MOJOK.CO – Virus corona bisa menular dengan cepat di tengah kerumunan orang. Jadi, sebaiknya, Liga 1 dan Liga 2 dihentikan dulu untuk sementara waktu.
Konon, Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO, sudah menelepon Presiden Jokowi terkait masalah virus corona. Tedros menyarankan Jokowi untuk meningkatkan mekanisme tanggap darurat virus corona. Saran yang bijak mengingat peningkatan yang terjangkit melonjak tajam.
“Kami merekomendasikan beberapa hal yang penting dan darurat untuk menekan transmisi lokal dan mencegah penyebaran lebih luas. Salah satunya, meningkatkan mekanisme tanggap darurat termasuk deklarasi darurat nasional,” kata Tedros dikutip CNN Indonesia. WHO mengingatkan negara dengan populasi besar untuk meningkatkan kewaspadaan.
Sementara itu, beberapa universitas di Indonesia sudah mengeluarkan kebijakan untuk merespons pandemik virus corona. Kampus seperti UI, UGM, ITB, Gunadharma, STAN, Binus, Unika Atma Jaya, dan UNY sudah menetapkan perkuliahan dilakukan jarak jauh. Kita mengenalnya sebagai kuliah online.
Keadaan sudah sedemikian memprihatinkan, otoritas Liga 1 dan Liga 2 akan tetap menggelar pertandingan. Ketika tulisan ini naik, laga Persebaya vs Persipura dan Borneo FC vs Persela Lamongan sudah berjalan. Dua pertandingan itu berjalan “seperti adanya”, dengan dihadiri suporter.
Sabtu (14/03), Liga 1 masih menyimpan jadwal untuk sepak mula. Ada PSIS Semarang vs Arema, Persik vs Persiraja Banda Aceh, dan Bhayangkara vs Persija Jakarta. Untuk Minggu (15/03), lebih banyak pertandingan yang akan dimainkan. Mulai dari Bali United vs Madura United, PSM vs Barito Putera, PS TIRA-KABO vs Persita Tangerang, dan Persib Bandung vs PS Sleman.
Sementara itu, PT LIB juga masih percaya diri untuk sepak mula Liga 2 musim baru ini. Liga 2, rencananya akan sepak mula pada Sabtu (14/03) di Balikpapan. “Karena sudah gladi resik dan persiapan, saya akan sampaikan kepada Ketum PSSI (Mochamad Iriawan) untuk (pembukaan) Liga 2 di Balikpapan tetap dilaksanakan,” kata Cucu Sumantri, Direktur PT LIB, dikutip Kumparan.
PT LIB menegaskan akan menerapkan protokol yang diperlukan untuk merespons virus corona. Liga 2 akan tetap sepak mula. Dan setelah “pembukaan”, perkembangan lebih lanjut baru akan diberitakan kepada Ketum PSSI. Hmm…pokoknya jalan dulu, ya? Sudah gladi bersih, ya? OKE.
Perlu kamu ketahui, kompetisi sepak bola di Malaysia, Thailand, dan Filipina sudah diputuskan untuk rehat sebagai langkah antisipasi penularan virus corona. Sejak pandemik virus corona terjadi, anjuran untuk menjauhi atau tidak membuat kerumunan orang sudah ramai disiarkan. Penularan bisa dengan mudah terjadi di tengah kerumunan orang, misalnya di tengah suporter yang tengah menikmati kompetisi Liga 1 dan Liga 2.
Oleh sebab itu, PT LIB juga sebaiknya menghentikan Liga 1 dan Liga 2, paling tidak sampai pertengahan April. Kalau pandemik virus corona belum reda juga, jangan berpikir dua kali untuk menghentikan Liga 1 dan Liga 2 untuk musim ini. Di Inggris sudah beredar wacana untuk menghentikan liga sampai September 2020.
Beberapa hari yang lalu ada yang bilang ke saya. Kira-kira begini: “Mengontrol pandemik kayak virus corona di negara berkembang itu lebih sulit ketimbang di negara maju kayak Korea Selatan atau Italia.”
Saya sempat ragu dengan pendapat itu. Namun, melihat Liga 1 dan Liga 2 akan tetap sepak mula, kok, rasanya pendapat itu benar adanya. Bahkan, para penentu kebijakan pun sulit mengontrol akal sehat mereka.
Secara pribadi, saya juga agak “ngeri” jika misalnya Liga 1 dan Liga 2 dihentikan. Bukan soal kemarahan suporter (saya yakin suporter bisa satu kata kalau sudah menyangkut kesehatan dan nyawa manusia), tetapi soal kekuatan ekonomi orang-orang yang menggantungkan diri kepada pertandingan sepak bola Liga 1 dan Liga 2.
Mulai dari tukang parkir, pedagang asongan, sampai para panpel. Semoga, ketika nanti Liga 1 dan Liga 2 dihentikan karena pandemik virus corona, pemerintah bersama PSSI punya skema untuk orang-orang ini.
Para pemain dengan gaji lumayan, mungkin, bisa bertahan selama beberapa bulan. Namun, biasanya, tukang parkir dan pedagang asongan berasal dari masyarakat di sekitar garis kemiskinan. Mereka butuh perhatian.
Saya menekankan hal ini karena menyaksikan betapa lambatnya pemerintah merespons virus corona. Bahkan ketika virus corona masih berstatus wabah, belum pandemik, pemerintah malah memandikan pariwisata beserta buzzer dengan kucuran dana yang besar. Skema antisipasi baru akan dibuat ketika sudah terjadi “masalah”, bahkan sampai harus digugat oleh LBH dulu. Sangat Indonesia sekali, ya.
Liga 1 dan Liga 2 adalah dua kompetisi dengan rata-rata penonton sangat besar. Bahkan, rata-rata penonton Liga 2 jauh lebih besar ketimbang divisi utama Malaysia atau Filipna. Ya kecuali buat PS Sleman yang masih diboikot BCS dan Sleman Fans, sih.
Penonton dalam jumlah ribuan pasti akan mengisi stadion-stadion. Sebuah lingkungan ideal untuk penularan virus corona. Apakah semua stadion sudah dibekali thermal scanner dan thermal gun? Saya yakin belum. Kalau secara teknologi belum siap, langkah paling bijak adalah antisipasi dengan tidak menciptakan kerumunan orang.
Terakhir, saya tidak akan lelah menulis ini:
“Sudah saatnya menghentikan semua aktivitas sepak bola global. Saya tidak akan lelah untuk mengingatkan kalau nyawa manusia itu tidak ternilai. Kamu tidak akan mati ketika tidak menonton sepak bola selama beberapa bulan. Kamu bisa “mati” kalau tertular virus corona dan tidak mendapatkan penanganan terbaik.
Hentikan dulu kebodohan orang-orang berpengaruh di sepak bola ini. Virus corona sudah menjadi pandemi. Pengaruhnya global dan belum bisa dikendalikan.”
BACA JUGA Persiapan Jika Wabah Virus Corona di Indonesia Semakin Parah atau tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.