Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Menjadi Orang yang Takut Kucing di Tengah-Tengah Pencinta Kucing

Aprilia Kumala oleh Aprilia Kumala
9 September 2018
A A
ilustrasi Cara Mengusir Kucing Tanpa Menyakitinya. Bencil Boleh, tapi yang Sopan Dong mojok.co

ilustrasi Cara Mengusir Kucing Tanpa Menyakitinya. Bencil Boleh, tapi yang Sopan Dong mojok.co

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Banyak orang menanggapi ketakutan ini dengan senyum haha hehe dan balasan singkat, “Masa takut kucing? Kucing kan lucu. Kamu kan suka Doraemon.”

Suatu malam, saya makan di lesehan pinggir jalan. Makanannya enak: lele goreng, nasi hangat, dan sambal bawang. Saya yang kelaparan kala itu yakin 100% bahwa dalam 5 menit perut saya bakal berhenti berbunyi.

Tapi, harapan memang hanya tinggal harapan. Dalam 5 menit selanjutnya, saya malah berusaha mati-matian duduk tak tenang. Sedikit-sedikit, saya melirik ke kucing yang tiba-tiba muncul dan mengeong setiap 2 detik. Si kucing melompat ke kursi kosong sebelah saya, memandangi lele goreng yang baru saya cuil ekornya saja. Setengah detik setelah kucing tadi melompat, saya balas lompat menjauh dengan kehebohan hakiki, membuat partner makan saya tertawa-tawa sambil berkata,

“Kenapa, sih? Nggak papa, loh, kan cuma kucing.”

(((KAN CUMA KUCING)))

Hmmm, monmaap nih, bagi saya, kucing adalah… yah, kucing.

Oh, jangan salah. Saya tidak membenci kucing. Hanya saja, bagi saya, kucing bukanlah sumber kebahagiaan, sebagaimana yang teman-teman saya yakini.

Saya cuma takut kucing.

Saya menghormati kucing. Saya tidak pernah mengusiknya saat dia sedang asyik menggondol makanan orang. Saya juga tidak pernah menakut-nakuti atau melempar mereka dengan batu. Tapi pertanyaannya cuma satu:

…kenapa sih kucing-kucing ini selalu membuat jantung saya berdegup 47.283 kali lebih cepat???

Maksud saya, apakah kucing-kucing ini tidak tahu betapa kagetnya saya saat mereka tahu-tahu lewat dan menyenggol-nyenggol saya dengan kakinya? Kenapa dia se-PD itu megang-megang saya? Apakah itu artinya dia siap saya tendang tak sengaja kalau-kalau saya terlalu kaget dan takut berlebihan?

Lalu, apa sih yang ada di pikiran kucing-kucing ini saat mereka memaksa saya untuk membagi makanannya? Apakah mereka tidak tahu betapa saya takut setengah mampus, mengira-ngira kapan mereka akan lompat mendadak ke depan piring saya untuk ikut menghabiskan potongan ayam yang saya beli untuk makan siang?

Lagi pula, kenapa sih mereka dianggap cute dan imut oleh sebagian orang, padahal kan kita semua nggak tahu apa yang sebenarnya mereka pikirkan???

Banyak orang menanggapi ketakutan saya ini dengan senyum haha hehe dan balasan singkat, “Masa takut kucing? Kucing kan lucu. Kamu kan suka Doraemon.”

Iklan

(((KAMU KAN SUKA DORAEMON)))

Duh.

Pertama-tama, Doraemon bukanlah kucing—dia robot kucing. Kedua, Doraemon tidak bersarang di lesehan-lesehan penyetan dan memandang kelewat ngiler pada semua makanan yang disajikan pada pembeli. Ketiga, Doraemon tidak melompat diam-diam atau narik-narikin baju, kabel, tas, dan apapun yang kita pakai.

Keempat, Doraemon tidak pernah pup sembarangan di atas selimut saya.

Ya, ya, ya. Saya ulangi: Doraemon tidak pernah pup sembarangan di atas selimut saya.

Tetangga saya dulu punya kucing, kucingnya ganteng sekali (saya bahkan tidak sedang bercanda). Saya sempat terlena dan merasa kucing ini tidak ‘jahat’ dan baik budinya, apalagi tetangga saya orangnya sopan, gemar menolong, dan perhatian. Yah, like the cat, like the owner saya pikir.

Eh, ndilalah, pas saya tinggal ke dapur, tahu-tahu ada bau tajam yang ternyata berasal dari selimut saya. Di atasnya, bergeletakanlah unsur coklat-coklat cair—hasil karya dari si kucing ganteng yang tadinya saya percaya.

Itulah, Saudara. Kucing itu nggak bisa jaga kepercayaan kita—yah, kepercayaan saya, deh, minimal.

Di lain waktu, saya pernah pergi menginap ke rumah teman saya yang memelihara kira-kira 9 kucing. Saat itu, saya ingin menyelesaikan pekerjaan saya di laptop. Sialnya, begitu halaman Microsoft Word terbuka, salah satu kucing si teman malah dengan santainya lewat dan duduk di atas keypad.

[!!!!!111!!!!11!!!!]

Saya? Cuma bisa meng-huss-huss-nya saja karena takut mau nggendong :(((

Sudah deh, nggak perlu bicara soal kelakuannya yang bikin berdebar-debar dulu—wong melihat cara kucing melihat kita saja sudah bikin geleng-geleng tak percaya.

Jadi gini: suatu hari, saya bertemu kucing milik sahabat saya yang lain. Biasa aja—saya nggak nyapa dia, dia juga. Kami tidak saling kenal, tapi ia memandang saya.

Saya memandangnya balik karena merasa insecure. Namanya juga orang takut kucing.

Tatapan kami kian intens. Tiba-tiba saya merasa tatapan si kucing tampak lebih tegas dan jahat, diikuti suara mendesis.

Apa coba maksudnya? Apakah tampang saya tampang kriminal? Apakah kucing itu merasa terancam dengan keberadaan saya? Apakah si kucing itu nggak tahu bahwa saya pun merasa jauh lebih terancam dan takut dicakar?

Serius deh; bukankah lebih baik kita memang saling menjauh dulu saja, seperti mantan pasangan yang baru putus dan lukanya masih basah?

Terakhir diperbarui pada 9 September 2018 oleh

Tags: cat loverdicakardoraemonhewanpeliharaanpencinta kucingtakut kucing
Aprilia Kumala

Aprilia Kumala

Penulis lepas. Pemain tebak-tebakan. Tinggal di Cilegon, jiwa Banyumasan.

Artikel Terkait

Pakar UGM Jelaskan, Mengapa Hewan Mati Tidak Boleh Disembelih
Kilas

Pakar UGM Jelaskan, Mengapa Hewan Mati Tidak Boleh Disembelih

8 Juli 2023
penyakit mulut dan kuku mojok.co
Ekonomi

Cegah Wabah Penyakit Mulut dan Kuku, Kementan Batasi Distribusi Hewan Ternak

8 Juni 2022
Sambatan-sambatan Orang Umur 30 Tahun
Pojokan

Sambatan-sambatan Orang Umur 30 Tahun

28 Juni 2021
ilustrasi Cara Mengusir Kucing Tanpa Menyakitinya. Bencil Boleh, tapi yang Sopan Dong mojok.co
Pojokan

Cara Mengusir Kucing Tanpa Menyakitinya. Benci Boleh, tapi yang Sopan Dong

18 Juni 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.