#3 Biaya transportasi Jogja dan Jakarta
Pertimbangan lain yang perlu kita masukkan dalam perhitungan ini adalah perkara biaya transportasi. Jakarta, dengan integrasi transportasi publiknya, tentu membuat biayanya tidak terlalu bengkak. Kita asumsikan seorang pekerja yang mengombinasikan antara kendaraan pribadi dan transportasi umum untuk efisiensi waktu dan biaya.
Misalnya, naik motor ke stasiun lalu melanjutkan dengan Transjakarta bisa menghabiskan sekitar Rp460an ribu per bulan. Rinciannya yaitu, bahan bakar Rp150 ribu, parkir Rp60 ribu, servis motor Rp100 ribu, dan tarif Transjakarta Rp154 ribu.
Adapun pengguna mobil yang parkir di stasiun dan naik KRL bisa mengeluarkan sekitar Rp1,6 juta per bulan. Ini sudah meliputi bensin Rp550 ribu, parkir Rp150 ribu, servis Rp500 ribu, dan tiket KRL Rp300 ribu.
Biaya ini tentu bisa bervariasi tergantung jarak, jenis kendaraan, dan intensitas pemakaian. Tapi, ini setidaknya sedikit memberi gambaran mengenai biaya transportasi di Jakarta.
Sementara itu, kalau di Jogja, Seseorang yang menggunakan motor untuk sebagian perjalanan lalu melanjutkan dengan Trans Jogja mungkin menghabiskan sekitar Rp400an ribu per bulan. Ini mencakup bensin sekitar Rp130 ribu, parkir Rp44 ribu, servis ringan Rp100 ribu, dan tarif Trans Jogja atau angkutan umum Rp154 ribu.
Sementara itu, pengguna mobil yang mengombinasikan dengan transportasi umum bisa mengeluarkan sekitar Rp900an ribu per bulan. Biayanya meliputi BBM sekitar Rp420.000, parkir Rp110.000, perawatan kendaraan Rp300.000, dan tiket Trans Jogja atau angkutan umum Rp154.000. Angka tentu bisa lebih rendah atau tinggi tergantung kebiasaan berkendara dan rute harian dari tiap individu.
#4 Biaya hiburan
Perkara biaya hiburan, entah itu jalan-jalan, nongkrong di kafe atau yang lainnya, tentu berdasarkan preferensi masing-masing individu. Di Jakarta sendiri, berdasarkan pengalaman pribadi dan kawan-kawan yang bercerita, estimasinya adalah berkisar Rp1 juta sampai Rp3 juta per bulan.
Dana segitu sudah lebih dari cukup. Apalagi kalau kita memilih untuk menabung dan memakainnya untuk momen liburan panjang seperti Lebaran, Natal, dan akhir tahun.
Kalau di Jogja, biaya berdasarkan pemaparan teman saya yang mahasiswa magister dan pekerja. Uang untuk bersenang-senang mereka estimasikan antara Rp500 ribu sampai Rp1,5 juta per bulan.
Menurut mereka, dana segitu sudah bisa untuk nongkrong dan jalan-jalan ke beberapa objek wisata di daerah Jogja tiap bulannya. Meski nggak fancy banget, tapi setidaknya bisa liburan.
#5 Biaya lainnya
Terakhir adalah biaya lainnya yang menurut BPS mencakup pengeluaran non-pangan. Misalnya seperti listrik, perawatan tempat tinggal, air, pendidikan dan lain-lain per bulan.
Data dari BPS DKI menyebutkan kalau untuk di Jakarta, nominal pengeluaran rata-rata non pangan per orang adalah Rp1,7 juta per bulan. Kalau mau membuat batas aja, kita kalikan 2 menjadi Rp3,2 juta per bulan
Di sisi lain, kalau di Jogja, adalah rata-rata Rp1,3 juta per bulan untuk tiap orangnya. Apabila membuat batas atas, kita kalikan 2 menjadi Rp2.6 juta per bulan. Kedua hitungan di atas tentu sebagai gambaran umumnya.
Kita totalkan semua
Bila melihat hitung-hitungan di atas, total pengeluaran bulanan di Jakarta untuk hidup hemat berkisar Rp6,96 juta. Kamu juga bisa menabung dengan nominal mencapai Rp11 jutaan.
Tapi lain cerita kalau gaya hidupnya glamor sehingga pengeluarannya bisa membengkak hingga Rp17,8 juta. Meski begitu, masih bisa menabung Rp200 ribu per bulan.
Nah, kalau di Jogja, biaya hidup hemat sekitar Rp3,7 juta dan bisa menyisihkan uang Rp5,3 juta. Tapi, kalau kamu tipe yang boros dan inginnya hidup di rumah yang mewah, sering nongkrong, dan makanannya harus di tempat mahal, pengeluarannya bisa mencapai Rp11,5 juta. Pengeluarannya bisa jadi malah minus.
Jadi, mending Rp18 juta di Jakarta atau Rp9 juta di Jogja?
Secara nominal, gaji Rp18 juta di Jakarta tentu lebih unggul, terutama jika bisa hidup hemat. Tapi, jika gaya hidup cenderung konsumtif, pengeluaran di Jakarta bisa menghabiskan hampir seluruh gaji.
Sementara di Jogja, meski gaji tampak kecil, gaya hidup sederhana akan sangat membantu untuk tetap punya sisa tabungan. Pilihan terbaik kembali ke preferensi hidup masing-masing.
Kalau masih jomblo dan fokus membangun karier, Jakarta bisa jadi pilihan tepat. Peluang dan jaringan di sana pasti lebih luas. Tapi, jika berkeluarga dan mampu mengelola gaji Rp9 juta dengan bijak, Jogja menawarkan kualitas hidup yang lebih seimbang.
Satu nasihat penting yang pernah saya dengar bunyinya begini: “Hidup bukan cuma tentang angka. Tapi, tentang ruang bernapas, waktu bersama, dan ketenangan hati. Dan semua itu bisa diperoleh dengan mengetahui kapasitas dan kemampuan diri.”
So, pada akhirnya, saya kembalikan semua ke gaya hidup masing-masing. Dan “keberuntungan” mendapatkan gaji di atas UMR di kota gudeg ini.
Penulis: Muhamad Iqbal Haqiqi Maramis
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA 7 Siasat Kelas Menengah agar Bisa Bertahan di 2025 dan catatan menarik lainnya di rubrik ESAI.