Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Tak Ada yang Baru dari Pertanyaan Prabowo: Unicorn? Yang Online-online Itu?

Robertus Bellarminus Nagut oleh Robertus Bellarminus Nagut
18 Februari 2019
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Pertanyaan Jokowi untuk Prabowo pada debat capres tahap kedua soal unicorn merupakan pola yang mirip dengan debat capres 2014 silam.

Soal yang dilempar mengenai topik unicorn pada debat capres 2019 tahap kedua menjelaskan bahwa Jokowi, dan Prabowo, dan seluruh penggemarnya tidak banyak berubah sejak debat capres 2014.

Jokowi tetap demen menjebak Prabowo—dan pendukungnya tetap menjadikan kebingungan Prabowo sebagai bahan olok-olok. Lalu Prabowo tetap setuju dengan Jokowi perkara ini. Sungguh nostalgik debat capres semalaman.

Menariknya, saat kata “unicorn” muncul dan Pak Prabowo bertanya balik, “Yang Bapak maksud unicorn? Maksudnya yang online-online itu, iya kan?” dalam waktu sekejap saja, karakter My Little Poni favorit anak saya ramai muncul di linimasa medsos.

Kayaknya Jokowi (atau tim-nya) tahu betul bahwa terma “unicorn” bukan sesuatu yang akrab untuk Prabowo.

Jangan kata soal bahwa yunikorn yang dimaksud itu berkaitan dengan Revolusi Industri 4.0. Yunikorn yang adalah kuda bertanduk sebagai karakter kartun saja belum tentu beliau paham. Kuda-kuda yang biasa diinstal Prabowo kan bukan tipe kuda bercula satu.

Maka seharusnya ketika melihat reaksi Prabowo yang terbata-bata menjawab Jokowi soal yunikorn itu, kita: 1) tidak perlu heran ketika Prabowo terpaksa meminta penjelasan Jokowi tentang unicorn yang online-online itu; dan 2) berharap Jokowi tidak perlu menjebak lawan debatnya itu dengan kata “unicorn”.

Tetapi—yah—Jokowi tentu saja berhak melakukannya karena kebingungan Prabowo akan berpotensi munculnya meme dan Jokowi akan dianggap pintar. Pintar tentang yunikorn. “Ih, tidak tahu yunikorn tapi mau maju capres. Macam mana pula Pak Prab ini?” Begitu kata netizen Projo nengolok-olok Pak Prabowo.

Padahal mereka yang mengolok-olok itu juga tidak tahu (atau baru mendengar) soal unicorn ini. Tetapi namanya juga aktivis medsos. Asal bisa bikin saingan malu, kita akan hantam kromo, hajar sana bantai sini, menertawakan ketidaktahuan lawan dengan kekeh yang panjang dan kencang sembari menutup ketidaktahuan sendiri.

Setelahnya, kita segera ke gugel. Mengetik kata kunci: apa itu unicorn indonesia 4.0?

Omong-omong soal nostalgik tadi, yang begini ini juga dilakukan Jokowi dan terjadi pada kita pada debat capres tahun 2014 silam. Lupa ya?

Kala itu Jokowi dengan nakal menjebak Prabowo dengan TPID. Ya. TPID. Tanpa penjelasan lain tentang apa TPID yang dia maksudkan, apa kepanjangan dari akronim itu. Prabowo kelimpungan.

Mengakui bahwa dirinya tidak tahu apa itu TPID? Sebuah kejujuran yang membuat Prabowo disantap meme secara seketika.

Padahal ya bisa jadi yang bikin meme juga nggak tahu apa-apa soal TPID, tapi toh mereka bukan capres jadi akan dianggap sah-sah saja jika tidak tahu asal tetap bisa mengolok-olok. Beuuuh.

Iklan

Sumbangsih kebingungan Prabowo soal TPID pada meningkatnya elektabilitas Jokowi (yang kemudian keluar sebagai pemenang Pemilu) lima tahun silam barangkali tidak besar, tapi tetap ada. Terutama bagi yang merasa bahwa capres harus tahu juga soal cara pandang kaum milenial.

Anehnya, timses Prabowo tidak memikirkan itu (atau lupa?) sehingga lupa memberi tahu capres nomor urut dua ini soal unicorn.

Padahal kalau mau jujur, soal yunikorn yang kini ramai jadi meme itu, jelang debat kedua justru sedang asyik-asyiknya dibahas menyusul kasus Achmad Zaky si CEO Bukalapak. Harusnya bisa jadi petunjuk untuk timses bahwa peluang kata itu muncul dalam debat capres sangatlah besar.

Kok bisa-bisanya Timses Prabowo dan Prabowo sendiri abai akan topik ini?

Hm, menurut saya ada tiga kemungkinan yang terjadi.

Pertama, timses Prabowo yang sekarang bukan timses Prabowo yang dulu. Karena yang dulu tidak berhasil membawa kemenangan, mereka kemungkinan dipecat. Cari lagi yang lebih bagus. Bisa jadi karena itu kasus TPID pada debat capres 2014 tidak terekam, dan karenanya tidak diantisipasi untuk debat capres 2019.

Kedua, Timses Prabowo mungkin menganggap kalau Jokowi tidak mungkin memakai pola lama dalam debat capres kali ini.

Pola lama ini maksudnya menyusun jebakan dengan pertanyaan yang tidak terlampau jernih. Dan saya sungguh heran bahwa moderator debat tidak melakukan apa-apa.

Idealnya, moderator sebagai pengendali jalannya debat memperjelas maksud penanya atau sebuah pertanyaan, agar yang ditanya bisa menjawab dengan baik sehingga penonton (yang saya yakini juga hanya mengetahui unicorn sebagai kuda bertanduk) bisa terbantu.

Atau jangan-jangan moderator debat kita semalam itu juga memikirkan unicorn dalam kerangka My Little Poni?

Ketiga, kubu Prabowo memang memutuskan untuk tidak mau terlibat apapun dalam urusan yang berhubungan dengan kuda. Tahun 2014, kuda, dan Prabowo adalah memori yang buruk.

Masih ingat nggak?

Kala itu foto Prabowo bersama kuda kesayangannya disandingkan dengan foto mesra antara SBY bersama Ibu Ani dan foto Jokowi bersama Ibu Iriana.  Pengalaman traumatik yang jadi senjata andalan para lawan politiknya.

Poinnya saat itu: udah deh, ngurus kuda aja nggak usah ngurus negara dan rumah tangga.

Jahat emang.

Sekarang kampanye model naik kuda sudah dibuang jauh-jauh Tim Prabowo, nggak lagi dipakai. Mungkin dianggap nggak efektif. Ya iya dong, bilang harga kebutuhan hidup mahal tapi kampanye pakai kuda miliaran kan jelas kontraproduktif?

Keputusan yang tepat sepertinya.

Sayangnya, ketika kubu Prabowo sudah turun dari kuda dan meninggalkan model kampanye naik kuda, Jokowi malah baru naik kuda; kuda unicorn, untuk nyerang Prabowo. Mammamia.

Akibat dari tiga situasi di atas sudah jelas. Ingatan kita tentang debat capres kali ini bukan tentang soal-soal penting seperti masalah penguasaan lahan, konflik sosial yang menyertai pembangunan infrastruktur, dan lain-lain, melainkan soal kegagapan Prabowo tentang unicorn.

Begitulah.

Alih-alih menjadikan debat sebagai ajang menganalisa kemampuan capres, kita malah menontonnya untuk melihat calon mana yang layak di-meme-kan.

Seorang teman saya malah menonton keseluruhan debat dengan protes: kenapa bedak Pak Prabowo terlalu putih? Atau kenapa Jokowi sering mecucu saat mendengar pertanyaan? Astaga.

Hmmm… Ternyata begitu. Tidak banyak yang berubah dari debat-debat Pilpres kita. Kalau Jokowi memakai “unclear question” untuk menjebak, Prabowo memakai strategi yang sama juga: menyetujui pendapat-pendapat Jokowi. Dari 2014 dan 2019 ya begitu-begitu aja.

Apakah itu berarti bahwa pemenang Pilpres akan sama? Belum tentu.

Strategi bisa saja sama, hasil tidak harus sama.

Kemarin, waktu Valentine’s Day, teman saya mengulang strategi menembak gebetannya dari pola setahun silam. Hasilnya beda. Setahun lalu dia ditolak mentah-mentah oleh gebetannya.

Tahun ini? Ditolak plus kena gampar sama pacar gebetannya itu. Beda kan?

Bisa jadi, hal yang sama terjadi juga dengan Pilpres 2019 kali ini.

Terakhir diperbarui pada 18 Februari 2019 oleh

Tags: 2014debat capresjokowipilpresprabowounicorn
Robertus Bellarminus Nagut

Robertus Bellarminus Nagut

Artikel Terkait

Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO
Esai

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
kapitalisme terpimpin.MOJOK.CO
Ragam

Bahaya Laten “Kapitalisme Terpimpin” ala Prabowonomics

21 Oktober 2025
Kereta Cepat Whoosh DOSA Jokowi Paling Besar Tak Termaafkan MOJOK.CO
Esai

Whoosh Adalah Proyek Kereta Cepat yang Sudah Busuk Sebelum Mulai, Jadi Dosa Besar Jokowi yang Tidak Bisa Saya Maafkan

17 Oktober 2025
Hentikan MBG! Tiru Keputusan Sleman Pakai Duit Rakyat (Unsplash)
Pojokan

Saatnya Meniru Sleman: Mengalihkan MBG, Mengembalikan Duit Rakyat kepada Rakyat

19 September 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.