Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Bukti Indonesia Udah Gila: Sekolah Kedinasan Dapat Anggaran 104 Triliun, ketika Sekolah Formal dengan 62 Juta Pelajar Cuma Dapat Nasi Bungkus

Abdul Rauf oleh Abdul Rauf
9 Juli 2025
A A
Sekolah Kedinasan Disuapi Anggaran 104 Triliun. Negara Gila! MOJOK.CO

Ilustrasi Sekolah Kedinasan Disuapi Anggaran 104 Triliun. Negara Gila! (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

DPR yang ini nggak asal bacot: Mereka ajak kita hitung ulang skala prioritas

Baru kali ini sebenarnya saya sepakat sama usulan DPR ini. Karena saya menilai apa yang mereka sampaikan ada benarnya.

Ketika rapat kerja dengan Menteri Keuangan, Sri Mulyani, DPR sempat mempertanyakan urgensi dari anggaran yang sebesar itu bagi 13 ribu mahasiswa sekolah kedinasan. Usulan DPR bukan berarti anti-PNS. Justru mereka mengajak kita ngaca dan berpikir kritis, “Mau negara maju? Bagi dong anggarannya adil.” 

Banyak yang salah tangkap terhadap pernyataan ini. Katanya, usulan ini dianggap mengorbankan sekolah kedinasan. Tapi, ini bukan mengorbankan, ini hanya bentuk keadilan. 

Re-alokasi anggaran Rp104 triliun sekolah kedinasan itu penting. Misalnya, anggaran tersebut dibagi adil untuk SD, SMP, SMA, dan kampus negeri. Khususnya yang ada di daerah Terdepan, Tertinggal, Terluar (3T). Pembagian ini saya yakin bisa membantu negara mengurangi kesenjangan pendidikan. 

Maksudnya tuh sederhana saja. Jangan cuma jago memanjakan yang 13 ribu, tapi lupa merawat 62 juta sisanya. 

Negara yang maju secara pendidikan nggak segila ini

Negara-negara dengan sistem meritokrasi kuat kayak Jerman, Finlandia, atau Belanda, justru memprioritaskan anggaran buat sistem sekolah umum dan vokasi. Sekolah kedinasan mereka ada, tapi dananya proporsional. 

Pemerintah juga bikin skema adil, misalnya program kerja ikatan dinas pascakuliah, bukan langsung digaji besar saat kuliah. Singkatnya, di luar negeri itu pendidikan adalah hak kolektif. Di sini, pendidikan elitis bisa jadi tiket eksklusif. Kebayang bukan seberapa mundurnya sistem pendidikan negara kita ini?

Pembelaan mahasiswa sekolah kedinasan: “Kita juga bukan musuh!”

Beberapa mahasiswa sekolah kedinasan di media sosial menyuarakan keresahan. Mereka merasa dipukul rata. Seolah-olah mereka adalah “anak emas negara” yang manja. 

Padahal, banyak juga di antara mereka yang kerja keras, dari desa kecil, dan lolos murni karena otaknya encer. Itu valid. Tapi yang kita persoalkan bukan individu, tapi struktur kebijakan yang timpang. Itu substansi yang nggak mereka pikirkan. 

Ini mau jadi bangsa cerdas atau bangsa yang disaring? 

Sebenarnya, ini saatnya kita sebagai generasi yang kritis bertanya ke negara “Mau mencerdaskan seluruh rakyat Indonesia atau cuma mencetak elite birokrat saja?”

Pendidikan itu bukan cuma buat jadi ASN. Pemuda kita butuh skill lintas bidang digital, sosial, kewirausahaan, terutama teknologi yang kian maju secara pesat. Tapi semua itu nggak mungkin dicapai kalau sistemnya masih timpang. Gimana mau wajib belajar 12 Tahun (Menurut RUU SISDIKNAS terbaru) secara gratis kalau anggaran nggak ada.

Kalau negara cuma membangun benteng buat segelintir orang pintar dan orang yang butuh akses dipinggirkan, kita nggak sedang menuju “Indonesia Emas”. Kita sedang bikin “Indonesia Elite”. 

Nyatanya, hal seperti ini sangatlah tidak adil, bayangkan saja berapa banyak anak putus sekolah atau kuliah akibat biaya yang terlalu mahal. Di sisi lain, hak mereka dipakai untuk membiayai anak dari sekolah kedinasan yang rata-rata dari latar belakang “keluarga mampu”.

Waktunya ganti kacamata

Aslinya, gratisan itu keren, asal adit. Tapi, kalau cuma dinikmati segelintir dan dibayar oleh banyak yang kesulitan, itu bukan keadilan tapi sistem bobrok berseragam. Usulan DPR ini bukan akhir, tapi trigger buat diskusi serius dan harus ditanggapi dengan kritis.

Iklan

Apakah anggaran pendidikan kita benar-benar mencerminkan keadilan sosial? Atau kita cuma terus bikin ilusi meritokrasi yang sebenarnya cuma berpihak ke yang punya akses? 

Guys, saatnya ikut try change. Tunjukan bahwa bangsa atau sebuah negara itu dikelola oleh bersama bukan hanya yang berkuasa. Res publica, res Nostra.

Penulis: Abdul Rauf

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Sisi Suram Sekolah Kedinasan, Senioritas Masih Kental hingga Nggak Boleh Kristis sama Negara dan catatan menarik lainnya di rubrik ESAI.

Halaman 2 dari 2
Prev12

Terakhir diperbarui pada 10 Juli 2025 oleh

Tags: 104 triliunanggaran sekolah kedinasanIPDNsekolah kedinasansri mulyaniSTANSTMKG
Abdul Rauf

Abdul Rauf

Tinggal di Jambi.

Artikel Terkait

Purbaya Hendak Selamatkan Petani, tapi Malah Dijegal (Rokok Indonesia:Ekosaint)
Pojokan

Niat Mulia Purbaya Mencegah Kematian Industri Tembakau Malah Dihalangi, Sementara Aksi Premanisme Sri Mulyani Memeras Keringat Petani Dibela

1 Oktober 2025
Sebaiknya Kita Berhenti Menganggap Guru Itu Profesi Mulia, agar Mereka Bisa Digaji Jauh Lebih Layak
Pojokan

Sebaiknya Kita Berhenti Menganggap Guru Itu Profesi Mulia, agar Mereka Bisa Digaji Jauh Lebih Layak

4 September 2025
sri mulyani, guru beban negara.MOJOK.CO
Ragam

Video Sri Mulyani soal “Guru Beban Negara” Memang Hoaks, tapi Isinya adalah Fakta

21 Agustus 2025
Tarif Pajak 0,5% Cara Negara Membunuh Pedagang Kecil MOJOK.CO
Esai

Tarif Pajak 0,5 persen Perlahan Membunuh Pedagang Kecil yang Selama Ini Sudah Menopang Ekonomi Negara, Masih Juga Digerogoti

28 Juni 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.