Emak-emak Gelantungan di MRT dari Kacamata SJW sampai Inferiority Complex - Mojok.co
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Logo Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Beranda Esai

Emak-emak Gelantungan di MRT dari Kacamata SJW sampai Inferiority Complex

Nurhidayah oleh Nurhidayah
27 Maret 2019
0
A A
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Soal kelakuan emak-emak yang gelantungan di MRT, polarisasi terjadi lagi. Ada SJW yang malu luar biasa sebagai orang Indonesia, ada juga yang memaklumi.

“Malu aku jadi orang Indonesia!” kata seorang teman SMA di status facebooknya.

Sekilas, saya mengira ia sedang menulis ulang judul buku Taufik Ismail. Padahal setahu saya, ia tidak suka dengan penulis itu. Dua kali kilas, rupa-rupanya ia sedang meriuhkan perdebatan online seputar kelakuan emak-emak penumpang Mass Rapid Transportation (MRT). Media-media pun belakangan sudah menggembor-gemborkan keramaian tersebut.

Mau tak mau saya yang suka telat update pun turut mengikuti pro kontranya. Dan dari pengamatan sementara, saya ingin bilang, “Luar biasa.”

Tak disangka bahwa emak-emak berhijab yang gelantungan atau ibu-ibu yang plesir sambil makan di stasiun MRT itu bisa menggegerkan jagat persosmedan.

Teman saya itu menekankan lagi rasa malunya di kolom komentar.

Baca Juga:

Perasan Ketar-ketir: Sebuah Uneg-uneg dari Emak-emak yang Baru Punya Anak MOJOK.CO

Perasaan Ketar-ketir: Sebuah Uneg-uneg dari Emak-emak yang Baru Punya Anak

19 Februari 2023
rute mrt mojok.co

Rute dan Harga Tiket MRT Jakarta Terbaru, Cek sebelum Berangkat!

9 Januari 2023

Katanya, “Bandingin deh kelakuan orang Indonesia sama orang dari negara maju. Gimana caranya negara ini bisa maju kalau kelakuan warganya kayak begini?” Komentar itu ditambahi dengan emotikon nangis bombay dan marah.

Saya ingin membalas komentar tersebut, “Anu, jangan salah, banyak lho orang dari negara maju yang tak punya etika sama sekali. Tapi negaranya tetap maju tuh. Amerika malah pernah seenaknya ngebom sama perang. Tapi tetap maju negaranya.”

Cuma, saya urungkan jawaban itu karena rasanya kok terlalu OOT (out of topic). Saya tahu bahwa inti yang ingin dia sampaikan adalah kondisi bahwa ia sedang merasa malu dengan kelakuan orang senegaranya. Super duper malu.

Untuk beberapa saat saya heran sendiri kenapa saya tidak merasakan kedalaman perasaan malu yang sama.

Apa saya ini kurang nasionalis? Kurang patriotik? Kurang bermental maju? Kurang berkeadilan? Kurang terpelajar? Atau saya ini kurang beradab? Saya kok… biasa aja ya?

Alasan saya merasa biasa sebetulnya sangat sederhana. Begini lho, menurut saya yang namanya masalah etika adalah sesuatu yang bukan runtuh dari langit. Bukan given. Etika adalah sesuatu yang perlu diajarkan.

Sama kok dengan etika kita saat melakukan kebiasaan lainnya. Etika saat bertamu, etika saat ke rumah ibadah, etika saat makan, etika saat bicara dengan orang tua, dan lain sebagainya adalah hal yang perlu diajarkan.

Seorang anak tidak lahir lalu tumbuh dengan satu set etika sempurna. Dan pengajaran etika ini berbeda antar satu daerah dengan daerah lainnya. Tergantung budayanya. Jadi sifatnya pun kadangkala tidak mutlak.

Etika orang Indonesia saat ke rumah ibadah, misalnya, bisa dibilang sudah baik. Jauh “kelasnya” dibanding beberapa bule dari negara sekuler. Terus, apa si bule perlu malu luar biasa ketika etikanya lebih rendah dari orang Indonesia saat ke tempat ibadah? Kan tidak.

Asalkan tidak sampai seperti Logan Paul yang melewati batas (masalah menghormati orang mati itu kan universal ya toh?), saya kira masih bisa dimaklumi.

Yang menurut saya penting dan bermanfaat adalah mendukung pemerintah untuk mengajarkan bagaimana etika yang tepat di MRT. Tak usahlah sampai ngatain emak-emak itu “monyet” dan “terbelakang”. Wajar kok mereka tidak paham sebetulnya.

Lah wong punya MRT pun baru sekali ini. Belum lagi media juga menggembar-gemborkan bahwa kehadiran MRT ini adalah capaian besar buat Indonesia. Makanya rakyat pun jadi ikut antusias luar biasa.

Kalau saat ini fenomenanya menunjukkan masyarakat kita ini tak paham etika di MRT, ya sekali lagi, kita bisa menuntut pemerintah mengajarkannya. Kalau kelak masih bandel setelah diajari ya denda. Dikatain pun wajar kalau sudah diajarkan masih membandel. Tapi kalau belum diajari ya jangan dikata-katain dulu.

Ealah, ketika memberikan komentar itu, ada teman yang berkata, “Duh kamu kok jadi kayak SJW-SJW itu!”

Eits? Maksudnya “SJW itu” SJW yang mana, ya?

Dari situ, teman saya kemudian mengarahkan saya ke postingan orang yang dianggapnya SJW. Sebab postingan tersebut dianggapnya membela kelakuan emak-emak yang gelantungan di MRT.

Beberapa akun yang dia sebut SJW ada juga yang membenarkan kelakuan itu karena pengguna MRT diasumsikan dari kelas sosial bawah. Sedangkan penghujatnya dari kelas menengah dan atas yang mengagumi perilaku pengguna MRT dari negara maju yang pernah mereka kunjungi.

Whoa. Saya jadi bingung. Saya kira, kelakuan SJW lebih tepat ditujukan buat si penghujat kelakuan warga MRT yang dianggap norak. SJW kan Social Justice Warrior. Sepemahaman saya mereka ini bertindak bagai penegak keadilan dan kebenaran.

Oleh karena itu, mereka mendapatkan julukan slur “SJW”. Dalam kasus ini, mereka yang mencoba menegakkan “kebenaran” cara beretika di MRT, saya kira cocok dengan istilah SJW.

Kok aneh jadi kebolak-balik gini ya? Atau saya yang salah?

Terus kalau mereka itu bukan SJW, lantas harusnya disebut apa? Penderita inferiority complex?

Bukannya apa-apa, cuma menurut saya, ada beberapa di antara mereka yang rasa malunya terlampau dalam. Siapa tahu, “dalamnya” rasa malu tersebut bersumber dari perasaan rendah diri karena standar negaranya jauh dari standar negara maju.

Bahkan, ada satu komentar yang sampai bilang bahwa, “Mendingan Indonesia dijajah Belanda saja.” Komentar itu pun mendapat banyak liker.

Saya jadi bertanya-tanya, apa mereka itu ingin merasakan sensasi geli-geli emosi ketika membaca plang “Verboden voor honden en inlander” alias “Dilarang masuk bagi anjing dan pribumi”? Asalkan MRT tertib, jadi inlander yang dipersamakan dengan anjing pun tak mengapa ya?

Ah, sudahlah. Saya cuma ingin berpesan bereaksi lah yang wajar aja. Fenomena seperti ini sungguh sangat bisa diperbaiki. Beberapa negara maju pun juga mengalami masalah serupa.

Kita sebagai masyarakat memang perlu menilai gelantungan di MRT dan sejenisnya itu salah. Tapi tak perlu menganggap ini sebagai masalah besar yang mengerikan sampai bikin sama-sama emosian.

Bangsa ini udah terpolarisasi dengan cebong dan kampret, bahkan udah nambah pro-golput dengan kontra-golput. Masa iya sekarang harus tambah lagi dengan yang beginian juga? Kayak pengangguran aja sih kita ini?

Terakhir diperbarui pada 26 Maret 2019 oleh

Tags: Emak-emakemak-emak gelantunganMRTSJWviral
Nurhidayah

Nurhidayah

Mahasiswa Pascasarjana, tinggal di Bantul.

Artikel Terkait

Perasan Ketar-ketir: Sebuah Uneg-uneg dari Emak-emak yang Baru Punya Anak MOJOK.CO
Uneg-uneg

Perasaan Ketar-ketir: Sebuah Uneg-uneg dari Emak-emak yang Baru Punya Anak

19 Februari 2023
rute mrt mojok.co
Kilas

Rute dan Harga Tiket MRT Jakarta Terbaru, Cek sebelum Berangkat!

9 Januari 2023
ibu negara dihina mojok.co
Hukum

Ini Respon Gibran Saat Ibu Negara Dihina

19 November 2022
komikus penghina ibu negara mojok.co
Hukum

Komikus yang Hina Ibu Negara Diduga Kerap Bermasalah

19 November 2022
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Lowongan Kerja Kuwi Akeh, Sing Niyat Kerja Tenanan Sing Ora

Lowongan Kerja Kuwi Akeh, Sing Niyat Kerja Tenanan Sing Ora

Tinggalkan Komentar


Terpopuler Sepekan

sekolah kedinasan mojok.co

10 Sekolah Kedinasan yang Paling Ramai dan Sepi Peminat

22 Maret 2023
Malas Pulang ke Rumah karena Bosan Ditanyain Soal Jodoh dan Pekerjaan

Emak-emak Gelantungan di MRT dari Kacamata SJW sampai Inferiority Complex

27 Maret 2019
Toyota Fortuner Membuat Saya Kesulitan Menahan Ego di Jalan Raya MOJOK.CO

Toyota Fortuner Membuat Saya Kesulitan Menahan Hawa Nafsu di Jalan Raya

18 Maret 2023
Tinggal di Pinggiran Kota Jogja Itu Nggak Enak, Rasanya Kayak Neraka dan Petaka MOJOK.CO

Tinggal di Pinggiran Kota Jogja Itu Nggak Enak, Rasanya Kayak Neraka dan Petaka

15 Maret 2023
Samsung Galaxy A Series Android Terbaik MOJOK.CO

Samsung Galaxy A Series: Seri Terbaik untuk Kelas Midrange Android

21 Maret 2023
Derita Mahasiswa yang Kampusnya Tutup Tiba-tiba: Mimpi Kami Punya Ijazah Musnah. MOJOK.CO

Derita Mahasiswa yang Kampusnya Tutup Tiba-tiba: Mimpi Kami Punya Ijazah Musnah 

23 Maret 2023
Honda Supra X 125 Tetap Juara di Pelosok Indonesia MOJOK.CO

Honda Supra X 125: Tetap Juara di Pelosok Indonesia

20 Maret 2023

Terbaru

Duduk perkara penutupan patung Bunda Maria di Kulon Progo. MOJOK.CO

Duduk Perkara Penutupan Patung Bunda Maria di Kulon Progo

24 Maret 2023
alan Sunyi Kiai Bonokeling di Banyumas yang Sengaja Dibuat Menjadi Misteri Abadi. MOJOK.CO

Jalan Sunyi Wangsa Bonokeling di Banyumas yang Sengaja Menjadikan Leluhur Sebagai Misteri Abadi

24 Maret 2023
sekolah kedinasan kemenhub mojok.co

5 Sekolah Kedinasan di Bawah Kemenhub yang Paling Favorit

24 Maret 2023
bola timnas israel mojok.co

Bola Pembawa Malapetaka

24 Maret 2023
mimpi basah mojok.co

Apakah Mimpi Basah di Siang Hari Membuat Puasa Batal?

24 Maret 2023
5.000 Mahasiswa UMY Berburu Takjil Gratis, Dianggarkan Rp125 Juta Setiap Hari. MOJOK.CO

5.000 Mahasiswa UMY Berburu Takjil Gratis, Dianggarkan Rp125 Juta Setiap Hari

24 Maret 2023
kritik feminis muslimah tentang perempuan sumber dosa utama

Muhasabah Muslimah Feminis: Kok Bisa, Perempuan Jadi Sumber Dosa Utama Laki-Laki?

24 Maret 2023

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
DMCA.com Protection Status

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Kanal Pemilu 2024
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-Uneg
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In