Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Corak Curhat

Kasih Sayang Ibu yang Terlalu Berlebihan dan Malah Bikin Risih

Agus Mulyadi oleh Agus Mulyadi
15 Februari 2020
A A
ibu
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Tanya

Dear, Mas Agus.

Langsung saja ya, saya nggak pandai berbasa-basi soalnya. Jadi begini, Mas. Dua bulan lalu, Bapak dan ibu saya baru saja pindah rumah. Mereka sekarang tinggal di Semarang, kota tempat saya dan adik saya kuliah. Ibu sama bapak saya katanya nggak kuat lama-lama pisah sama anak. Sebelumnya, mereka masih kuat, sebab yang kuliah cuma saya, tapi setelah adik saya juga ikut menyusul saya kuliah di Semarang, bapak dan ibu akhirnya jadi kesepian dan memutuskan untuk ikut pindah ke Semarang.

Kebetulan, bapak punya kawan di Semarang yang punya rumah nganggur dan tidak ditempati. Ia menawari bapak untuk menempatinya. Bapak langsung mengiyakan. Sementara rumah kami di Purworejo kini dijadikan tempat tinggal karyawan-karyawan bapak (Bapak saya punya usaha pembuatan karton kemasan, karyawannya ada 5 orang).

Seminggu sekali bapak balik ke Purworejo untuk “tilik omah” sambil ngurus bisnis karton-nya. Beruntung, bisnis karton punya bapak sudah bisa jalan auto pilot, jadi bapak bisa leluasa ikut ke Semarang sambil mencoba membuka jalur bisnis baru di sini.

Karena bapak dan ibu tinggal di rumah, maka saya dan adik saya otomatis harus berhenti ngekos dan tinggal bersama mereka sebab tujuan mereka pindah ke Semarang kan memang karena ingin bareng sama saya dan adik. Maklum, orangtua saya, utamanya ibu, memang tipikal orangtua yang sangat gemati sama anak. Nggak bisa jauh-jauh sama anak. Selalu punya keinginan untuk bisa nyrateni dan merawat anak-anaknya, tak peduli dua anaknya ini sudah segedhe gaban.

Nah, di sinilah masalahnya.

Rasa sayang Ibu pada saya dan adik saya, pada titik tertentu ternyata bikin saya agak risih.

Banyak kawan kampus saya yang sering main ke rumah, sebab memang rumah baru kami ini dekat sekali dengan kampus. Sialnya, rasa sayang Ibu saya ini sering sekali ia tunjukkan pada saya saat ada teman-teman saya.

Misal, saat saya sedang nonkrong di beranda sambil gitaran sama temen-temen, ibu saya mendadak teriak dari belakang, nyuruh saya mandi, katanya sudah dimasakin air. Trus saya disuruh makan, katanya sudah dibikinin indomie.

Kali lain, Ibu saya malah pernah menyuruh saya minum vitamin, “Dan, jangan lupa mimik vitamin dulu.” Ya, ibu saya bilang “mimik”, bukan minum. Kata yang artinya adalah minum tapi biasanya ditujukan untuk anak kecil. 

Tiap kali temen-temen saya yang denger itu tentu saja langsung meledek saya. “Cieee, anak Mami…”

Sejak masih di Purworejo, ibu memang sudah sering begitu, tapi saat di Purworejo, saya tidak terganggu, sebab tidak ada temen-temen saya yang tahu. Tapi kalau sekarang, tentu beda, sebab teman-teman saya hampir tiap akhir pekan selalu mampir ke rumah.

Saya sudah bilang hal ini sama ibu saya, tapi dia seakan tak peduli.

Nah, menurut Mas Agus, gimana ya caranya agar Ibu saya bisa menghentikan kebiasaan lebay-nya dalam menyayango anak-anaknya.

Iklan

~Dani

 

Jawab

Dear Dani. Saya sebenarnya bisa berbasa-basi, tapi saat ini sedang malas saja. Jadi langsung saja ya.

Begini, setiap orangtua punya caranya sendiri dalam menyayangi anak-anaknya. Ada yang menyayangi anaknya dengan cara memperlakukannya dengan keras, tidak memanjakan, semata agar anaknya kelak bisa tumbuh menjadi anak yang kuat dan tegar. Pun ada juga orangtua yang memperlakukan anaknya dengan kasih sayang yang sangat lembut, melayani anaknya layaknya sang raja, tujuannya semata agar anaknya bisa mendapatkan kehidupan yang baik dan nyaman.

Dua cara di atas tampak berlawanan, namun pada dasarnya, punya fondasi tujuan yang sama.

Nah, dalam hal ini, Ibu Anda tampaknya memilih cara yang lembut, terlalu lembut malahan. Itu cara yang dipilih oleh Anda. Ibu Anda nyaman menyayangi Anda dengan cara seperti itu. Dengan cara melayani. Memastikan semua kebutuhan anaknya tercukupi dengan baik.

Bagi banyak anak, sikap ini memang tampak lebay. Tapi tentu saja tidak di mata si orangtua. Orangtua selalu punya standar sendiri dalam menyalurkan kasih sayangnya.

Saya jadi ingat, dulu saat masih SMP, saya pernah tertabrak motor di perempatan dekat sekolah saya. Tidak ada luka yang serius, bahkan sekedar lecet pun nihil. Kaki saya hanya terkilir, agak sakit sedikit kalau buat jalan. Saya kemudian dibawa ke tukang pijet.

Baru sak-udutan saya dipijet, emak saya datang sambil nangis sejadi-jadinya. Emak saya sudah diberi tahu sama tukang pijetnya kalau saya hanya terkilir, namun emak saya tetep saja nangis, seolah-olah saya luka parah dan harus diamputasi besok pagi. Sumpah, emak saya lebay banget waktu itu. Saya agak sebel dengan sikap berlebihan emak saya. Risih rasanya. Tapi belakangan saya sadar, bahwa mungkin itu adalah salah satu bentuk kasih sayang dan kekhawatiran seorang emak kepada saya. Kasih sayang dan kekhawatiran akan anak yang sering kali mengacaukan logika para ibu.

Saya pikir, hal itu pula yang harus Anda pahami.

Dalam kasus Anda, saya justru ingin bertanya satu hal penting. Dengan sikap Ibu Anda yang seperti itu, kenapa dulu Anda tidak merasa bermasalah akan hal itu saat masih tinggal di Purworejo, sedangkan sekarang Anda merasa itu adalah masalah yang serius?

Karena ada teman-teman Anda bukan? Nah, sepenting apa teman-teman Anda sampai Anda merasa harus mengubah sikap ibu Anda hanya demi memperbaiki penilaian teman-teman terhadap Anda.

Saya pikir, Anda harus lebih memperhatikan perasaan Ibu Anda ketimbang sekadar apa kata teman-teman Anda.

Jangan bikin Ibu Anda sampai harus mengubah caranya dalam menyayangi Anda hanya karena ejekan teman-teman Anda.

Biarkan Ibu Anda tetap melayani Anaknya. Barangkali, dengan itulah satu-satunya kebahagiaan batin bisa ia dapatkan.

Nggak ada salahnya kok dimasakin air buat mandi. Nggak ada salahnya dibikinin Indomie. Nggak ada salahnya disuruh minum vitamin. Yang salah itu kalau sama sekali tidak diperhatikan.

Begitu, Dani. Ini jawaban yang tidak menjawab pertanyaan Anda. Tapi saya harap, Anda punya cara pandang baru dalam melihat kasih sayang Ibu Anda.

Terakhir diperbarui pada 15 Februari 2020 oleh

Tags: ibumanja
Agus Mulyadi

Agus Mulyadi

Blogger, penulis partikelir, dan juragan di @akalbuku. Host di program #MojokMentok.

Artikel Terkait

Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta (UNJ) nyaris drop out usai ibu tiada. MOJOK.CO
Ragam

Sibuk Skripsian sampai Abaikan Telpon Ibu dan Jarang Pulang, Berujung Sesal Ketika Ibu Meninggal

14 November 2025
Suara ibu di telepon bikin hati lapang hadapi kerasnya perantauan MOJOK.CO
Ragam

Suara Ibu di Telepon Selalu bikin Tenang usai Hadapi Hal-hal Buruk dan Menyakitkan di Perantauan

22 Oktober 2025
Rumah Setelah Ibu Meninggal MOJOK.CO
Malam Jumat

Setelah Ibu Meninggal

2 Januari 2025
ibu di upn jogja.MOJOK.CO
Catatan

Di Trotoar Dekat UPN Jogja, Seorang Ibu Setia Menanti Anak Lelakinya yang Hilang Sejak 13 Tahun Silam

20 Maret 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
musik rock, jogjarockarta.MOJOK.CO

JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan

5 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.