Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Kritik Megawati untuk Tokopedia dan Keresahan Patriotiknya yang Lucu

Mita Idhatul Khumaidah oleh Mita Idhatul Khumaidah
2 Juli 2021
A A
Kritik Megawati untuk Tokopedia dan Keresahan Patriotiknya yang Lucu

Kritik Megawati untuk Tokopedia dan Keresahan Patriotiknya yang Lucu

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Tokopedia bikin Megawati mengeluh, katanya banyak barang made non-Indonesia dijual di sana. Hah? barang made non-Indonesia? Bentaaar.

Platform belanja daring memang kerap meresahkan penggunanya.

Saya, contohnya, sering resah ketika mendapati ada banyak penawaran menarik pas lagi bokek berat. Anda, mungkin saja, suka galau ketika barang yang sudah dibeli tidak kunjung dikirim.

Tiba-tiba saja ada Megawati juga yang resah meski untuk alasan yang berbeda.

Keresahan itu muncul ketika Bu Megawati sedang menjelajahi Tokopedia. Sadar bahwa apa yang beliau resahkan adalah sesuatu yang genting sehingga pantas untuk dibagikan kepada khalayak, beliau lantas membuat vlog dan curhat panjang di situ.

“Saya boleh, lho, buat kritik sedikit, ya. Itu kritik membangun. Kenapa? Kalau saya browsing online di Tokopedia, kenapa, ya, yang disuguhkan selalu sekarang—sekarang, lho, berarti bisa nanti berubah—itu barang-barangnya made non-Indonesia?” keluh Bu Megawati dengan raut risau yang tak dibuat-buat pada akun Youtube Megawati Institute.

Satu hal yang perlu kita garis bawahi lebih dulu adalah Bu Megawati jarang mengeluh. Ini mungkin ada hubungannya dengan kisah hidup beliau yang sudah pelik sejak remaja.

Pas ortu saya belum menikah, Bu Mega sudah harus hidup mendampingi bapaknya yang menjadi tahanan politik. Pas saya baru belajar naik sepeda, beliau sudah mendapat cap musuh dari penguasa. Pelik, pokoknya.

Oleh sebab itu, perkara Tokopedia ini harus kita anggap penting karena mampu membuat Bu Megawati resah dan mengeluh. Malah, kita sebaiknya menganggapnya genting karena mampu memaksa sosok yang selama ini irit bicara berani memegang mikrofon.

Dan tulisan ini bukanlah sebentuk kritik atas pernyataan Bu Megawati tadi karena ada UU ITE, tapi, saya pikir ada beberapa hal yang perlu saya tanggapi agar Bu Megawati tidak resah lagi dengan Tokopedia.

Saya tidak tahu toko apa yang beliau ubek-ubek pas menjelajahi Tokopedia dan barang macam apa yang beliau kategorikan sebagai “made non-Indonesia”. Namun, setahu saya Tokopedia menerapkan kebijakan untuk hanya memfasilitasi penjual dari dalam negeri. Perkara barangnya dibuat di Kulon Progo atau Pyongyang, itu urusan lain.

Lalu masih ada masalah definisi. Apa yang Bu Megawati maksud dengan barang “made non-Indonesia”?

Tak ada penjelasan definitif yang beliau ajukan, meskipun hal itulah yang sebenarnya beliau resahkan. Sedihnya lagi, tak ada konjungsi pada istilah tersebut yang memunculkan ambiguitas.

Mungkin maksud beliau adalah barang-barang yang dibuat oleh perusahaan asing, tapi definisi ini jelas membuat semuanya semakin runyam. Kalau dipikir-pikir, sebagian besar produk yang kita dan Bu Megawati gunakan jelas dibikin oleh perusahaan asing meskipun pabriknya ada di dalam negeri.

Iklan

Hape yang saya gunakan untuk menulis artikel ini, contohnya, adalah produk dari perusahaan Cina yang dirakit di Batam.

Hape Bu Megawati jelas lebih bagus; sulit membayangkan beliau memakai hape merek lokal kayak Polytron atau Advan. Tapi, andaipun memang sebesar itu kecintaan beliau pada produk dalam negeri, sebagian besar komponen hape pabrikan lokal mana pun tetap saja buatan luar negeri.

Oh, mungkin maksud beliau adalah barang-barang yang dibuat produsen asing dan dikerjakan di luar wilayah Indonesia.

Jumlah barang impor yang dijual di Tokopedia memang tidak sebanyak barang lokal, tapi tetap saja ada. Barangkali Bu Megawati kebetulan mengunjungi toko yang menjajakan produk impor model begini.

Namun, ada beberapa produk impor yang sejatinya tidak atau belum bisa digantikan oleh produk lokal. Sebagian produk konveksi, misalnya.

Jilbab murah yang saya jual di Tokopedia adalah produk yang dibuat di Cina, demikian pula dengan aneka pakaian dalam yang dibanderol sepuluh ribuan. Saya juga menjual beragam mainan murah, dan tidak ada satu pun yang dibuat di Indonesia.

Eh, jangan-jangan kemarin itu Bu Megawati mampir ke toko saya. Hiii….

Mungkin hal itu menjadikan saya tampak kurang patriotik, dan begitu pula dengan jutaan penjual sembako yang menyediakan kacang kedelai, kentang, dan tepung terigu.

Tapi, kalau diperlonggar lagi, maka seluruh rakyat Indonesia juga kurang patriotik; kita menganut sistem pemerintahan yang lahir di Prancis, menganut sistem hukum warisan Belanda, dan memeluk sistem teologi dari Timur Tengah, India, atau Cina.

Kalau urusan definisi sudah kelar, maka kita bisa beranjak ke pertanyaan lain: kenapa Bu Megawati mengeluarkan pernyataan begitu? Ini penting karena, ya itu tadi, sosok pendiam seperti Bu Mega hanya akan bersuara kalau ada sesuatu yang dirasanya genting. Seperti alarm yang bakal menjerit-jerit ketika mendeteksi bahaya.

Hipotesis pertama: Bu Megawati sebenarnya kepingin mendongkrak daya saing UMKM di tengah gempuran korporasi global.

Itu adalah cita-cita adiluhung yang harus didukung, dan kalau menyimak uraian beliau selanjutnya di vlog tersebut, sepertinya memang itulah yang beliau hendaki. Sektor UMKM kita seperti bocah berbakat yang rentan penyakit; ia mesti dilindungi oleh semua pihak, terutama oleh orang-orang yang punya kuasa seperti Bu Mega.

Tapi, seseorang yang bergelar profesor seperti Bu Megawati tentu mafhum kalau tidak ada relevansi antara keberhasilan pelaku UMKM dengan asal negara produk yang dijualnya. Terutama kalau sudah bersaing terbuka di lapak seperti Tokopedia.

Penjual batik tulis khas Pekalongan di Tokopedia punya peluang sukses dan bangkrut yang sama besarnya dengan penjaja beha made in China. Regulasi pemerintah yang berpihak kepada pelaku UMKM jauh lebih berguna ketimbang mereweli produk non-patriotik.

Hipotesis kedua: Bu Megawati sebenarnya lagi kepingin sesuatu.

Saya adalah wanita, begitu pula Bu Mega. Wanita kadang-kadang senang menyembunyikan maksud dan tujuannya dengan mengatakan kalimat berkode tertentu.

Saya, contohnya, sering berkata, “Google bilang suhu siang ini mencapai 31 derajat ya, Yah. Gokil, ya?” untuk meminta tolong Mas Bojo menyalakan kipas angin.

Bisa jadi Bu Mega menghendaki sesuatu yang lebih serius ketimbang kipas angin yang menyala, sesuatu yang berhubungan dengan jiwa patriotisme, dan tampaknya sesuatu yang mempengaruhi hajat hidup orang banyak. Tapi, apa itu?

Ya ndak tahu, kok tanya saya.


BACA JUGA Bukan Narsis, Jurnal Megawati yang Teliti Diri Sendiri Adalah Oase bagi Mahasiswa Tingkat Akhir atau tulisan Mita Idhatul Khumaidah lainnya.

Terakhir diperbarui pada 1 November 2021 oleh

Tags: AdvancinakritikMegawatiPolytrontokopediaUMKM
Mita Idhatul Khumaidah

Mita Idhatul Khumaidah

Staf pengajar dan pelapak daring paruh waktu, ibu rumah tangga penuh waktu.

Artikel Terkait

Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO
Ekonomi

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
WhatsApp dan UKMINDONESIA.ID gelar pelatihan digital untuk UMKM Jogja MOJOK.CO
Kilas

Pelatihan WhatsApp untuk Pelaku UMKM di Jogja, Adopsi Digital buat Hadapi Beragam Tantangan Usaha  

20 November 2025
Anggota LKS SAPADIFA di Kapanewon Imogiri, Kabupaten Bantul, Jogja belajar menganyam bambu. MOJOK.CO
Liputan

Penyandang Disabilitas di Bantul Manfaatkan Pohon Bambu yang Melimpah di Desanya Jadi Produk Bernilai Jual Tinggi

31 Oktober 2025
Pengunjung menikmati Borobudur Sunrise di Magelang. (Doc. InJourney)
Kilas

Pengalaman Wisatawan Menikmati Borobudur Sunrise, Datang dari Subuh untuk Melihat Rona Matahari Jingga

20 Oktober 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.