Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Demo UU Cipta Kerja Rusuh Aja Nggak Digubris, Apalagi Damai

Riyanto oleh Riyanto
10 Oktober 2020
A A
Demo UU Cipta Kerja Rusuh Aja Nggak Digubris, Apalagi Damai MOJOK.CO

Demo UU Cipta Kerja Rusuh Aja Nggak Digubris, Apalagi Damai MOJOK.CO

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Demo UU Cipta Kerja berjalan rusuh. Banyak yang nyinyir. Mau bagaimana lagi, jika aksi massa yang damai saja tidak pernah didengar aspirasinya.

Demo protes pengesahan UU Cipta Kerja berjalan dengan keras. Salah satu aksi yang menjadi sorotan ada di Yogyakarta. Mulai dari kebakaran salah satu restoran legendaris di Malioboro, hingga pemukulan yang dilakukan oleh segerombol orang mengatasnamakan “warga”.

Banyak yang kemudian menyayangkan demo UU Cipta Kerja berubah menjadi rusuh. Bahkan Sultan juga mengatakan bahwa kerusuhan tidak mencerminkan Yogyakarta sama sekali.

”Saya, Hamengku Buwono X, mengimbau dan berharap kepada warga serta kelompok-kelompok masyarakat. Bukan karakter kita untuk berbuat anarkistis di kotanya sendiri. Itu saja yang bisa saya sampaikan,” ujar beliau seperti dilansir Kompas.

Pun suara-suara netizen di media sosial sangat menyayangkan kenapa sampai ada aksi pembakaran. Mengingat yang disasar adalah gedung DPRD, bukan bangunan publik. Sampai hari ini, identitas pelaku pembakaran belum diketahui jelas, entah dari para demonstran atau pihak-pihak tertentu yang menunggangi aksi ini dan menginginkan kekacauan.

Sebenarnya, Wakil Ketua DPRD DIY sudah muncul ke publik sekitar pukul setengah tiga sore kalau saya tidak salah ingat. Beliau mengatakan bahwa suara para demonstran sudah didengar. Dengan tegas, beliau mengatakan ikut menolak UU Cipta Kerja, sama seperti beberapa perwakilan DPRD daerah lainnya.

Seharusnya aksi selesai di sana. Namun, kerusuhan pecah ketika aksi pelemparan terjadi. Sekali lagi, identitas aksi pelemparan itu tidak ada yang tahu. Apakah dari demonstran yang suaranya sudah didengar dan jelas-jelas Wakil Ketua DPRD menyatakan menolak UU Cipta Kerja?

Rasanya aneh betul kalau memang seperti itu kejadiannya. Atau, barangkali, ada pihak lain yang nggak suka apabila aksi berlangsung damai tanpa kerusuhan, entah pihak dari mana itu.

Demonstrasi akhirnya berlangsung lebih lama lagi. Menjelang malam, para demonstran bukan hanya menghadapi kepungan aparat gabungan, melainkan organisasi masyarakat pula. Lucu benar, ormas macam apa yang justru menentang suara-suara pembela masyarakat?

Kerusuhan terjadi dan berujung penangkapan demonstran. Mulai malam, banyak suara-suara di luar sana yang mengecam aksi rusuh di kawasan Malioboro itu. Banyak yang mengatakan bahwa demonstrasi boleh saja, tetapi dilakukan dengan damai dan tanpa kerusuhan.

Maaf saja, mungkin hanya orang naif, yang berkata seperti itu. Gundulmu damai, wong demonstrasi menolak UU Cipta Kerja rusuh saja belum tentu didengar suaranya, apalagi yang damai adem ayem tanpa kerusuhan. Ya jelas makin nggak didengar.

Iya, kalau mau berkaca dengan aksi #GejayanMemanggil beberapa waktu lalu, saat menentang RUU KUHP yang laknat itu, demonstrasi di Yogyakarta kali ini memang “lebih liar”. Banyak yang memuji aksi #GejayanMemanggil karena massa yang berkumpul di Jalan Affandi itu terasa kalem dan tertib.

Namun, kita tahu akhirnya bagaimana. Aksi massa yang damai itu tidak membuahkan hasil selain pujian. Buat apa pujian kalau “kejahatan” tetap saja terjadi dan UU Cipta Kerja gagal dibatalkan.

Ya kali demonstrasi cuma ngincer pujian. Nggak butuh. Kalau ngincer pujian, anak SMA dapat nilai 90 pas ujian pelajaran Sejarah juga bisa. Eh maaf, pelajaran Sejarah mau dihapus ya. Itulah pokoknya.

Iklan

Demonstrasi nggak butuh dipuji. Butuhnya didengar. Kalau memang harus rusuh demi dilihat yang mulia anggota DPR dan pemerintah ya biar saja begitu. Kalau mau aksi damai, mohon maaf nih ya, itu aksi Kamisan di depan Istana Negara sudah berjalan 13 tahun dengan damai dan nggak ada hasilnya sama sekali.

Paling kalau lewat dan lihat aksi damai Kamisan, Jokowi cuma senyum sambil ngacungin jempol ke kerumunan massa dan bilang, “Nah gitu, damai kan enak!”. Ealah, kok khayal beliau bakal ngacungin jempol, wong dilihat saja enggak. Kalau mau masuk atau keluar istana saja nggak bakal nurunin kaca mobil.

Lagian, senyuman, acungan jempol, dan pujian itu nggak bakal mengembalikan Munir, Wiji Thukul, Udin, Marsinah, serta menyeret “pelaku intelektual” ke depan hukum.

Mau aksi damai lainnya? Tengok warga Bali sudah lima tahun protes menolak reklamasi saja tak digubris. Petani Kendeng sampai menyemen kaki ketika protes, kasusnya dimenangkan MA, eh eksploitasi sempat masih jalan, tuh.

Saya tidak membenarkan aksi rusuh di demo UU Cipta Kerja, sebetulnya. Namun, gimana, ya. Protes yang dilakukan secara damai tidak pernah ada hasilnya di Indonesia ini. Aspirasi yang dibawa tak pernah efektif didengar. Kalau didengar saja tidak, bagaimana keadaan bisa berubah. Ini bukan khayalan, tetapi kenyataan.

Saya cuma berusaha ngasih gambaran saja. Pernahkah kamu mencoba “mengenakan sepatu mereka”, orang-orang yang jengah dengan DPR dan pemerintah, atau mereka-mereka korban ketidakadilan dan tidak didengar meski sudah menyampaikan aspirasi secara damai selama bertahun-tahun? Capek, tidak?

Terlepas dari aksi provokator, demo UU Cipta Kerja yang berujung rusuh perlu dilihat dari sisi berbeda. Ada sisi kemarahan yang sudah menumpuk. Ada ketidakadilan yang tidak pernah didengar. Seolah-olah kuping para penguasa itu terbuat dari tembok tebal.

Yang damai-damai gitu mau diharapkan buat ngubah pola pikir anggota DPR yang super ajaib itu? Mana bisa. Lagian reformasi nggak bakal bisa sukses kalau mahasiswa cuma menuhin jalanan dan teriak-teriak pakai megaphone sambil nyanyiin lagu Bagimu Negeri.

Rezim Pak Harto bisa runtuh karena aksi subversif dan rusuh yang terjadi di mana-mana. Kalo kemudian ditanya apakah kerusuhan itu merugikan banyak orang, ya tentu saja merugikan, wong banyak penjarahan di mana-mana. Apakah tidak ada aksi kejahatan selama kerusuhan, sudah pasti ada.

Tapi ya balik lagi, apakah yang melakukan kejahatan dan penjarahan itu berasal dari massa yang beneran pengin protes ke pemerintah atau ada pihak yang menunggangi peristiwa. Nggak ada yang tau.

Maka dari itu, banyak demonstran yang kemudian bersuara melalui cuitan di Twitter bahwa dalang kerusuhan utama bukan demonstran. Di antara kerumunan yang mengepung Malioboro, atau di kota lain, bukan hanya mahasiswa yang berbaris.

Ada pula buruh, ada pula anak STM, ada pula preman menyamar yang siap gebukin demonstran. Mana kawan dan mana lawan, kapan kerusuhan harus diciptakan saat persetujuan hampir tercapai, hanya Tuhan dan pemuja rezim ini yang tau skenarionya.

BACA JUGA Halo Buzzer Jokowi, Sori Ya, Aksi ‘Gejayan Memanggil’ Tak Sesuai Harapan Kalian dan tulisan-tulisan lainnya di rubrik ESAI.

Terakhir diperbarui pada 10 Oktober 2020 oleh

Tags: demo rusuhjokowimalioboroomnibus lawUU cilakaUU Cipta kerja
Riyanto

Riyanto

Juru ketik di beberapa media. Orang yang susah tidur.

Artikel Terkait

rekomendasi indomaret di Jogja yang cocok untuk melamun. MOJOK.CO
Ragam

3 Indomaret Unik di Jogja yang Cocok Disinggahi untuk Meromantisasi Hidup, Dijamin bikin Kamu Betah Melamun

10 November 2025
Belanja jadi menyebalkan di Matahari Store, Malioboro, Jogja. MOJOK.CO
Catatan

Pengalaman Apes di Jogja, Baju Robek Tiba-tiba hingga HP Tertinggal di Ruang Ganti Matahari Store Malioboro

24 Oktober 2025
Kenorakan-kenorakan orang yang pertama kali ke Jogja dan bikin risih (Dari angkringan, Tugu Jogja, hingga Jalan Malioboro) MOJOK.CO
Ragam

Kenorakan-kenorakan Orang yang Pertama Kali ke Jogja, Niat Kelihatan Kalcer tapi “Nggak Mashok!”

20 Oktober 2025
Kereta Cepat Whoosh DOSA Jokowi Paling Besar Tak Termaafkan MOJOK.CO
Esai

Whoosh Adalah Proyek Kereta Cepat yang Sudah Busuk Sebelum Mulai, Jadi Dosa Besar Jokowi yang Tidak Bisa Saya Maafkan

17 Oktober 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.