24 Februari 2022, Jembatan Tunggulmas diresmikan Pemkot Malang. Dari namanya, jembatan ini menghubungkan 2 wilayah: Kelurahan Tunggulwulung di sisi utara Sungai Brantas dan Kelurahan Tlogomas di seberangnya. Klaim pembangunannya adalah agar warga dari arah Tunggulwulung tidak perlu memutar jauh sampai ke Jalan Soekarno-Hatta atau malah ke arah Pendem, Kota Batu untuk ke Tlogomas, Dinoyo, dan sekitarnya.
Pada awalnya, persimpangan jembatan ini dari sisi Tlogomas dipasang barikade memanjang mengikuti alur Jalan Raya Tlogomas agar arus kendaraan dari arah jembatan tidak langsung belok kanan. Tetapi, namanya juga orang Indonesia, semakin dilarang semakin melawan, yang ada malah memutar di ujung barikade yang panjangnya tidak seberapa. Akhirnya, jalan pun tersendat karena crossing-an orang memutar balik. Di sinilah, drama kemacetan Tlogomas mulai tumbuh subur.
Kurang lebih 2 bulan kemudian, jembatan ini ditutup. Alasannya sama: kemacetan. Sekali lagi, karena kultur Indonesia yang masih mengakar, selalu saja ada yang melanggar dengan menerobos sampai barikade diganti pagar temporer dan di-las. Selang waktu kemudian, lahirlah solusi: pemasang traffic light dengan aturan dari arah Batu, baik lurus maupun belok kiri ke arah jembatan wajib mengikuti isyarat lampu yang dijadikan satu, sedang dari arah Kota Malang atau arah timur, antara lurus dan belok kanan ke arah jembatan dipisahkan dengan traffic light yang berbeda.
Lalu, setelah traffic light dipasang, bagaimana keadaannya? Malah tambah tersendat dan macet! Seharusnya Jalan Raya Tlogomas bisa dilalui dengan lancar jaya dengan kecepatan 50 km/jam sesuai aturan kecepatan jalan dalam kota, justru tersendat sampai molor 2—3 menit menurut pengalaman saya imbas tersendatnya arus kendaraan imbas traffic light. Kalau hoki berupa lampu hijau, saya bisa melenggang melalui jalan ini meski agak tersendat. Mungkin, 2—3 menit terkesan sepele, tetapi jangan lupakan ungkapan time is money.
Saya hampir ketinggalan kereta api gara-gara tersendat di sini. Pengalaman saya juga berpapasan dan disusul ambulans, kendaraan itu mengalami sedikit kendala saat bermanuver menghindari tumpukan antrean kendaraan.
Di satu sisi, kehadiran Jembatan Tunggulmas sangat membantu potong kompas. Akan tetapi, di lain pihak, Jalan Raya Tlogomas tambah macet. Saya tidak paham dengan kebijakan Pemkot Malang yang ternyata menambah masalah baru di sini yang belum ada sebelumnya. Tetapi, mau bagaimana lagi, akses tercepat saya ke Malang kota ya Jalan Raya Tlogomas ini. Karena cuma orang biasa, saya berharap ada kebijakan baru lagi menurut para pemangku kebijakan.
Mohammad Faiz Attoriq
Dau, Kab. Malang
[email protected]
Uneg-uneg, keluh kesah, dan tanggapan untuk Surat Orang Biasa bisa dikirim di sini