MOJOK.CO – Keberhasilan PSIM Jogja promosi ke Liga 1 setelah menanti selama 18 tahun bukan sekadar prestasi. Ini adalah perayaan akan kesetiaan dan cinta!
Jogja 18 Februari 2025 sedang dingin setelah seharian hujan mengguyur. Genangan air di atas aspal berkilap tersiram cahaya lampu jalanan. Biasanya, suasana ini terasa romantis dan syahdu. Tapi Jogja tidak sendu. Ia gumregah, berkobar api semangat suka cita. Semua karena satu: PSIM Jogja!
Ribuan orang merayakan PSIM Jogja. Tim warisane simbah sudah pasti melenggang ke Liga 1. Sepasti siang berganti malam. Sepasti hidup dan kematian.
Euforia ini sangat wajar. Ingar bingar ini perlu dimaklumi. Karena apa yang dirindukan warga Jogja selama 18 tahun jadi nyata. Saya sendiri larut dalam ekstase ini. Persetan dengan keruwetan sepak bola. Tidak perlu jadi pundit untuk mencintai PSIM. Yang penting satu: Aku Yakin dengan Kamu!
Gempa Jogja dan ISL
Saya yakin, sudah ratusan artikel membahas sejarah PSIM. Namun Anda wajib membaca ini lagi. Tak lain supaya Anda paham betapa euforia warga Jogja ini sangat layak.
Gempa 2006 adalah pukulan telak bagi PSIM. Tidak hanya karena kehilangan sanak saudara. Laskar Mataram memilih mundur dari divisi utama. Tapi PSSI tidak mendegradasi PSIM, dan 2007 mereka kembali merumput di divisi utama.
Lalu lahirlah Indonesia Super League (ISL) pada 2008. Divisi utama turun menjadi kasta kedua. Semenjak itu, PSIM tidak pernah bebas dari kasta ini. Hingga berubah nama menjadi Pegadaian Liga 2. PSIM ditinggal dua saudara Mataram: PSS Sleman dan Persis Solo.
Tapi seperti yang saya sampaikan, ini cuma sejarah. Karena realitas hari ini adalah PSIM Jogja naik kasta ke Liga 1! Ibarat BPKB motor, PSIM sudah selesai “sekolah di Pegadaian”. Sekarang waktunya pengajuan KUR di BRI.
Baca halaman selanjutnya: Mataram is love. And Mataram is blue!