-paling ya cuma ngasih pendapatan negara ratusan triliun setiap tahunnya. Buat apaaan itu? Nggak guna juga.

Lagian sudah tertulis juga sebenarnya kalau rokok itu menyebabkan penyakit berbahaya. Jantung, kanker, stroke, hingga diabetes ya karena rokok. Loh, serius ini, diabetes itu penyebabnya rokok.

Coba aja kamu googling, pasti bakal nemu kalau penyebab diabetes itu ya rokok. Jadi jangan bilang nggak ada hubungannya ya. Makan nasi banyak-banyak, minum yang manis-manis setiap hari, atau bahkan faktor keturunan itu bukan persoalan utamanya. Masalah utamanya ya ada pada rokok.

Jantung kanker dan stroke nggak usah ditanya lah ya, kan itu sudah pasti. Toh makanan dengan lemak jenuh dan kolesterol itu enak buat banyak orang, jadi jangan disalah-salahin. Yang salah ya rokok aja. Biar gampang konklusinya.

Masih kurang takut sama rokok? Tenang saja, masih ada penyakit-penyakit lain yang juga menakutkan dan disebabkan rokok. Misalnya, kulit keriput atau cantengan.

Saya tidak tahu penjelasan ilmiah kenapa kulit keriput ini disebabkan rokok, tapi ya Google dan aktivis antirokok udah bilang begitu ya mau bagaimana lagi? Jadi saya harus percaya.

Kalau cantengan, anak kecil juga bisa menjelaskan. Coba aja kamu sundut kaki kamu dengan bara rokok, pasti bakal cantengan kan? Iya kan? Nggak percaya sih.

Sudahlah, semua penyakit itu penyebabnya rokok. Mau gaya hidupmu buruk, makananmu penuh dengan lemak jenuh dan kolesterol, jarang olahraga, terpapar polusi dan lain-lain itu tidak akan membunuhmu. Tidak menyebabkan penyakit.

Sebab, hanya rokok saja yang mampu melakukan itu. Jadi walau kamu makan Indomie dengan porsi dobel 3 kali setiap hari, selama kamu tidak merokok, kamu pasti tidak akan kena kanker. Kalau pun akhirnya sakit yang berhubungan dengan pernapasan kamu akan ditanya-tanya.

  • “Mas, sampeyan merokok tidak?”

+ “Tidak, saya tidak merokok.”

  • “Keluarga ada yang merokok?”

+ “Tidak itu.”

  • “Yakin, Mas?”

+ “Iya yakin.”

  • “Di keluarga besar? Paman? Pakde? Simbah? Ada yang merokok?”

+ “Hm, keluarga besar saya nggak ada yang merokok, Mas.”

  • “Kalau begitu di tempat kerja. Teman-teman sampeyan?”

+ “Teman-teman saya nggak ada yang merokok.”

  • “Kalau tetangga? Ada yang merokok?”

+ “Ada, Mas. Tetangga desa.”

  • “Nah, ketemu. Jadi gini, Mas. Sampeyan kena penyakit ini karena jadi perokok pasif dari tetangga sampeyan itu.”

Terakhir diperbarui pada 26 November 2025 oleh

Tags: aktivis antirokokAntirokokSutopo Purwo Nugroho
Aditia Purnomo

Aditia Purnomo

Asli Tangerang, tinggal di Jogja. Tukang review hape baru. Pernah ganti hape 50 kali dalam 3 tahun.

Artikel Terkait

cukai rokok, tembakau.MOJOK.CO
Ragam

Cukai Rokok Tak Naik: Melawan Tekanan Antirokok, Menjaga Nafkah Jutaan Petani dan Buruh

1 Oktober 2025
rokok ketengan
Kilas

KNPK: Isu Larangan Penjualan Rokok Eceran Menghina dan Menjebak Presiden

27 Desember 2022
Kiat Bagi Orangtua Agar Bisa Merokok di Rumah
Kepala Suku

Kiat Bagi Orangtua Agar Bisa Merokok di Rumah

17 Maret 2022
ilustrasi Ariel Tatum Mendobrak Image Garpit sebagai Rokok Kuli mojok.co
Pojokan

Ariel Tatum Merobohkan Image Garpit sebagai Rokok Kuli

21 Desember 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.