Kenapa Teror di Gereja Surabaya Lebih Kejam dari Pembunuhan Biasa? - Mojok.co
  • Kirim Artikel
  • Terminal
Mojok
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
Home Pojokan

Kenapa Teror di Gereja Surabaya Lebih Kejam dari Pembunuhan Biasa?

Ahmad Khadafi oleh Ahmad Khadafi
13 Mei 2018
0
A A
pns terorisme mojok.co
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK – Aksi teror yang terjadi di tiga gereja Surabaya lebih keji dari aksi pembunuhan biasa.

Lagi dan lagi. Aksi biadab menyasar tempat ibadah terjadi lagi. Bom bunuh diri meledak mengejutkan semua orang yang ada di sekitaran Gereja Santa Maria, GKI Diponegoro, dan GPSS Arjuno Surabaya, pada Minggu pagi (13/5). Beberapa saksi bahkan mengatakan dari jarak yang cukup jauh seperti terjadi gempa—kesaksian yang menggambarkan betapa dahsyat bom yang meledak sekaligus jadi gambaran betapa keji pelakunya.

Merunut pada kejadian sepanjang tahun 2018, teror yang terjadi di Gerja Santa Maria, Surabaya, sebenarnya bukanlah yang pertama. Pada Februari lalu, kita semua tahu Gereja St. Lidwina Bedog di Sleman, Yogyakarta, sempat mendapatkan teror ketika seseorang tak dikenal menyerang dengan senjata tajam. Untungnya, peristiwa di Jogja tidak sampai memakan korban jiwa. Sedangkan yang di Surabaya—karena kejahatan sepertinya sudah dipersiapkan lebih matang—korban yang sementara diketahui enam orang tewas, termasuk pelaku.

Baru saja sejenak masyarakat kita sedikit bisa meredakan kegusaran yang terjadi di Mako Brimob beberapa waktu lalu, aksi teror kembali terjadi. Lebih kejinya, sasarannya adalah sasaran sensitif secara lokasi maupun momentumnya, yakni tempat ibadah di saat saudara-saudara dari Kristen dan Katolik bersiap melakukan ibadah minggu pagi.

Aksi teror yang dilakukan di gereja Surabaya ini jelas lebih kejam daripada aksi pembunuhan biasa. Meskipun sama-sama bisa digolongkan sebagai kejahatan kelas berat, aksi teror lebih memiliki efek yang mengerikan dibandingkan aksi pembunuhan biasa.

Baca Juga:

Secuil Cerita dari Gang Dolly: Tentang Mami Lili, Sang Mucikari

Jembatan Peneleh yang Bersejarah, Saksi Cinta Soekarno dan Siti Oetari

Ketika Warga Surabaya Mulai Tak Percaya Polisi dan Dukun

Kejahatan keduanya (teror dan pembunuhan) sekilas memang terlihat mirip, akan tetapi jika dilihat lebih jauh keduanya punya perbedaan yang sangat jelas—terutama mengenai motif aksi kejahatan. Perbedaan inilah yang akan memperlihatkan bahwa aksi teror di gereja Surabaya punya kadar kekejaman yang lebih ekstrem. Sekaligus memperlihatkan betapa pelaku teror seperti ini benar-benar pembunuh berdarah dingin.

Peristiwa teror yang terjadi seperti di tiga gereja Surabaya ini sebenarnya dilakukan tidak untuk betul-betul menghabisi nyawa korban. Aksi biadab seperti ini sebenarnya hanya merupakan upaya kirim sebuah pesan. Artinya, bisa dibilang para pelaku bom yang melakukan aksinya di lapangan, hanyalah kurir antar untuk pesan yang dimaksudkan. Kalau kemudian ada korban yang harus mati betulan dari aksi tersebut, hal tersebut bisa dikatakan hanya bonus. Semakin banyak korban berjatuhan, semakin besar bonusnya, karena respons dari pemberitaan akan semakin masif menyebarkan pesan yang memang dimaksudkan oleh pelaku teror.

Hal ini menunjukkan bahwa pelaku teror benar-benar tidak peduli dengan nyawa manusia. Sebab mereka membunuh bukan karena ada motif personal. Tidak ada dendam sama sekali dengan orang yang mau dibunuh—karena jelas enggak kenal sebelumnya—bahkan kadang asal saja, siapa yang berkesempatan untuk bisa dibunuh (baca: diteror) di tempat yang direncanakan ya dibunuh saja. Kalau sedang sial, ibu-ibu, anak-anak, orang tua, adalah hanya seenggok daging yang berguna untuk mengirim pesan teror dengan membunuh mereka.

Aksi semacam ini jelas beda dengan aksi kejahatan pembunuhan biasa yang memang diniatkan untuk menghilangkan nyawa orang lain. Jika dalam aksi pembunuhan, kematian adalah final, dalam aksi terorisme, justru korban hiduplah—yang melihat kematian (entah saudaranya, kerabat, atau temannya) yang jadi tujuannya. Bahkan termasuk kita-kita yang melihat atau mendengar informasi peristiwa ini.

Itulah kenapa, jika dalam aksi pembunuhan pelaku akan berusaha sekuat tenaga menghilangkan jejak, sedangkan pada aksi teror (biasanya) seperti yang terjadi di gereja Surabaya ini selalu muncul pesan siapa yang mengaku bertanggung jawab. Alasannya? Ya karena sang pelaku memang ingin diketahi bahwa ia sedang mengirim pesan.

Pesan dalam bentuk kenangan traumatis akan peristiwa inilah yang sebenarnya lebih diutamakan oleh pelaku teror. Apalagi jika aksi-aksi tersebut direkam dengan video, difoto dengan begitu vulgar, dan tersebar secara banal ke media sosial. Pada satu titik, justru hal itulah yang dimaksudkan oleh para pelaku teror.

Hanya saja, jika pelaku teror merasa dengan menyerang tempat ibadah mereka sukses mencerai-beraikan persaudaraan antar umat beragama di negeri ini. Serta mencoba untuk menyebarkan rasa takut kepada kita semua, rasa-rasanya mereka perlu melakukan usaha yang lebih dari itu. Karena kita tidak pernah takut dan gentar terhadap kalian. #kamiTidakTakut

 

Baca juga artikel terkait TEROR BOM SURABAYA atau ulasan menarik Khadafi Ahmad lainnya.

Terakhir diperbarui pada 13 Mei 2018 oleh

Tags: bombom bunuh diribom surabayaGereja Katolik Ngagelgereja santa mariaGKI DiponegoroGPPS Arjuno.Lidwina Bedogmako brimobSurabayaterorterorisYogyakarta
Ahmad Khadafi

Ahmad Khadafi

Redaktur Mojok. Santri. Penulis buku "Dari Bilik Pesantren" dan "Islam Kita Nggak ke Mana-mana kok Disuruh Kembali".

Artikel Terkait

Secuil Cerita dari Gang Dolly: Tentang Mami Lili, Sang Mucikari MOJOK.CO

Secuil Cerita dari Gang Dolly: Tentang Mami Lili, Sang Mucikari

24 Juni 2022
Jembatan Peneleh yang Bersejarah, Saksi Cinta Soekarno dan Siti Oetari

Jembatan Peneleh yang Bersejarah, Saksi Cinta Soekarno dan Siti Oetari

10 Juni 2022
Warga Surabaya Mulai Tak Percaya Polisi dan Dukun MOJOK.CO

Ketika Warga Surabaya Mulai Tak Percaya Polisi dan Dukun

1 Juni 2022
Misteri Desa Kecil di Selatan Surabaya MOJOK.CO

Misteri Desa Kecil di Selatan Surabaya

25 Mei 2022
sampah di jogja mojok.co

Delapan Kesepakatan Ditandatangani Pemda DIY, TPST Piyungan Kembali Dibuka Kamis

11 Mei 2022
pemda diy mojok.co

Tujuh Tahun Masalah TPST Piyungan Tak Ada Solusi, Pemda DIY Janji Tingkatkan Kapasitas Lahan

11 Mei 2022
Pos Selanjutnya
Anwar Ibrahim-Mahathir Mohamad di Pemilu Malaysia 2018 Rasa Sinetron Indosiar

Siapakah Peter Sondakh dan Apa Hubungannya dengan Najib Razak?

Komentar post

Terpopuler Sepekan

pns terorisme mojok.co

Kenapa Teror di Gereja Surabaya Lebih Kejam dari Pembunuhan Biasa?

13 Mei 2018
Lokasi 18 SPBU di Jogja untuk uji coba MyPertamina

Lokasi 18 SPBU di Jogja yang Jadi Tempat Uji Coba MyPertamina untuk Roda Empat

30 Juni 2022
Garuda Pancasila, Sudharnoto

9 Fakta Pencipta Lagu Garuda Pancasila yang Tersingkir dari Sejarah

26 Juni 2022
kecurangan SBMPTN

Polisi Amankan 15 Pelaku Kecurangan SBMPTN di UPN Veteran Yogyakarta

28 Juni 2022
Pertamina dan aplikasi MyPertamina yang bikin ribet rakyat kecil! MOJOK.CO

MyPertamina dan Logika Aneh Pertamina: Nggak Peka Kehidupan Rakyat Kecil!

29 Juni 2022
PPDB SMA/SMK DIY dan sekolah pinggiran kekurangan murid

PPDB SMA/SMK Ditutup, Sekolah Pinggiran di DIY Kekurangan Murid

30 Juni 2022
Teror Spirit di Puncak Bogor Hingga Makassar MOJOK.CO

Teror Spirit di Puncak Bogor Hingga Makassar: Antara Keriaan dan Kemarahan yang Tak terjawab

30 Juni 2022

Terbaru

Deputi II Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), Imdadun Rahmat. (Dok. Baznas.go.id)

Deputi Baznas Sebut Global Zakat Milik ACT Tak Punya Izin

4 Juli 2022
Sepeda motor dibakar dalam bentrok di Babarsari, Senin (04/07/2022)

Bentrok Antarkelompok di Babarsari, Sri Sultan Minta Polisi Tindak Keras Pelaku 

4 Juli 2022
sri sultan hb x mojok.co

Masa Jabatan Sri Sultan HB X Habis, DPRD DIY Geber Pembentukan Pansus

4 Juli 2022
Dwi Pertiwi: Legalkan Ganja untuk Medis Segera!

Dwi Pertiwi: Legalkan Ganja untuk Medis Segera!

4 Juli 2022
hotel di jogja mojok.co

Liburan Sekolah, Tingkat Okupansi Hotel di Jogja Meroket

4 Juli 2022

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
DMCA.com Protection Status

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
  • Mau Kirim Artikel?
  • Kunjungi Terminal

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In