Usai Tenggelamnya Politisasi Agama Terbitlah Politisasi Bencana di Palu dan Donggala - Mojok.co
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast
Logo Mojok
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast
Home Pojokan

Usai Tenggelamnya Politisasi Agama Terbitlah Politisasi Bencana di Palu dan Donggala

Ahmad Khadafi oleh Ahmad Khadafi
7 Oktober 2018
0
A A
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Bukan lagi politisasi agama yang akan digunakan para politisi untuk kampanye Pilpres 2019 dalam waktu dekat ini. Alasannya sederhana, karena ada “panggung bencana” di Palu dan Donggala.

Frasa “politisasi agama” mulai tenggelam dalam beberapa waktu belakangan ini. Entah karena kedua kubu sudah merasa kampanye model begini sudah tidak cukup ampuh lagi untuk dilakukan atau memang karena dua kubu mulai menggunakan strategi yang sama. Eh.

Yang jelas, usai sedikit tenggelamnya pamor frasa “politisasi agama” di panggung utama kampanye politik, kali ini kampanye agama sudah tidak begitu dilirik karena ada yang lebih penting untuk diperhatikan untuk dijadikan panggung.

Bukan, bukan, panggung kasus Ratna Sarumpaet atau dolar yang sedang naik klasemen dengan poin tak terkendali belakangan ini tentu saja. Melainkan karena gempa tsunami di Palu dan Donggala kini mulai ramai-ramai jadi “rebutan” para politisi untuk naik panggung.

Gempa dan tsunami di Palu dan Donggala membuat banyak politisasi sibuk ikut turun gunung. Semua ikut bahu-membahu ingin membantu. Tanpa mengecilkan niat tulus untuk membantu sesama, akan tetapi tudingan serta serangan saling lempar antara pihak pemerintah maupun oposisi dalam penanganan bencana benar-benar ikut “memeriahkan” atmosfer kampanye politik di tanah duka.

Baca Juga:

Gerindra Anggap Koalisi dengan PKB Strategis untuk Amankan Lumbung Suara

Melihat Tsunami Banyuwangi, Setelah 28 Tahun Terlewati

PKB Nilai Koalisi dengan Gerindra Lebih Realistis

Genderang politisasi bencana ini setidaknya muncul pertama kali dari Partai Gerindra. Usai stripping acara prank Ratna Sarumpaet berakhir dengan genggap gempita, kubu oposisi langsung melemparkan kritik kepada Pemerintahan Jokowi yang dinilai lamban dalam merespons penanganan bencana.

“Dalam kasus Palu dan Donggala, saya merasa pemerintah lambat dalam menangani itu. Pemerintah seperti kelelahan [gempa] Lombok, kemudian bencana Palu dalam waktu dekat,” ujar Sekjen Gerindra, Ahmad Muzani.

Pihak Gerindra juga menuding Pemerintah cukup kelewatan ketika memberi instruksi kepada masyarakat Palu dan Donggala dengan mengizinkan masyarakat untuk mengambil kebutuhan pangan di minimarket-minimarket terdekat—di mana nanti biaya operasionalnya akan diganti oleh Pemerintah.


“Apa yang terjadi, pemerintah seperti ketinggalan layanan tanggap darurat, seperti pemerintah mengizinkan rakyatnya mengambil bahan makanan. Di satu sisi, itu adalah kedaruratan yang mungkin memotong kebutuhan yang sangat mendesak. Namun di sisi lain, itu adalah pendidikan yang salah dalam kedaruratan ini,” lanjut Muzani.

Lemparan ini segera disambut oleh Staf Presiden, Lord Ali Mochtar Ngabalin, yang bukannya merespons dengan adem ujaran tersebut, tapi malah balik melakukan serangan. “Apa Muzani lupa? Yang dibutuhkan itu juga motivasi kalian kepada Gubernurnya yang orang Gerindra itu. Dia itu Ketua Gerindra Sulawesi Tengah. Jangan pasif dalam situasi seperti itu,” balas Ngabalin.

Saling lempar kritik ini mewarnai dalam upaya rekonsiliasi masyarakat terdampak gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah. Tidak bisa ditampik, bahwa sorotan media memang sedang mengarah ke Palu dan Donggala, hal ini memang dimanfaatkan sebaik mungkin oleh beberapa politisi untuk berebut panggung demi agenda yang lebih besar pada tahun depan.

Selain Ngabalin, Partai Solidaritas Indonesia (PSI), juga ikut-ikutan membalas kritik yang disampaikan Muzani dari Gerindra. “Pertanyaannya kini, apa yang sudah dilakukan Gerindra selain nyinyir?” tanya Tsamara Amany, Ketua DPP PSI seperti diberitakan detik.com.

Tsamara juga mengaku heran karena ketika negara sedang berduka, pihak oposisi malah tidak ikut membantu memikirkan jalan keluar melainkan justru sibuk dengan prank Ratna Sarumpaet.

“Ketika Pak Jokowi sibuk mengurus Palu, kalian (Gerindra) justru sibuk dengan kebohongan Ratna Sarumpaet dan menyebarkannya,” kata Tsamara lagi.

Apa yang disampaikan tersebut juga diakui Tsamara semakin menambah kesedihan usai bencana. “Sungguh sedih, oposisi kita lebih asyik berkomentar tanpa cari tahu terlebih dahulu, dibanding membantu menyelesaikan persoalan,” katanya.

Mendapatkan serangan balik tersebut, Gerindra tidak tinggal diam. Menurut Gerindra, anak-anak muda di PSI ini masih harus belajar lagi dalam menyikapi kritik. “Adik-adik PSI ini mungkin perlu lebih banyak belajar,” kata Habiburrokhman, Ketua DPP Gerindra.

Habiburrokhman kemudian menjelaskan bahwa memang sudah jadi tugas Fraksi Gerindra di DPR untuk melakukan pengawasan jika memang ada yang kurang dari pemerintahan saat ini. Termasuk juga mengenai kekurangan dalam penanganan bencana alam di Palu dan Donggala.

Untuk itu, Habiburrokhman mengaku tidak ingin terpancing dengan balasan sikap PSI yang merupakan partai pendukung pemerintah.

“Kami juga nggak mau mengajukan pertanyaan bodoh ‘PSI sudah buat apa?’ Karena PSI malah bukan di eksekutif maupun legislatif,” kata Habiburrokhman.

Pun dengan balasan Ali Ngabalin, Gerindra melalui Andre Rosiade juga menanggapi bahwa Staf Kepresidenan tersebut tidak tahu pasti situasi di Palu dan Donggala karena baru datang satu kali.


“Pertanyaannya Bang Ngabalin sudah berapa kali ke Palu? Kan baru sekali. Makanya nggak tahu bagaimana Pak Longki [Gubernur Sulteng] bekerja pagi, siang, dan malam melayani rakyatnya yang tertimpa gempa dan tsunami,” kata Andre.

Jika memang Longki Djanggola, Gubernur Sulteng dari Partai Gerindra, tidak terlihat ikut sibuk, menurut Andre karena kader partai tersebut melakukannya bukan untuk pencitraan seperti Jokowi.

“Bedanya Pak Longki nggak pencitraan bawa media seperti Pak Jokowi yang membangun pencitraan supaya terlihat bekerja tapi hasilnya tidak dirasakan masyarakat. Saran saya ke Bang Ngabalin, masyarakat butuh hasil kerja Pak Jokowi, bukan foto-foto Pak Jokowi terkesan peduli dan bekerja di tengah pengungsi,” kata Andre.

Saling lempar kesalahan ini menunjukkan bahwa kedua kubu memang sama-sama sedang cari panggung di Palu dan Donggala. Dan rakyat kembali disuguhi silat lidah para politisi untuk mencitrakan diri sebagai pihak yang lebih peduli ketimbang lawannya. Ikut bantu dibilang pencitraan, ingin mengritik ditanya “sudah lakukan apa?” semua riuh berseliweran di linimasa kita sebagai rakyat yang cuma bisa memerhatikan dengan keplok-keplok.

Hal seperti ini memang tidak bisa ditolak karena walau bagaimana pun masa kampanye sudah dimulai, dan gempa di Palu dan Donggala terjadi pada momentum tersebut. Bagi para politisi, hal semacam ini tentu akan sangat disayangkan sekali untuk tidak menjadikannya sebagai panggung.

Setelah tenggelamnya “politisasi agama” di dunia perpolitikan tanah air, ternyata kita kembali menemukan satu frasa baru untuk Pemilu dan Pilpres 2019 nanti, namanya: politisasi bencana.

Tags: gempagerindrapalu dan donggalapolitisasi agamapolitisasi bencanaratna sarumpaetSulawesi TengahTsamara Amanytsunamiviral
Ahmad Khadafi

Ahmad Khadafi

Redaktur Mojok. Santri. Penulis buku "Dari Bilik Pesantren" dan "Islam Kita Nggak ke Mana-mana kok Disuruh Kembali".

Artikel Terkait

koalisi gerindra mojok.co

Gerindra Anggap Koalisi dengan PKB Strategis untuk Amankan Lumbung Suara

27 Juni 2022
tsunami banyuwangi mojok.co

Melihat Tsunami Banyuwangi, Setelah 28 Tahun Terlewati

22 Juni 2022
koalisi pkb mojok.co

PKB Nilai Koalisi dengan Gerindra Lebih Realistis

20 Juni 2022
perawat mojok.co

Viral Perawat Buat Konten Pasang Kateter ke Pasien Pria, Tanda Kode Etik Hanya Angin Lalu

3 Juni 2022
Gempa bumi

Yogya Pernah 12 Kali Diguncang Gempa Dahsyat, Abdi Dalem Keraton Gelar Simulasi

26 April 2022
Agar Argumen Ade Armando soal Waktu Sholat Lebih Kontroversial

Agar Argumen Ade Armando soal Waktu Sholat Lebih Kontroversial

23 November 2021
Pos Selanjutnya
Menyikapi Aktivitas Gunung Berapi Dengan Woles Ala Mbah Rono

Menyikapi Aktivitas Gunung Berapi Dengan Woles Ala Mbah Rono

Komentar post

Terpopuler Sepekan

Usai Tenggelamnya Politisasi Agama Terbitlah Politisasi Bencana di Palu dan Donggala

7 Oktober 2018
Kisah Bagaimana Gus Dur “Membela” Karya Salman Rushdie MOJOK.CO

Kisah Bagaimana Gus Dur “Membela” Karya Salman Rushdie

14 Agustus 2022
Kereta Cepat Jakarta Bandung: Ketika Jokowi dan Indonesia (Hampir) Tak Punya Daya Tawar MOJOK.CO

Kereta Cepat Jakarta Bandung: Ketika Jokowi dan Indonesia (Hampir) Tak Punya Daya Tawar

15 Agustus 2022
Es Putr Pak Sumijan Lasem

Warung Es Puter Pak Sumijan Lasem: Kemewahan di Balik Uang Rp5 Ribu

15 Agustus 2022
kadisdikpora diy mojok.co

Rekomendasi Satgas Selesai, Kepsek dan Tiga Guru SMAN 1 Banguntapan Disanksi Ringan 

18 Agustus 2022
Trauma yang Tersimpan di Kota Tangerang MOJOK.CO

Trauma yang Tersimpan di Kota Tangerang (Bagian 1)

18 Agustus 2022
ujian praktik SIM C

Cerita dari Peserta Ujian Praktik SIM yang Gagal, tapi Terus Mencoba

13 Agustus 2022

Terbaru

pelajar dan mahasiswa mojok.co

Terancam Tak Ikut Pemilu 2024, KPU RI Minta Pemda DIY Identifikasi Pelajar dan Mahasiswa

19 Agustus 2022
Asmoe Tjiptodarsono: Sumbangsih BTI dan PKI dalam Membangun Dunia Tani

Asmoe Tjiptodarsono: Sumbangsih BTI dan PKI dalam Membangun Dunia Tani

19 Agustus 2022
Kominfo masih dalami kebocoran data 17 pelanggan PLN.

Lebih dari 17 Juta Data PLN Diduga Bocor, Kominfo Masih Mendalami 

19 Agustus 2022
kebocoran data

21.000 Perusahaan di Indonesia Diduga Mengalami Kebocoran Data, Dijual 50 Ribu Dollar AS

19 Agustus 2022
Investasi jangka pendek, pakar sarankan hal ini.

Anak Muda Suka Investasi Jangka Pendek, Pakar Sarankan Konsistensi

19 Agustus 2022

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
DMCA.com Protection Status

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
  • Mau Kirim Artikel?
  • Kunjungi Terminal

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In