MOJOK.CO – Persaingan ketat membuat beberapa sekolah favorit di Jogja melahirkan orang-orang pintar dan kelak jadi orang sukses di kota ini.
Jika kamu adalah anak generasi 90-an yang kebetulan sempat bersekolah di Jogja, pasti sudah paham bahwa persaingan sekolah favorit hanya itu-itu saja. Dari sekolah yang itu-itu saja, sebagian besar dikuasai oleh sekolah negeri, khususnya SMP dan SMA.
Untuk TK dan SD di Jogja, masih menjadi perdebatan mana yang lebih bagus secara fasilitas. Apakah sekolah negeri atau swasta. Namun, jika kamu mau melihat secara acak saja, tampaknya khusus kedua level sekolah tersebut, swasta masih lebih layak diminati.
Padahal, seperti yang telah beredar di media sosial saat ini, sekolah swasta di Jogja sungguh-sungguh indah sekali biayanya. Tetapi, apa boleh bikin, secara fasilitas dan keamanan, tampaknya mereka memiliki benefit yang tidak didapatkan di sekolah negeri. Dan, sepertinya pula dari dulu sampai sekarang, pilihannya sama saja.
Nah, yang (barangkali) tidak diketahui oleh orang-orang masa kini, generasi 90-an sudah mengenal ciri-ciri calon orang sukses Jogja sejak level sekolahnya.
TK Budi Mulia, rebutan orang tua Jogja dan Sleman
Sebenarnya ini subjektif saja, sih, karena kebetulan saya alumni sana. Kebetulan pula, sekitar tahun 90-an belum begitu banyak TK swasta yang berdiri. Kalau negeri, sudah banyak.
Akhirnya, satu-satunya TK swasta yang menjadi rebutan banyak pihak adalah TK Budi Mulia. Saya tak begitu paham kenapa TK ini menjadi incaran sebagian besar masyarakat di Jogja, khususnya Sleman.
Barangkali karena letaknya strategis, yaitu dekat Ringroad utara. Atau, karena pemiliknya adalah “Bapak Reformasi Indonesia”, Amien Rais, yang kebetulan tempat tinggalnya hanya sepelemparan jambu dari TK Budi Mulia.
Nah, kalau sudah lulus dari TK Budi Mulia, lanjut ke mana? Tentu saja SD Muhammadiyah.
SD Muhammadiyah Sapen, UGM-nya SD
Suatu kali, saya pernah mendengar seorang guru di SD Muhammadiyah di Jogja berkata kira-kira begini ke wali murid.
“Sekolah di Jogja yang terkenal kualitasnya ada dua: Sapen dan UGM.”
Kalimat itu kemudian disambut dengan tepuk tangan meriah oleh wali murid.
Sepertinya, kalimat itu memang relevan dari dulu sampai sekarang. Dulu, SD Muhammadiyah Sapen seperti Manchester United era Sir Alex Ferguson. Tak mampu digeser oleh SD mana saja, baik swasta maupun negeri.
Toh, kalau swasta, sependek ingatan saya, kompetitornya justru dari saudaranya sendiri, yaitu SD Muhammadiyah Sokonandi dan SD Muhammadiyah Condongcatur. Ada 1 SD negeri yang sempat bersaing dengan mereka. Namanya SDN Percobaan 2, yang mana Duta Sheila on 7 adalah alumni sekolah tersebut.
Sekarang, meskipun telah hadir aneka kompetitor seperti SD Al Azhar, Olifant, Luqman Al Hakim, BIAS, Jogjakarta Montessori School, SD Muhammadiyah Sapen masih tidak tergoyahkan.
Buktinya, SD tersebut masih menjadi satu-satunya sekolah di Jogja yang, jika anak Anda mau sekolah di sana, harus masuk antrian pada tahun 2031. Tahun yang mana kapten timnas sepak bola Indonesia, Jay Idzes, akan berusia 31 tahun.
Nah, kalau sudah lulus dari SD Muhammadiyah Sapen, lanjut ke mana? Pilihannya ada 3 dan itu negeri semua: SMP 5, SMP 8, SMP 1.
Baca halaman selanjutnya: Mau sukses, mending sekolah di sini.