ADVERTISEMENT
Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Corak Cipox

Anak Rambat yang Ingin Tahu Bagaimana Cara Membuat Anak

Arienal Aji Prasetyo oleh Arienal Aji Prasetyo
25 Maret 2018
0
A A
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

Waktu sungguh berjalan begitu cepat bagi Rambat dan Ratih. Tak terasa, usia pernikahan mereka berdua sudah lebih dari 15 tahun. Prayit, anak pertama mereka kini sudah mulai besar. Sudah kelas 1 SMP.

Dasar Rambat dan Ratih memang manusia cerdas, tak heran jika kecerdasan keduanya itu pun menurun jua kepada Prayit. Menurut pengakuan Bu Lastri, selaku guru sekaligus wali murid Prayit di sekolah, Prayit dikenal sebagai anak yang pandai dan aktif di kelas.

Pengakuan Bu Lastri itu diutarakannya ketika ia tak sengaja bertemu dengan Ratih saat berbelanja di salah satu swalayan. Kala itu Ratih memang sedang berbelanja popok untuk anak keduanya, alias adik Prayit yang baru berusia beberapa bulan.

Ratih merasa bangga sekaligus malu ketika Bu Lastri memuji anak kesayangannya itu. Maklum, menurut Ratih, Prayit adalah anak yang tak pernah mau belajar ketika di rumah. Ia lebih sering main di kebun atau memancing ikan di sungai dekat sawah desa.

“Wah, saya kira Prayit sering belajar di rumah, lho, Bu,” tukas Bu Lastri.

“Ah, tidak. Anak itu memang bandel sekali kalau di rumah. Tapi, syukurlah jika ia rajin di kelas. Terima kasih, lho, Bu, di tangan Ibu, Prayit bisa jadi anak yang rajin” kata Ratih.

***

Esok hari, seperti Senin pada umumnya, semua murid dan guru melaksanakan upacara bendera. Prayit berada di barisan paling depan bersama kawan-kawan sekelasnya.

Usai upacara, semua murid bersiap di kelas, untuk mendapatkan pelajaran. Terlihat Bu Lastri yang baru keluar dari ruang guru dan menuju ruang kelas satu yang berada di paling pojok.

Prayit sebagai ketua kelas memimpin kawan-kawannya untuk bersiap memberikan salam dan hormat kepada Bu Lastri. Bu Lastri membalas salam yang diucapkan murid-muridnya, lalu ia duduk.

Pelajaran pertama pagi itu adalah Biologi. Bu Lastri menjelaskan tentang cara berkembang biak hewan-hewan yang ada di sekitar kita.

“Anak-anak, dari buku panduan yang sudah kalian baca, ikan berkembang biak dengan cara apa?” tanya Bu Lastri.

“Bertelur, Bu….”

“Kalau sapi?”

“Melahirkan, Bu….”

“Mantap. Ada yang masih belum paham?” tanya Bu Lastri

Prayit yang sedari tadi memendam pertanyaan seputar perkembangbiakan tak urung langsung mengangkat tangan.

Mata Bu Lastri langsung tertuju pada sosok murid kesayangannya itu. “Iya, Prayit, ada yang masih belum kamu pahami?”

“Bu, kenapa saya bisa punya adik? Dan kapan bapak ibu saya membuat adik saya? Bagaimana caranya?”

Pertanyaan tersebut tentu saja membuat Bu Lastri tercekat. Ia bingung bagaimana harus menjelaskannya. Bagaimanapun, itu adalah pertanyaan yang cukup kontekstual dengan tema bahasan mata pelajaran, tapi di satu sisi, agak canggung untuk diterangkan.

Bu Lastri kehabisan akal untuk menjawabnya. Untuk cari aman, Bu Lastri hanya menjawab sekenanya. “Ehmm, nanti tanyakan saja langsung pada bapakmu, ya, Yit”.

Jawaban itu sama sekali tak membuat Prayit puas. Tapi, ia tetap melaksanakan apa yang disuruh oleh gurunya itu. Sepulang sekolah, ia bertanya pada bapaknya, Rambat, yang sedang mengambil telur ayam di belakang rumah.

“Bapak, bagaimana bapak dan ibu membuat adik?”

Rambat yang sedang memindahkan telur lantas kaget dengan pertanyaan anaknya yang begitu agresif ini. “Hussshhh, sana main. Bapak lagi sibuk. Kalau telurnya pecah bagaimana? Ibumu kepengin masak telur orak-arik. Sudah, main saja sana.”

Lagi-lagi Prayit tak menemui jawaban yang memuaskan. Apa yang salah dari pertanyaanku? gumam Prayit dalam hati.

Pada akhirnya, insting keingintahuan Prayit membawanya kepada Lik Darwo. Lik Darwo adalah orang yang sering mengajak Prayit memancing di sungai dekat sawah.

Lik Darwo yang kala itu sedang duduk di teras rumah agak kaget juga ketika Prayit dengan wajah serius penuh tanya datang menemuinya.

“Kenapa kamu, Yit?”

“Lik, aku ini penasaran, kok bapak ibuku bisa bikin adikku? Caranya gimana, ya?” tanya Prayit dengan muka penuh raut penasaran.

Lik Darwo yang biasanya ceplas-ceplos pun kini agak kebingungan untuk menjawab pertanyaan Rambat.

“Husssh, anak kecil nggak boleh tanya seperti itu. Paham?”

“Tapi aku penasaran, Lik….”

Lik Darwo kebingungan. Ia berpikir sangat keras untuk bisa menjawab pertanyaan si bedhes cilik ini dengan jawaban yang diplomatis, namun juga memuaskan.  Hasil pemikirannya akhirnya berbuah jawaban yang lumayan jitu.

“Jadi gini, Yit. Bapakmu kan punya tongkat. Ibarat orang menanam jagung, tongkat itu ditancapkan ke dalam lubang, agar lubang itu bisa dimasuki benih.”

Penjelasan Lik Darwo rupanya belum mengentaskan benar rasa penasaran Prayit. “Lubang apa, Lik?” Rambat lanjut bertanya.

“Ya, lubang yang bisa dimasukin benih. Wis, Yit. Aku bingung. Tanya bapakmu saja sana!” jawab Lik Darwo menyerah.

Prayit kembali kecewa. Ternyata, melalui Lik Darwo pun ia tak mendapatkan jawaban yang memuaskan. Prayit pun akhirnya pulang ke rumah. Di tengah perjalanan, tanpa sengaja ia melihat Pak Sondeng yang sedang mengawinkan kambing miliknya.

“Lagi ngapain, Pak Sondeng?” tanya Prayit.

“Biasa, Yit, lagi ngawinin kambing biar bisa beranak.”

Demi mendengar jawaban Pak Sondeng, Prayit pun langsung mendapatkan pencerahan yang begitu terang.

Rasa ingin tahu yang selama ini terpendam sangat dalam akhirnya mendapatkan jawaban juga. Oalah, ternyata begitu tho cara menancapkan tongkat ke lubang” batin Prayit. Kapan-kapan aku harus mencobanya sendiri.

***

Keesokan paginya, Prayit sudah mandi dan ia memberanikan diri untuk mengobrol dengan bapaknya. “Bapak, aku sekarang tahu bagaimana cara bapak bisa membuat adik. Bapak punya tongkat, kan? Terus tongkat itu dimasukin ke lubang, biar bisa ditanam benih. Benar, kan, Pak? Aku sudah tahu caranya!” katanya mantap.

Belum juga Rambat menjawab pertanyaan Prayit, tiba-tiba terdengar teriakan Ratih dari belakang rumah.

“Pak, ini pantat ayam kita kok berdarah?”

Terakhir diperbarui pada 25 Maret 2018 oleh

Tags: cara membuat anakcerita lucupertanyaan anak
Iklan
Arienal Aji Prasetyo

Arienal Aji Prasetyo

Artikel Terkait

3 Cerita Lucu Tentang Kawan yang Semoga Bisa Menjadi Suplemen Penguat Imun agus mulyadi mojok.co
Pojokan

3 Cerita Lucu Tentang Kawan yang Semoga Bisa Menjadi Suplemen Penguat Imun

5 Juli 2021
Mengagumi Pertanyaan Absurd Anak Kecil- Dari Bulan Sang Stalker sampai Tuhan Tukang Hacker
Esai

Mengagumi Pertanyaan Absurd Anak Kecil: Dari Bulan Sang Stalker sampai Tuhan Tukang Hacker

7 Mei 2020
cara membedakan genre film dengan menggunakan analogi ular mojok.co
Pojokan

Mengenal Beragam Genre Film dengan Analogi Ular

22 November 2019
seni menjadi guru riyan putra setiyawan guru sd desa bodeh randublatung blora cerita guru pengalaman guru cerita lucu siswa cerita lucu guru sd
Esai

Menjadi Guru di Pelosok: Sedikit Lucu, Banyak Nggaplekinya

29 Oktober 2019
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
belanja di luar rencana distraksi saat belanja kebiasaan perempuan pengin apa belinya apa mojok.co

Berangkat untuk Beli Pisang, Pulangnya Bawa Gayung: Kenapa Ibu-Ibu Suka Belanja di Luar Rencana?

Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Modal uang Rp3 ribu bisa naik kereta api dari Surabaya hingga Jakarta MOJOK.CO

Pengalaman Nekat dan Penuh Siasat Naik Kereta Api, Modal Rp3 Ribu buat ke Berbagai Kota Tanpa Diusir

21 Mei 2025
Mahasiswa UIN Jogja, UIN Sunan Kalijaga.MOJOK.CO

Derita Jadi Mahasiswa UIN Jogja: Dianggap Tahu Segalanya oleh Warga Desa, Disuruh Ruqyah sampai Melacak Uang Hilang, padahal di Kampus Belajar Matematika

21 Mei 2025
Kebayoran Baru Jakarta Selatan, merantau ke Jakarta.MOJOK.CO

Nekat Merantau ke Jakarta Bermodal Ijazah S1 Malah Berakhir Apes, Tinggal di Kos Sempit dan Berakhir Jadi Tukang Parkir Blok M

19 Mei 2025
3 gen z salurkan ribuan orang ke lapangan kerja impian melalui startup pendidikan dibimbing.id MOJOK.CO

3 Gen Z Salurkan Ribuan Orang ke Pekerjaan Impian Lewat Startup Pendidikan, Masuk Forbes 30 Under 30

21 Mei 2025
Alumnus Institut Pertanian Bogor (IPB), Rico Juni Artanto. MOJOK.CO

Kedermawanan Alumni IPB bikin Asrama Gratis untuk Mahasiswa Kurang Mampu

16 Mei 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.