MOJOK.CO – Setelah menikah cukup lama, rasa bosan kepada pasangan kerap muncul. Cerita seks yang kalian rajut kalimat per kalimat tak lagi bikin wik wik wik!
Tak perlu dimungkiri, ini manusiawi. Rasa bosan ini cukup merisaukan. Apalagi ketika nanti berdampak kepada menurunnya gairah pasangan untuk bercinta. Maka, setelah bertahun menikah, cerita seks yang sebelum membara, menjadi terasa hambar.
Mojok Institue sangat peduli dengan kehidupan kasur kalian. Kami merasa resah apabila kalian gagal menikmati saat-saat yang intim itu. Setelah mengikat janji sehidup-semati di depan Tuhan, kan ya nggak mungkin kalian ganti pasangan karena bosan. Apalagi bosan “beraktivitas” di ranjang. Maksudnya ganti seprei dan sarung bantal. #Eeaaa
Percaya atau tidak, cerita seks yang semakin tidak lagi membuat penasaran itu bisa berdampak kepada kebahagiaan pasangan. Seks, adalah salah satu aktivitas meredakan stres. Kalau cara yang luhur ini gagal, wah, keharmonisan rumah tangga bisa terancam. MAKA DARI ITU, Mojok Institute menawarkan 5 cara menjaga cerita seks kamu tetap membara dan membuat mata merem melek. Wik wik wik wik…
1. Keterbukaan, komunikasi itu penting.
Sangat jamak ditemukan salah satu pasangan ternyata tidak menyukai bercinta dengan posisi tertentu. Misalnya kamu tak suka dengan posisi cebong diving. Namun, demi menjaga perasaan pasanganmu, meski gaya cebong diving bikin lutut keropos, tetap dilakukan. Lama-kelamaan, lutut itu makin tak tahan dan malah cedera.
Setelah cedera, baru ketahuan ternyata gaya cebong diving itu membuatmu tersiksa. Pasanganmu tersinggung karena merasa dipojokkan. Lha namanya wenak, biasanya sampai lupa diri. Oleh sebab itu, sejak awal banget menikah, komunikasikan kepada pasangan. Terbukalah. Jangan baju dan cawet saja yang gampang kebuka.
Kejujuran ini justru asik. Percakapan yang intim dan menyerempet “hal-hal basah” akan menambah gairah. Pun ketika sedang menulis cerita seks bersama, jangan hanya sibuk melenguh ah uh oh yes oh tidak. Komunikasikan kamu mau gaya apa dan tuntun pasanganmu ke jalan yang benar.
2. Variasikan waktu bercinta.
Selain gaya bercinta yang perlu variasi, waktu bercinta pun perlu mendapatkan perlakuan khusus. Jangan hanya menulis cerita seks ketika mau tidur saja. Ada banyak pasangan yang pergi kerja di pagi buta dan baru masuk rumah setelah maghrib. Lelah fisik setelah bekerja, dan lelah pikiran karena beban pekerjaan bisa mengurangi gairah untuk wik wik wik…
Rencanakan waktu bercinta bersama-sama. Misalnya siang hari setelah makan siang. Sex after lunch bisa meningkatkan gairah bercinta. Adrenalin yang terpacu. Variasi yang segar. Kombinasi killer untuk pasangan yang monoton. Bisa juga kamu merencanakan waktu bercinta pagi hari di akhir pekan. Itung-itung olahraga pagi, sekaligus stress release setelah penat bekerja sepanjang minggu. Yeerr…
3. Variasi foreplay sebelum menulis cerita seks.
Bercinta memang aktivitas fisik. Namun, bukan hanya bisa secara fisik yang penting. Suasana hati yang baik dan segar juga sangat penting. Ingat pepatah dari zaman Raja Nebukadnezar ini: “Laki-laki selalu ingin, tetapi belum tentu bisa. Wanita, selalu bisa, tetapi tidak selalu ingin.” Nah, kalau sudah begini, mending jangan memaksa pasanganmu yang sedang nggak mood.
Bagaimana cara mengatasinya? Variasikan foreplay kalian. Foreplay bukan hanya sebatas appetizer sebelum main course yaitu penetrasi. Foreplay bisa kamu lakukan jauh sebelum penetrasi itu terjadi. Misalnya kalian sudah janjian mau ena-ena di malam hari. Nah, sejak pagi, bangunlah suasana itu sedemikian rupa.
Misalnya dimulai dengan sarapan hangat dengan makan soto di bawah pohon yang rindang, lalu jajan es cokelat di cafe kesayangan kalian, setelah itu nonton film romantis, dan ditutup dengan makan malam romantis di Warung Mojok. Misalnya begitu. Suasana menyenangkan dan hati yang ringan setelah seharian pacaran bisa meningkatkan gairah dan keinginan untuk menutup hari dengan bercinta yang liar dan memuaskan. Srupuuut…
4. Cerita seks bukan sebuah “mesin bikin anak”.
Pernikahan tanpa anak adalah pernikahan yang belum lengkap. Sebetulnya ini bukan anggapan yang baik. Menikah adalah persatuan dua hati, mengikat janji sehidup-semati. Anak adalah anugerah, buah dari cinta yang terjalin itu. Lantaran hidup dengan anggapan seperti itu, aktivitas seks kalian hanya menjadi semacam ritual bikin anak. Mesin bikin keturunan.
Semua hal, kalau sudah menjadi “robot”, akan kehilangan sisi manusiawinya. Menjadi “paksaan” untuk segera melakukannya. Kamu menindih pasanganmu, bukan dengan raut muka bahagia, namun justru sendu karena beban keturunan. Pada titik ini, keluhuran bercinta, pertautan dua hati, menjadi berkurang setengah.
Perlu komunikasi yang intensif dengan pasangan. Atau bahkan kalian bisa juga melibatkan orang yang ahli untuk dimintai pendapat. Jika aktivitas seks menjadi seperti rutinitas belaka, rasa ingin itu lebih cepat surut. Kalau sudah begitu, ujungnya, akan susah dapat keturunan. Percayalah, rencana Tuhan indah pada waktunya. Semangat terus, calon bapak dan calon ibu!
5. Spontan itu menggairahkan.
Poin terakhir ini berkaitan dengan poin nomor empat di atas. Supaya tidak membosankan, tumbuhkan jiwa spontan di dalam diri kalian. Misalnya bersepakat bahwa kalian tidak hanya akan bercinta di malam hari menjelang tidur dengan badan ditutup selimut dan malah bikin gerah. Bersepakatlah untuk tidak sepakat.
Tidak perlu janjian soal waktu. Misalnya ketika libur akhir pekan, suami kamu sedang mengecat tembok garasi mobil. Datangi dan goda suamimu. Kalau bisa, bercintalah di garasi mobil. Keberanian mencoba hal baru akan menumbuhkan rasa percaya diri kepada pasangan. Spontanitas memberikan sensasi yang berbeda ketika kamu sudah lama menikah dan merasakan bibit-bibit bosan itu.
Pada akhirnya, usaha menulis cerita seks yang tetap membara kuncinya adalah komunikasi dan keterbukaan. Kalau berhasil, aktivitas wik wik wik kalian akan semakin menyenangkan dan…bikin nagih. #Uuuhhh…