Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Balbalan

Menyelidik @mafiawasit, Melepas Vlado, Mendukung PSIM

Yamadipati Seno oleh Yamadipati Seno
14 Juli 2019
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Pelatih PSIM Yogyakarta, Vlado, menyatakan akan mundur setelah melawan PSBS Biak. Hanya kepada @mafiawasit kita bisa bertanya mengapa?

Kita tahu kalau pertandingan antara PSIM Yogyakarta melawan PSBS bukan sekadar 90 menit laga. Lanjutan Liga 2 ini menjadi titik balik kedua bagi Laskar Mataram. Setelah “salin muka” di awal musim, PSIM akan melewati titik bali kedua, ketika pelatih mereka, Vlado, menjadikan laga ini sebagai laga perpisahan. Entah titik balik seperti apa yang menanti Parang Biru.

Mundurnya Vlado seperti menjadi kesimpulan sementara dari “konflik” pelatih PSIM. Saya beri tanda petik ganda sebagai penekanan, karena saya gagal menemukan kata yang cocok untuk menggambarkan situasi ini.

Mantan pemain Persib Bandung dan Bhayangkara FC itu diharapkan bisa menjadi pengawal revolusi Laskar Mataram setelah Pak Bambang Susanto menjadi CEO. Targetnya tidak main-main, promosi ke Liga 1. Maka, mulai dari branding ulang, perbaikan beberapa sarana, dan merombak skuat pun dilakukan.

Beberapa nama tenar didatangkan. Dua nama yang menyita perhatian tentu saja Christian Gonzales yang sukses membawa PSS Sleman promosi musim lalu dan Raphael Maitimo, pemain veteran di Liga 1. Untuk posisi pelatih, Coach Erwan Hendarwanto, pelatih legendaris yang membawa PSIM selamat dari posisi minus 9 poin di awal musim digantikan Vlado.

Pergantian ini bisa dimaklumi karena dua hal. Pertama, sebagai bagian dari branding ulang dan revolusi, lumrah manajemen baru membawa “visi” dalam bentuk pelatih. Kedua, Coach Erwan memang belum punya lisensi yang dibutuhkan untuk memimpin tim di Liga 2. Musim lalu, Laskar Mataram menggunakan jasa Pak Bona Simanjuntak sebagai pelatih dan Coach Erwan sebagai “asisten”.

Kritik keras untuk Vlado

Selebihnya kita tahu bagaimana “PSIM wajah baru” ini tampil di atas lapangan. Vlado dikritik keras. Dianggap mengubah wajah tim yang bisa menunjukkan cara bermain modern. Pun ketika Vlado berdalih tidak pernah menginstruksikan pemain untuk bermain bola jauh sementara fakta di atas lapangan berkata lain, kekesalan suporter semakin naik.

Apalagi ketika Vlado menegaskan tidak masalah bermain buruk, asal menang. Kalimat yang menjadi terasa begitu getir ketika diucapkan sebelum melawan Persik Kediri. Di akhir laga, PSIM kalah dengan skor 1-2. Dan mereka bermain buruk.

Gelombang protes semakin deras. Media sosial Vlado diserbu fans yang tak puas. Sebuah reaksi yang wajar jika kamu mengikuti lekat-lekat PSIM dari dua musim ke belakang. Di mana mereka bisa bermain begitu modern. Tak hanya enak ditonton, Laskar Mataram juga menang. Sampai mereka mencatatkan rekor tak kalah di kandang selama 3 tahun sebelum dipatahkan oleh Vlado.

Kesabaran pelatih debutan berusia 36 tahun itu mungkin sudah sampai pada puncaknya. Vlado akhirnya memilih untuk mundur. Keputusan itu disambut dengan nada yang terasa datar. Sebuah respons dari suporter yang saya kira menarik.

Kenapa menarik? Karena berarti suporter paham bahwa saat ini bukan saatnya merayakan lengsernya Vlado. Saat ini justru titik balik, momen penting dalam usaha PSIM naik ke Liga 1. Pergantian pelatih pasti berisiko. Ya adaptasi, ya mental yang pasti menurun. Namun, bisa juga mental pemain terkatrol dan bisa bermain lebih nyaman.

Di tengah arus kemunduran Vlado, ada satu akun yang kita tahu betul punya cerita-cerita di belakang layar yang tak banyak suporter ketahui. Ia adalah @mafiawasit, akun anonim kesayangan ummat balbalan lokal.

Saya kurang paham bagaimana perasaan suporter PSIM ketika membawa tiga twit @mafiawasit ketika riuh rendah kemunduran Vlado ramai di media sosial. Namun, bagi saya, ini convo twit yang menarik. Silakan disimak:

Biasanya kalau seorang “profesional” apalagi bukan putra daerah datang utk memperbaiki klub yang terbiasa dikelola secara tradisional dimana pengurusnya cuma bisa hidup di zona nyaman menghabiskan anggaran dari “donatur” akan dibikin ga betah oleh ORANG-ORANG KOLOT DI ASKOT/PROV.

— Komisi Wasit (@MafiaWasit) July 9, 2019

Iklan

Padahal diluar sana, manager atau bahkan CEO klub itu digaji dan ada kontraknya dengn Direktur Klub.

Kalau disini rebutan jadi Manager, terus diakhir kompetisi mengaku bahwa dia selama di klub ga pernah digaji justru mengeluarkan uang banyak.

Sing pekok kie jan Jane sopo?

— Komisi Wasit (@MafiaWasit) July 9, 2019

Kenapa menarik? Karena @mafiawasit memberi kita petunjuk soal manajemen sebuah klub yang tidak dikelola secara “modern” meruju istilah “kolot” di twit tersebut. Memang, @mafiawasit tidak secara eksplisit menyebut nama PSIM di tiga twit tersebut. Namun, membaca momen yang terjadi, saya kita kita tahu twit itu dialamatkan ke siapa.

Bagaimana manajemen PSIM bekerja?

Mungkin sudah banyak suporter yang tahu masalah ini, mungkin juga ada yang belum. Mencintai sebuah klub, salah satu bagian di dalamnya, adalah tahu betul kerja manajemen. Setidaknya visi dan cara pandang mereka terhadap masa depan klub. Apakah kalian tidak penasaran dengan latar belakang twit tersebut? Saya sih penasaran.

Sebagai suporter paruh waktu yang lahir dan tumbuh besar di samping Stadion Mandala Krida, setidaknya saya ingin tahu masa lalu klub ini sebelum diambil alih Pak Bambang. Kamu tahu, mendukung sebuah klub bukan hanya rutin datang ke stadion. Menulis, memikirkan apa yang sedang terjadi, saya kira juga sebuah bentuk dukungan. Maafkan saya kalau kalimat itu terdengar egois dan menipiskan arti “nyetadion”.

Nah, ada satu lagi twit @mafiawasit yang menggelitik rasa penasaran saya. Begini bunyinya:

Pokoknya #SavePSIM

Klub ini boleh dijuluki Klub Tradisional, tetapi sangat disayangkan kalau harus kembali dikelola secara tradisional lagi oleh orang-orang kolot tersebut.

Jangan sampai klub ini kelak ikut-ikutan Persiba MBantul yang bentar lagi punah digerus industri 4.0

— Komisi Wasit (@MafiaWasit) July 9, 2019

“…tetapi sangat disayangkan kalau harus kembali dikelola secara tradisional lagi oleh orang-orang kolot tersebut.” Bagian ini, bagi saya, terasa mengkawatirkan. Mengapa?

Ada salah satu akun yang protes kepada @mafiawasit. Ia bilang kalau yang dikritik adalah Vlado, atas penampilan tim di atas lapangan, bukan kepada manajemen. Terlepas dari cara menyampaikannya, kritikan kepada @mafiawasit itu punya dasar logika.

Saya yakin kalau @mafiawasit tidak pernah ngetwit tanpa konteks yang jelas. Mungkin tidak disampaikan secara langsung saja. Nah, yang saya khawatirkan adalah mundurnya Vlado itu juga bisa dibaca sebagai tamparan yang terlalu keras untuk Pak Bambang. Bahkan Pak Bambang sendiri pernah secara langsung menulis sebuah pernyataan untuk mengajak semua suporter mendukung secara penuh, bukan hanya mengkritik.

Pelatih bisa berganti, dan efeknya mungkin jangka pendek. Namun, pergantian CEO, di awal musim, bisa berdampak panjang. Oleh sebab itu, saya ingin menegaskan kalau kritikan kepada Vlado itu punya konteks yang jernih dan bukan serangan kepada manajemen secara langsung. Saya kira dua hal itu bisa dibedakan.

Apakah kegelisahan saya ini berlebihan dan tanpa dasar? Saya justru berharap begitu karena kemarahan kepada satu person, tidak mengurangi kecintaan kepada klub. Cinta kepada PSIM tetap utuh, meski banyak suporter menyampaikan kritikan dengan cara yang mungkin kurang berkenan di hati beberapa orang. Namun, sekali lagi, ujungnya adalah cinta kepada PSIM.

Oleh sebab itu, pada akhirnya, saya memberi panggung kepada @mafiawasit untuk melakukan dua hal. Pertama, seperti apa sih PSIM zaman “kolot” dulu dijalankan? Saya yakin banyak suporter yang belum tahu. Kedua, apakah memang twit terakhir, twit peringatan itu, merupakan petunjuk adanya korelasi mundurnya Vlado dengan kegerahan manajemen?

Jawaban bisa disampaikan di kolom komentar, atau kirim tulisan ke [email protected] pun boleh. Bagi pembaca, silakan bantu tulisan ini sampai di gadget @mafiawasit yang canggih dan andal itu. Supaya semuanya menjadi terang dan tenang mendukung PSIM.

Matur nuwun.

Terakhir diperbarui pada 14 Juli 2019 oleh

Tags: liga 2mafia wasitpsimvlado
Yamadipati Seno

Yamadipati Seno

Redaktur Mojok. Koki di @arsenalskitchen.

Artikel Terkait

PSIM Jogja Aku Yakin dengan Kamu MOJOK.CO
Esai

PSIM Jogja: Aku Yakin dengan Kamu

18 Februari 2025
Mie Ayam Pak Sarmintul Bikin Senyum Persiba Bantul MOJOK.CO
Esai

Kerja Sama yang Melahirkan Senyum bagi Sepak Bola Jogja ketika Mie Ayam Pak Sarmintul Resmi Menjadi Sponsor Persiba Bantul

14 April 2024
Liga 3 Faktanya, Liga Malaysia Jauh Meninggalkan Kita MOJOK.CO
Esai

Memaksimalkan Liga 3 Sebagai Cara untuk Mengejar Ketertinggalan dari Sepak Bola Malaysia

11 September 2023
Sejarah Stadion Kridosono, Eks Markas PSIM Yogyakarta yang Terancam Punah MOJOK.CO
Memori

Sejarah Stadion Kridosono, Eks Markas PSIM Yogyakarta yang Terancam Punah

4 September 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.