Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai Kepala Suku

Benarkah Presiden Jokowi Bisa Dijatuhkan?

Puthut EA oleh Puthut EA
4 Oktober 2019
A A
jokowi pandemi virus corona sri mulyani bpjs kesehatan agus mulyadi gibran rakabuming calon wali kota solo mojok.co dijatuhkan presiden jokowi puthut ea opini tulisan nonfiksi esai mojok.co analisis politik angkatan 2019

jokowi pandemi virus corona sri mulyani bpjs kesehatan agus mulyadi gibran rakabuming calon wali kota solo mojok.co dijatuhkan presiden jokowi puthut ea opini tulisan nonfiksi esai mojok.co analisis politik angkatan 2019

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Mari kita uji syarat-syarat yang memungkinkan Presiden Jokowi dijatuhkan.

Sudah seminggu ini saya dihadapkan oleh seruan yang susah dipahami perihal isu bahwa Presiden Jokowi bakal dijatuhkan kalau dia menandatangani perppu. Saya hanya bisa geleng-gelang kepala….

Sudah banyak ahli hukum tata negara kita yang menjelaskan bahwa itu isu bohong belaka, dan yang menyampaikan itu, pasti kurang tahu soal hukum tata negara. Tak kurang, tiga orang ahli hukum tata negara menyatakan dengan terang-benderang: Pak Mahfud MD, Pak Refly Harun, dan Pak Zainal Arifin Mochtar. Sebetulnya selain beliau bertiga, ada banyak pakar hukum tata negara yang menjelaskan itu, bahkan termasuk yang menentang perppu.

Jadi bayangkan, bagaimana dongeng yang mengandung unsur kebodohan ini disebarkan begitu rupa. Padahal pendapat ahli hukum tata negara yang setuju adanya perppu maupun yang tidak setuju, keduanya menyatakan tidak mungkin presiden dimakzulkan. Ini memang dongeng aneh yang pasti dibikin oleh orang-orang yang punya watak konspiratif dan paranoid.

Itu dari sisi aturan perundangan. Dari sisi politik dan sosiologis juga tidak mungkin. Mari kita simak baik-baik. Supaya kita semua belajar. Ini ilmu, bukan dongeng dan dengung politik yang tak jelas.

Menjatuhkan presiden, selain butuh syarat konstitusional, yang sudah dijelaskan para ahli hukum tata negara, juga butuh syarat-syarat lain. Syarat pertama adalah institusionalisasi oposisi. Atau oposisi yang terlembagakan.

Saya akan mengambil contoh jatuhnya Presiden Soeharto pada Mei 1998. Atau jatuhnya Sukarno, atau jatuhnya Gus Dur. Nanti bisa dilihat lagi di buku. Supaya lebih mudah saya pakai yang kasus Soeharto.

Saat itu, PDI yang kelak ada tambahan “Perjuangan” adalah lembaga atau partai politik yang benar-benar ditindas Soeharto. Tapi partai ini melembaga. Ada struktur jelas dari pusat sampai daerah. Kemudian ada PPP yang dicurangi habis-habisan pada Pemilu 1997. Lembaganya juga jelas, dan nisbi kuat.

Kemudian ada gerakan LSM waktu itu yang juga kuat sekali. Bahkan sedang kuat-kuatnya. Kemudian tak kurang ada puluhan lembaga yang meletakkan diri mereka sebagai oposisi rezim Soeharto: Petisi 50, PRD, PUDI, dll. Dan tentu saja ada embrio gerakan mahasiswa yang kuat sebagai basis oposisi, karena pusat-pusat studi mahasiswa mulai tumbuh menjadi basis perlawanan.

Sementara di elite, mulai terjadi perpecahan. Terutama elite terdidik yang terkonsolidasi di bawah Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia ( ICMI). Tentara juga mengalami faksionalisasi: Faksi Merah dan Hijau.

Semua itu berkelindan, matang, dan kemudian ketika kekecewaan rakyat terhadap rezim Soeharto meluas dan mematang, Soeharto jatuh.

Ini jelas berbeda bumi langit dengan kondisi sekarang ini. Siapa oposisi Jokowi? Bahkan partai-partai yang berlawanan dengan Presiden Jokowi waktu tarung pilpres kemarin sudah terkonsolidasi. Semua merapat ke kubu Presiden Jokowi. Pertarungan elektoral selesai, konsolidasi politik terjadi, bahkan tidak menyisakan ruang oposisi.

Itu bisa kita uji dalam demonstrasi mahasiswa yang bertubi-tubi kemarin. Tidak satu pun partai politik yang memberikan dukungan terbuka atau bahkan ikut dalam gelombang demonstrasi. Elite politiknya tidak ada yang muncul dalam orasi-orasi politik jalanan.

Tidak ada oposisi juga di kampus sebagai salah satu kelompok dominan dalam dinamika politik di Indonesia. Di pilpres kemarin, hampir semua kampus berada di kubu Presiden Jokowi. Semua loyal kepada Jokowi.

Iklan

Dari sisi gerakan mahasiswa, tidak ada institusionalisasi gerakan juga. Dengan SPP yang mahal, manajemen kampus yang melarang mahasiswa beraktivitas malam hari di kampus, gerakan-gerakan mahasiswa yang makin mengecil sejak tahun 1998, jelas bukan lahan yang subur untuk membangun basis perlawanan.

Sementara, elite politik tidak ada yang pecah. Semua sedang menadahkan tangan untuk meminta jatah menteri kepada Presiden. Bahkan yang dulu berseberangan. Semua komentar elite soal Perppu bukan bahasa politik keras. Kata “seyogianya”, “sebaiknya”, “harapan kami”, selalu menempel pada pernyataan-pernyataan itu. Jelas sekali “power” politik ada di Presiden Jokowi. Bukan di partai-partai itu.

Syarat itu menjadi “sempurna” jika terjadi krisis ekonomi. Zaman Sukarno terjadi. Zaman Soeharto juga. Sekarang ini, tidak ada krisis ekonomi. Ekonomi kita masih tumbuh. Yang mau terjadi adalah ancaman perlambatan ekonomi karena pengaruh berbagai hal yang terjadi di luar.

Jadi seluruh rukun dan syarat jatuhnya Presiden Jokowi tidak ada. Dan ini bukan dongeng dan dengungan. Ini ada ilmunya. Dikaji banyak orang. Cek fenomena jatuhnya Soeharto dengan lengsernya Gus Dur dan Sukarno, sama semua. Hanya nama-nama lembaga dan kelompok elitenya yang berbeda. Di era sekarang, tidak ada.

Maka gugon-tuhon soal jatuhnya Presiden Jokowi itu sebaiknya diakhiri. Kalau cuma orang demo sekian ratus orang dengan membawa seruan supaya Jokowi mundur atau seruan-seruan di medsos, masak itu harus kita percaya? Itu namanya disetir oleh kebodohan. Sialnya, setiap kebodohan berlindung di balik teori konspirasi yang aneh-aneh. Itu wajar. Kalau sesuatu tidak bisa dijelaskan secara keilmuan dan rasionalitas, maka mesti berlindung di bakik dongeng konspirasi. Sial betul iklim politik kita kalau mau disetir hal semacam itu.

Memang, Presiden Jokowi bakal tak jadi presiden dalam waktu dekat. Ini serius. Karena masa baktinya sudah rampung. Tapi setelah itu diangkat kembali.

Begitu ya, semoga hal ini menambah informasi agar ada sedikit bobot intelektualitas dalam aneka gosip politik mutakhir di Indonesia.

BACA JUGA Isu Pemakzulan Jokowi dari Surya Paloh Malah Memperpanjang Urusan Perppu KPK atau artikel rubrik KEPALA SUKU lainnya.

Terakhir diperbarui pada 3 Maret 2020 oleh

Tags: DemonstrasijokowipemakzulanUU KPK
Puthut EA

Puthut EA

Kepala Suku Mojok. Anak kesayangan Tuhan.

Artikel Terkait

Kereta Cepat Whoosh DOSA Jokowi Paling Besar Tak Termaafkan MOJOK.CO
Esai

Whoosh Adalah Proyek Kereta Cepat yang Sudah Busuk Sebelum Mulai, Jadi Dosa Besar Jokowi yang Tidak Bisa Saya Maafkan

17 Oktober 2025
pam swakarsa, militer.MOJOK.CO
Mendalam

Riwayat Pam Swakarsa, Tukang Gebuk Bayaran Tentara yang Berupaya Dihidupkan Kembali. Ancaman Serius bagi Demokrasi

5 September 2025
UI kampus perjuangan tapi BEM-nya kini terbelah. MOJOK.CO
Catatan

UI sebagai Kampus Perjuangan Kini Terbelah dan Hilang Taringnya, Tak Saling Mendukung dan Searah

4 September 2025
Sialnya Warga Banjarsari Solo: Dekat Rumah Jokowi, tapi Jadi Langganan Banjir Gara-gara Proyek Jokowi.MOJOK.CO
Aktual

Sialnya Warga Banjarsari Solo: Dekat Rumah Jokowi, tapi Jadi Langganan Banjir Gara-gara Proyek Jokowi

7 Maret 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.