ADVERTISEMENT
Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Esai

Menjadi Guru di Pelosok: Sedikit Lucu, Banyak Nggaplekinya

Riyan Putra Setiyawan oleh Riyan Putra Setiyawan
29 Oktober 2019
0
A A
seni menjadi guru riyan putra setiyawan guru sd desa bodeh randublatung blora cerita guru pengalaman guru cerita lucu siswa cerita lucu guru sd

seni menjadi guru riyan putra setiyawan guru sd desa bodeh randublatung blora cerita guru pengalaman guru cerita lucu siswa cerita lucu guru sd

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Guru SD ini membagikan pengalamannya menjadi pendidik di pelosok Blora, Jawa Tengah. Kisah-kisah yang menerbitkan perasaan kasihan, geli, marah sekaligus.

Hari ini ada salah satu anak yang tidak mengerjakan PR. Alasannya, dia semalam membantu orang tuanya ngangsu, mengambil air. Katanya, kalau dia ngambil airnya sore, sering nggak kebagian. Makanya harus ngambil airnya pas malam, pas sepi antrian. Mendengar pengakuannya, saya kok jadi terenyuh. Mau dibiarkan kok ya melanggar aturan, mau diberi hukuman kok ya kasihan. Tapi bila menimbang bahwa sekarang musim kemarau, air memang jadi primadona. Kehadirannya lebih ditunggu dibanding PR dari Pak Guru.

Di Blora musim kemarau ini, sumber air di sumur-sumur sudah banyak yang kering. Sementara PR dari bapak ibu guru ndilalah terus nyumber, melimpah ruah. PR itu, kalau kata para siswa, ibarat kasih ibu yang tak terhingga sepanjang masa. Hari ini ada, besok ada lagi. PR sudah dikerjakan, besok tumbuh PR yang lain lagi. Dengan mempertimbangkan hal tersebut, pada akhirnya saya putuskan untuk tidak menghukum si anak. Batin saya, nggak apa-apa lah nggak ngerjain PR, asal aroma kalian wangi karena rajin mandi. Daripada kalian mengerjakan PR tapi tubuh kalian penuh daki.

Bila dihitung-hitung, bukan cuma kasus di atas saja yang pernah membuat saya geleng-geleng kepala. Sudah beberapa kali saya menghadapi kasus serupa, dan tidak tahu harus merespon apa. Antara kasihan, geli, marah, bercampur menjadi satu.

Pernah satu hari ada siswa yang menabung dengan nominal yang cukup besar. Umumnya siswa di sekolah hanya menabung dengan nominal antara seribu sampai sepuluh ribu rupiah tiap minggunya. Maka ketika ada siswa yang menabung hingga 250 ribu, saya jadi heran. Lha wong isi dompet saya saja nggak sebanyak itu kok. Saya kemudian bertanya.

“Kok tumben nabunge akeh, duit sunat wingi ya?” tanya saya kepada Daffa. Kok tumben nabungnya banyak, uang sunat kemarin?

Mengingat dia baru sunat beberapa minggu yang lalu, bisa jadi duit ini adalah sisa duit sumbangan dari para tamu. Daffa hanya menggeleng pelan sambil menjawab, “Ora, Pak. Asu.”

Nggak, Pak. Anjing. Itu jawabannya.

Iya, dia baru bilang asu. Saya kaget dan setengah tidak percaya dengan apa yang saya dengar. Masak iya ini anak baru saja ngatain saya asu? Kan kampret tho.

Biar tidak salah paham, saya minta dia untuk mengulang lagi kata-katanya. Dan ternyata benar, dia baru saja mengatakan anjing di hadapan saya.

Matane. Wedhus tenan bocah iki, saya mengumpat dalam hati. Ditanyai baik-baik kok saya malah dimaki. Untung belum sempat saya tabok bocah ini karena sesaat kemudian Daffa meneruskan jawabannya, “Itu uang anjing, Pak. Kemarin saya baru jual anjing.”

Waktu itu saya kaget bukan main. Tapi setelah dijelaskan pelan-pelan, saya baru paham kalau Daffa memelihara anjing di rumah. Dan ketika anjingnya sudah agak besar, anjing tersebut dijual. Mau dibuat sate, katanya. Nah hasil penjualan anjing tersebut, uangnya sebagian besar ditabung dan sebagian kecil dimasukkan kotak amal.

Jangan heran. Di sini kebanyakan keluarganya memang memelihara anjing. Meskipun mayoritas dari mereka beragama islam dan menjalankan sholat lima waktu, tapi pemandangan anjing di halaman rumah masih sering dijumpai. Tidak hanya dipelihara sebagai penjaga ternak, kadang-kadang anjing ini juga dikonsumsi dan diperjualbelikan seperti punya Daffa tadi. Saya tahu nama tempat yang menjual daging anjing ini, tapi rasanya tidak etis lah bila saya ceritakan. Lagi-lagi saya tidak bisa banyak berkomentar tentang peristiwa ini. Yang bisa saya lakukan hanyalah mengingatkan para siswa yang muslim untuk tidak mengonsumsi daging anjing.

Lain Daffa, lain pula dengan Sutrisno, bukan nama sebenarnya. Ceritanya, murid kelas 6 ini hendak izin tidak masuk sekolah karena mau sunat. Kalau masalah sunat sih sebenarnya tidak ada yang ganjil. Sah-sah saja apalagi bagi yang muslim. Cuma masalahnya dia itu sunatnya tidak tepat waktu. Ah, sudah kayak novel buatannya Mas Puthut EA aja ya, sunat yang tak pernah tepat waktu.

Di antara hari-hari yang tersedia selama setahun, si Sutrisno ini milih sunat pas ujian berlangsung. Iya pas ujian berlangsung. Mencengangkan bukan? Di mana nalarnya coba? Manakah yang lebih penting, sunat atau ujian?

Kalau Daffa itu masih mending, sunatnya pas belum ujian. Lha kalau Trisno? Sebagai guru kelas, untuk formalitas saya sudah mengingatkannya. Saya juga sudah katakan bahwa sunatnya mending diundur saja sampai ujiannya selesai. Tapi saran saya tidak digubris. Dia tetap melangsungkan prosesi sunatan, dengan atau tanpa restu saya. Sungguh nggapleki. Menjengkelkan.

Katanya Si Trisno, orang tuanya sudah menghitung hari baik untuk dia khitanan. Dan ndilalah hari baik itu ngepasi hari ujian. Jadi bila harus memilih, si Trisno lebih memilih sunat ketimbang ujian. Nasi uduk sudah menyebar ke rumah sanak famili, pantang bila jadwal sunat direvisi. Meskipun saya jengkel setengah mati, saya tetap mendoakan sunatannya dia berhasil. Cukup ujiannya saja yang diulang, sunatannya jangan.

BACA JUGA Anak-anak Dijejali Buku Harga Jutaan, Si Mamah Referensinya Cuma Felix Siauw atau artikel Riyan Putra Setiyawan lainnya.

Terakhir diperbarui pada 12 Agustus 2021 oleh

Tags: cerita lucupengalaman guru
Iklan
Riyan Putra Setiyawan

Riyan Putra Setiyawan

Guru SDN 2 Sumengko, Randublatung, Blora

Artikel Terkait

3 Cerita Lucu Tentang Kawan yang Semoga Bisa Menjadi Suplemen Penguat Imun agus mulyadi mojok.co
Pojokan

3 Cerita Lucu Tentang Kawan yang Semoga Bisa Menjadi Suplemen Penguat Imun

5 Juli 2021
cara membedakan genre film dengan menggunakan analogi ular mojok.co
Pojokan

Mengenal Beragam Genre Film dengan Analogi Ular

22 November 2019
Pojokan

Kiat Atasi Malu saat Salah Menyapa Orang, Dikira Teman Ternyata Bukan

2 Agustus 2019
Esai

Kamu Kila Cadel Itu Lucu? Sembalangan!

2 Juni 2018
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
mematikan centang biru whatsapp mojok.co tulisan lucu artikel lucu berita whatsapp down

Membela Orang yang Mematikan Centang Biru WhatsApp

Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi bantu perbaiki rumah Wagiman dan Samiyem di Boyolali MOJOK.CO

Kisah Sepasang Lansia di Boyolali Puluhan Tahun Tinggal di Rumah Mungil dan Reyot, Kini akan Diperbaiki Gubernur Jateng

16 Mei 2025
KWT Srikandi Mrican: Menumbuhkan Harapan dari Lahan Terbatas di Tengah Kota

KWT Srikandi Mrican: Menumbuhkan Kebun Harapan dari Lahan Terbatas di Tengah Kota

15 Mei 2025
Kebayoran Baru Jakarta Selatan, merantau ke Jakarta.MOJOK.CO

Kebayoran Baru Jadi Saksi Para Sarjana “di-Prank” Kemewahan Jaksel: Nekat Merantau Bermodal Ijazah S1, Berakhir Jadi Tukang Parkir Liar

19 Mei 2025
Perjalanan biksu Thudong dari Thailand ke Candi Borobudur. MOJOK.CO

Cerita Seorang Muslim Ikut Menyambut Biksu Thudong di Candi Borobudur, Seperti Melihat Kyai Melaksanakan Ibadah Haji

15 Mei 2025
10 Tahun Derita, Kecamatan Kandangan Dibuang Temanggung MOJOK.CO

Ribuan Warga Kecamatan Kandangan Dibiarkan Menderita Selama 10 Tahun Lebih oleh Temanggung

17 Mei 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.