Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Balbalan

Menculik PSS Sleman

Aksi Menculik PSS Sleman adalah usaha mencabut produk budaya dari identitas masyarakat. Lawan!

Yamadipati Seno oleh Yamadipati Seno
1 Oktober 2021
A A
Menculik PSS Sleman MOJOK.CO

Menculik PSS Sleman MOJOK.CO

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Menculik PSS Sleman adalah aksi yang perlu dilawan. Bukan Sleman fans saja, tapi semua suporter Indonesia yang mencintai klubnya sebagai bagian dari budaya luhur.

Saya punya istilah sendiri untuk klub-klub di Indonesia yang sudah melebur ke dalam budaya setempat. Saya menyebutnya “klub kultural”. Sebuah istilah untuk menegaskan bahwa mencabut klub tersebut dari liang budaya berarti mengilangkan eksistensi yang mewakili budaya itu sendiri.

Persib tidak mungkin dipisahkan dari Bandung. PSIM adalah representasi Kota Jogja, PSM akan selamanya mendengungkan ewako untuk Makassar, Persija adalah wajah Jakarta, Persis adalah lagu terbaik milik Solo, PPSM puncak kebahagiaan Magelang, dan PSS adalah kebanggaan Sleman.

Masih banyak klub kuktural lain sesuai porsi pemahaman masing-masing suporter. Intinya, mencabut klub ini dari liang budaya akan berujung petaka. Adalah sebuah tindak kriminal ketika entitas jahat menculik dan menghilangkan identitas budaya. Ini tidak boleh terjadi.

Ontran-ontran antara fans dan manajemen PSS Sleman berbelok ke arah yang tidak terduga. Jika direnungkan dengan akal sehat, tuntutan suporter itu sangat saderhana. Sleman fans jengah dengan sikap pelatih yang terus memainkan Arthur Irawan, yang oleh komentator dan ahlinya, sebagai kelemahan PSS Sleman.

Selain itu, Dejan Antonic, pelatih, dianggap tidak punya keragaman taktik. Tiga kekalahan dari lima laga membuat suporter jengah. Tuntutan mereka adalah mengganti pelatih. Titik. Tidak lebih. Namun, manajemen PSS Sleman merespons dengan sebuah kejutan yang sungguh aneh.

Adalah Dirut PSS Sleman, Pak Marco, yang justru menyerang balik suporter. Dia menegaskan bahwa direksi siap memecat Dejan. Namun, sebagai kompensasi, manajemen akan membawa pergi PSS dari Sleman. Sikap ini sudah kelewat batas. Pak Marco sudah melewati batas toleransi dari sebuah klub kultural.

Ucapan Pak Marco adalah wujud manusia yang lupa akan budaya dan sejarah. PSS Sleman bukan sekadar klub tarkam yang bisa diboyong ke tempat lain, berganti nama, dan beralih identitas. Yang ditunjukkan manajemen saat ini adalah mental bakul. Hanya keuntungan yang dipikirkan. Tidak ada wujud kecintaan untuk klub yang mereka asuh.

Satu hal yang luput dipahami manajemen adalah hubungan Sleman fans dengan PSS Sleman bukan sekadar suporter. Dua entitas ini adalah satu. Ada sejarah panjang di mana manajemen sekarang membuangnya begitu saja ke tempat sampah.

Brigata Curva Sud (BCS), misalnya. BCS adalah wadah komunitas suporter yang biasa memenuhi tribun warna kuning, tribun sebelah selatan Stadion Maguwoharjo, Sleman. Mereka yang bernapaskan ultras ini biasa menggunakan dress code hitam, dengan slogan “no leader, just together”,

BCS lahir dari gejolak situasi di tubuh suporter. Situasi yang pelik, mendorong beberapa anak muda untuk berkumpul dan membentuk sebuah wadah suporter mandiri. Ultras adalah identitas yang diusung, mendiami tribun selatan, dan mulai mendukung dengan cara berbeda.

BCS mendukung dengan cara unik mereka sendiri. Lewat manifesto yang mereka susun, kita bisa sedikit membedah isi hati wadah suporter yang pernah mendapat anugerah “ultras terbaik di Asia” menurut Copa90, mengalahkan suporter-suporter yan lebih tua seperti Urawa Boys (Jepang), Frente Tricolor (Korea Selatan), Boys of Straits (Malaysia), dan Bangal Brigade (India).

Ada 8 poin di dalam manifesto BCS, yaitu “no ticket, no game”, “Mandiri Menghidupi”, “No Politica”, “Still Solo”, “Awaydays”, “No Leader, Just Together”, “Sebatas Pagar Tribun”, dan “Ora Muntir”. Informasi lebih lengkap bisa Anda baca di sini.

Pada intinya, keberadaan BCS adalah mendorong klub terkasih, PSS Sleman, untuk maju ke arah yang lebih baik, ke arah yang lebih profesional. Semuanya dimulai dari hal yang kecil. Mulai dari membeli tiket resmi demi keuangan klub, tegas membuat jarak dengan politik, tidak berafiliasi dengan pihak mana pun kecuali PSS Sleman, membangun tradisi untuk tekun mendukung tim ketika tandang, dan tak gentar dengan segala kondisi.

Iklan

Daya tarik BCS menyebar begitu deras, merangkul banyak anak-anak muda. Terutama anak-anak muda yang Lelah dengan mendukung tim dengan “cara lama”. Misalnya, BCS tak pernah bernyanyi dengan nada-nada rasis atau menyelipkan ajakan membunuh di dalam lirik-lirik chant mereka. Cara-cara tersebut sudah usang, bebal, dan harus ditanggalkan.

BCS mendukung dengan koreo, giant flag, dan terutama: bernyanyi selama 90 menit penuh! Dengan begitu, tak ada kesempatan bagi anggota BCS untuk melemparkan barang-barang ilegal ke dalam lapangan karena sibuk bernyanyi dan menyelaraskan koregrafi.

BCS membiayai koreografi mereka dengan cara “patungan”. Cara sederhananya adalah menambahkan Rp1.000 ke dalam tiket khusus untuk BCS (tribun kuning). Sesuai slogan “no ticket, no game”, BCS bisa mandiri menghidupi, sekaligus mengajak semua suporter untuk tidak membeli tiket dari calo. Jadi, suporter diajak berkontribusi langsung untuk kesehatan keuangan klub.

Bicara BCS, juga bicara Curva Sud Shop (CSS). Toko merchandise ini lahir dari keprihatikan akan ketiadaan toko resmi PSS Sleman. CSS lahir dalam bentuk sebatas etalase kaca di depan ruko, hingga kini mampu menyewa ruko secara pribadi.

Uang hasil dodolan (berjualan) dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan. Salah satunya dengan yang disebut “royalti untuk klub”, yaitu sejumlah dana yang disetor untuk klub. Nilainya tak main-main. Gambarannya, di jersei PSS Sleman, sempat terpampang nama CSS. Bisa membayangkan berapa “nilai” yang dikeluarkan untuk bisa memasukkan nama merek ke dalam jersei pemain, kan?

Yang paling fenomenal adalah ketika CSS menjadi “sponsor kebugaran tim”. Berawal dari pemikiran bahwa klub profesional harus punya tenaga fisioterapis profesional, CSS menyumbang alat-alat kebugaran yang mendukung kerja Sigit Pramudya, fisioterapis PSS Sleman kala itu. Belum istimewa, namun Sigit menyebutnya sudah sangat cukup untuk ukuran klub profesional di Indonesia.

Lewat fakta di atas kita bisa tahu bahwa PSS Sleman mampu bertahan hidup, separuhnya, karena suporter. Fakta ini juga menegaskan bahwa sebuah klub tidak akan bisa langgeng tanpa suporter setia. Kini, manajemen hendak mencabut PSS dari liang budaya itu? Jahat sekali.

Respons manajemen atas tuntutan suporter PSS Sleman adalah bentuk kejahatan yang mungkin, juga terjadi di tempat lain. Ketika klub hanya sebatas “alat”, tidak pernah dianggap sebagai bagian dari budaya yang perlu dijaga dan dicintai.

Jawaban manajemen yang kelewat batas itu adalah wujud usaha menculik PSS Sleman dari habitatnya. Elang Jawa tidak akan pernah terbang lagi ketika pepohonan yang menunjang kehidupannya ditebang habis.

Kejahatan itu harus dicegah. Menculik PSS Sleman adalah aksi yang perlu dilawan. Bukan hanya oleh Sleman fans, tapi semua suporter sepak bola Indonesia yang mencintai klubnya sepenuh hati dan mengimaninya sebagai bagian dari warisan dan budaya luhur. Save PSS!

BACA JUGA Arthur Irawan Kuwi Sopo: Bahaya Masalah Internal PSS Sleman dan tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.

Terakhir diperbarui pada 1 Oktober 2021 oleh

Tags: Arthur IrawanbcsBrigata Curva SudDirut PSSPS Slemanpsspss slemansleman
Yamadipati Seno

Yamadipati Seno

Redaktur Mojok. Koki di @arsenalskitchen.

Artikel Terkait

Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO
Ekonomi

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Bedog Arts Fest 2025 Mojok.co
Kilas

Bedog Arts Fest 2025: Perayaan Seni Kerakyatan, Lingkungan, dan Semangat Keberlanjutan

19 Oktober 2025
Ilustrasi Stasiun Kalasan di Sleman yang terbengkalai - MOJOK.CO
Liputan

Saat KAI Masih Sibuk Mengkaji Pembukaan Stasiun Kalasan, Warga Sudah Muak dengan Anak Muda yang Menjadikannya Tempat Maksiat

14 Oktober 2025
Alasan Warlok Sleman Malas Berwisata ke Kaliurang Mojok.co
Pojokan

Alasan Warlok Sleman Malas Berwisata ke Kaliurang

2 Oktober 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.